Bryan spontan tertawa mendengar perkataan Shazia. Shazia pun langsung melotot melihat ke arah Bryan. Sepertinya percuma saja menceritakan kejadian yang ia alami tadi. Semua orang juga tidak akan percaya dengan semua perkataannya. Shazia langsung memejamkan kedua matanya, itu pertanda ia merasa sangat menyesal setelah mengatakan segalanya kepada Bryan.
"Sepertinya percuma saja aku mengatakan hal ini kepada dirimu, Bryan. Kamu juga tidak akan mengerti apa yang aku katakan ini." Shazia langsung memasang earphone di telinganya."
"Zia, bukan begitu—"
"Sudah! Jangan banyak menyelaku lagi! Aku tidak mau mendengar alasan ataupun penjelasanmu itu. Aku sudah sering diperlakukan seperti ini," celetuk Shazia dengan mata yang sudah menutup sembari menikmati lagu yang sudah menyalur masuk ke dalam gendang telinganya.
Shazia juga tidak mengucapkan apapun kepada Bryan setelah sampai di rumah. Bryan hanya menggelengkan kepalanya melihat Shazia yang terus berjalan masuk ke dalam rumah. Shazia langsung menelungkupkan tubuhnya setelah ia masuk ke dalam kamar.
"Aku merasa kalah dengan Freya! Dia memang wanita ular. Dia bisa mengelabui semua orang dengan wajah bodohnya itu. Tapi, tidak dengan diriku, Freya! Aku akan segera membongkar semua sandiwaramu itu." Shazia masih berbicara dalam keadaan telungkup, sehingga suaranya terdengar membulat.
Shazia langsung mengganti posisi tidurnya. Ia baru teringat kalau dirinya masih menyimpan rekaman percakapan Freya di dalam kamar mandi. Tapi, kalau ia memposting rekaman itu. Freya juga akan segera tahu kalau dirinya yang sudah menyebarkan video tersebut. Shazia pun kembali mengurungkan niatnya itu. Shazia juga masih berpikir untuk kembali menjebak Freya.
"Akh, seandainya saja aku mempunyai teman lain selain mereka berdua. Hal ini akan terlihat mudah untuk aku jalanani. Hm, salah satu cara agar menjatuhnya adalah dengan melihat rekaman dari kartu memori ini. Aku juga berharap kalau kartu memori ini tidak rusak. Kalau tidak, aku hanya mempunyai satu bukti untuk menjatuhkan, Freya. Itu juga tidak akan cukup membuat semua orang percaya kepada diriku. " Shazia langsung melemaskan tubuhnya di atas ranjang.
Keesokan paginya di taman sekolah, Shazia tidak sengaja berpapasan dengan Freya dan Harshad. Shazia pun langsung tersenyum karena terpaksa melakukan itu.
"Kalian dari mana saja? Barusan siap berpacaran, ya?" celetuk Shazia sedikit di bumbui tawa yang meledek.
"Zia, apa yang kamu katakan?" tanya Harshad seraya melirik ke arah Freya.
"Loh, bukannya kalian sedang berpacaran, ya?" tambah Shazia kemudian.
Empat pasang mata yang ada di depan Shazia langsung membulat. Wajah keduanya juga langsung memucat. Shazia pun langsung tertawa setelah melihat ekspresi kedua temannya itu.
"Hei, kenapa wajah kalian memucat seperti itu? Yang aku katakan ini benar, ya? Kalian sudah berpacaran di belakangku, ya?" kedua mata Shazia sudah melirik ke arah Freya.
"Ti–tidak! Si–siapa bilang kami berpacaran? I-–iyakan, Fre?" Harshad langsung menolehkan pandangannya kepada Freya. Namun, Freya hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Harshad.
"Nah, itu Freya mengangguk. Berarti kalian benar berpacaran di belakangku, ya?" kedua mata Shazia sudah menatap serius ke arah Harshad.
Harshad spontan menggaruk kepalanya yang terasa seperti menggerenyam. "Shazia, aku dan Freya tidak berpacaran. Kenapa kamu sampai berasumsi seperti itu?"
"Iya, karena apa yang aku lihat ini biasanya tidak pernah salah. Tapi, kalau kalian sampai berpacaran di belakangku. Aku akan sangat kecewa kepadamu dan dia!" tatapan Shazia langsung sinis setelah melihat Freya. "Aku juga akan mengatakan kepada semua dunia bahwa kalian berdua adalah teman fake. Oh, bukan hanya itu saja! Aku juga akan segera memberitahu hal ini kepada kedua orang tuamu, Shad." Shazia langsung menegakkan tubuhnya dengan kedua tangan yang sudah menyilang di depan dada.
Harshad langsung duduk di sebelah Shazia dan menjelaskan segalanya kepada Shazia. Sampai detik ini Harshad pun masih enggan mengatakan yang sejujurnya kepada Shazia. Berhubung dengan semua perkataan yang Shazia katakan barusan, membuat Harshad semakin takut. Freya hanya bisa diam dan menggerutu di dalam hatinya setelah melihat Harshad seperti memohon kepada Shazia.
Shazia pun semakin menyombongkan wajahnya kepada Freya. Betapa kesalnya Freya setelah melihat wajah angkuh yang ditonjolkan oleh Shazia. Freya langsung membuang wajahnya ke samping kiri. Rasanya Ia ingin sekali mencekik leher Shazia. Namun, ia tidak bisa melakukan itu. Karena semua sandiwaranya akan segera terbongkar, jika ia bertindak gegabah seperti apa yang ia pikirkan tadi.
"Shazia! Aku akan membalas perlakuanmu ini. Kau tunggu saja permainanku nanti!" batin Freya dengan kedua tangan yang sudah menegang.
"Hei, Freya kenapa tanganmu terkepal seperti itu? Kamu marah ya terhadapku?" Shazia langsung menyambar reaksi yang sudah ditunjukkan oleh Freya.
"Ti–tidak, memangnya aku kesal kenapa?" elak Freya dengan wajah yang masih menyamping.
"Benarkah? Kamu tidak marah kepadaku? Tapi, kenapa wajahmu masih menyamping seperti itu?" celetuk Shazia spontan membuat Freya meluruskan pandangannya untuk melihat wajah Shazia. "Kan, wajahmu terlihat kesal, Freya. Lihat itu, Shad! Freya sepertinya marah kepadaku. Karena kamu sejak tadi duduk bersama dengan diriku," ledek Shazia dengan suