Shazia spontan membuka matanya dan memukul kepala Harshad. "Kamu itu kenapa selalu mengganggu waktu istirahatku? Akh, aku mau merebahkan tubuhku sebentar saja. Kepalaku sangat penat memikirkan permasalahan hidup yang tidak pernah usai!" gerutu Shazia dengan posisi tubuh yang masih berbaring.
Harshad pun turut merebahkan tubuhnya di samping Shazia. Kedua mata Shazia langsung membulat dan tubuhnya langsung miring menghadap Harshad. Ia masih tidak percaya dengan tindakan yang dilakukan oleh Harshad. Shazia berkali-kali mencubit pahanya secara diam-diam.
"Aw! Sakit bodoh! Ini bukan mimpi? Ha–harshad ti–tidur di sebelah aku? Ke–kenapa?" pikir Shazia yang sudah sangat terperangah.
"Kenapa kamu melihat diriku seperti itu, Zia? Aku tidak boleh merebahkan tubuhku di sini?" tanya Harshad setelah melihat wajah Shazia yang sudah berubah. Harshad juga bingung menerjemahkan ekspresi Shazia.
"Bo–boleh, Shad. Tapi, kamu tidak takut dimarahi Freya? Hm, maksudku kamu tidak takut Freya melihat ini?" Shazia sudah gelagapan ketika sedang berbicara.
"Kenapa harus takut?" Harshad juga memiringkan tubuhnya.
Kini, tubuh mereka sudah sangat dekat dan hanya berjarak sekitar lima sentimeter saja. Jantung Shazia langsung berperilaku tidak normal. Tangan Shazia spontan memegangi dadanya yang mulai terasa sakit. Harshad semakin tersenyum setelah melihat wajah Shazia yang semakin berubah menjadi aneh.
"Zia? Kamu kenapa?" tanya Harshad seraya mengelus pipi Shazia dengan lembut.
"Apa? Apanya kenapa, Shad?" Shazia sudah berkali-kali menelan ludahnya.
"Kamu cantik juga, ya," puji Harshad dengan pandangan yang sudah turun ke daerah bibir Shazia.
"Harshad, apa yang akan kamu lakukan. Kenapa? Kenapa pandangan matamu seperti itu?" gerutu Shazia di dalam hatinya.
Harshad perlahan-lahan mendekati wajah Shazia. Shazia pun spontan memejamkan kedua matanya. Sungguh kagetnya Shazia ketika bibirnya dan bibir Harshad bersatu. Harshad juga memainkan bibir Shazia dengan sangat lembut. Shazia sudah sangat gemetar mendapati itu.
"Harshad, apa yang kamu lakukan? Bagaimana jika ada yang melihat kegiatan kita ini?" pikir Hyuna dengan sebelah mata yang sedikit terbuka untuk melihat suasana yang ada di sana.
Harshad pun semakin ganas memainkan bibir Shazia. Shazia yang tidak tahu apa-apa pun mengikuti permainan yang sudah dilancarkan oleh Harshad. Namun, Harshad secara mendadak melepaskan pagutannya. Ia juga langsung terperanjat setelah melihat wajah Shazia.
"Ke–kenapa Shazia? Bu–kan Freya?" pikir Harshad yang sudah merasa sangat kelimpungan melihat bibir Shazia yang memerah akibat gigitannya. "Maaf, Zia. Aku tidak bermaksud untuk mengecup bibirmu. Aku pikir tadi Freya," ucap Harshad keceplosan karena sudah panik.
"Hah, kenapa Freya?" pikir Shazia seraya langsung bangkit dan menutupi bibirnya dengan menggunakan punggung tangannya. "Bahkan, saat seperti ini dia masih mengingat Freya? Hah! Sudah sangat keterlaluan sekali." Shazia sudah sangat kesal melihat wajah Harshad.
Harshad pun menerjemahkan wajah Shazia itu sebagai rasa kesal, terhadap kelakuannya yang sudah mengecup bibir Shazia secara mendadak. Harshad pun meminta maaf kepada Shazia dan mengatakan bahwa apa yang ia lakukan itu hanya kehilafannya.
"Kenapa? Tadi aku mendengar kamu menyebutkan nama Freya? Memangnya ada apa dengan Freya? Kenapa kamu sampai menyebutkan namanya tadi?" gerutu Shazia yang enggan melepaskan Harshad.
"I–iya, tidak maksudku tadi begini. Ah, sudahlah, Zia. Jangan membahas masalah tadi. Maafkan kelancanganku, ya. Aku tidak sengaja mengecup bibir kamu." Harshad berusaha untuk mengalihkan pembicaraan Shazia.
Shazia langsung berdiri dan meninggalkan Harshad begitu saja. Harshad pun sampai kelimpungan melihat kepergian Shazia. Shazia juga tidak menggubris panggilan Harshad. Shazia terus saja berjalan menuju kelas. Kejar-kejaran itu pun terlihat di kedua mata Freya. Freya yang merasa penasaran, akhirnya mendatangi mereka berdua.
"Kalian? Kenapa kejar-kejaran? Apakah kalian sedang bermain?" tanya Freya setelah berhasil menyamakan posisi berdirinya dihadapan Shazia dan Harshad.
"Menurut kamu, kami sedang apa?" celetuk Shazia seraya bercak pinggang menatap Freya.
Kedua fokus mata Freya langsung kepada bibir Shazia dan Harshad yang memerah. Kedua mata Freya langsung berair setelah melihat hal tersebut. Mata Freya langsung menyipit setelah melihat Harshad. Shazia senang bukan kepalang melihat tatapan Freya yang seperti itu. Namun, ini kesempatan yang bagus bagi Shazia untuk menarik simpati Harshad.
"Freya, kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kamu juga tahu kalau kami berdua ini sering bertengkar. Kamu jangan cemburu seperti itu dong, hahaha," canda Shazia seraya mendorong bahu Freya dengan lembut.
Freya langsung menyembunyikan rasa cemburunya itu setelah mendengar penjelasan dari Shazia. Ia juga langsung merubah ekspresi wajahnya. Freya pun langsung tersenyum melihat wajah Shazia. Harshad hanya terdiam melihat kedua wanita yang ada di hadapannya saling tertawa bersama.
"Kalau begitu, ayo kita balik ke dalam kelas," ajak Harshad yang tidak mau terlalu lama menyaksikan perbincangan Shazia dan Freya.
Setelah mereka bertiga sampai di dalam kelas. Harshad masih pada posisi perasaan yang tegang. Shazia pun mengirimkan pesan kepada Harshad untuk tidak mengingat kejadian di taman belakang sekolah. Harshad pun tersenyum setelah melihat pesan dari Shazia. Ia juga langsung melihat Shazia. Shazia juga menolehkan pandangan kepada Harshad. Shazia langsung mengedipkan mata kirinya kepada Harshad. Itu tandanya, Shazia sudah melupakan kejadian di belakang taman sekolah.
"Aku terpaksa melakukan ini agar terlihat baik di depanmu, Shad. Kalau aku mau, aku bisa langsung merebut dirimu dari genggaman Freya! Tetapi, aku tidak bisa melakukan itu secara terang-terangan. Aku juga tidak akan membiarkan kamu bisa hidup bahagia bersama dengan Freya!" gerutu Shazia di dalam hatinya.
Setelah bel jam pelajaran berakhir. Shazia, Harshad dan Freya langsung bergegas pergi ke kantin sekolah. Ini adalah kebiasaan mereka setelah pulang sekolah. Mereka akan mampir terlebih dahulu di kantin sekolah. Hanya sekedar minum kopi hangat dan sedikit merehatkan tubuh serta pikiran. Tak ada pembahasan yang berarti di siang itu.
Kedua mata Harshad masih takut melihat Shazia. Shazia hanya tersenyum melihat wajah Harshad yang selalu menghindari pandangannya. Freya pun merasakan ada hal yang aneh dengan kedua temannya itu. Ia merasa seperti ada sesuatu hal yang mereka tutupi.
"Eh, kalian tidak mau memesan makanan?" tanya Freya sekedar untuk mencairkan suasana hening.
"Tidak, Terima kasih," ucap Shazia dan Harshad secara bersamaan.
Kedua mata Freya langsung menatap Shazia dan Harshad secara bergantian. Freya langsung tergagap setelah melihat tatapan Shazia yang begitu dalam kepada Harshad. Ia juga melihat demikian dari kedua mata Harshad.
"W–wah, ka–kalian semakin kompak, ya?" ucap Freya dengan kedua mata yang masih melirik ke arah Harshad.
Harshad langsung memfokuskan pandangannya kepada ponselnya yang sudah mulai menghitam. "Hm, aku harus segera balik. Nyokap ku sudah menelpon," ujar Harshad yang memang sejak tadi ingin segera beranjak dari kantin. Namun ia masih menunggu momen yang pas.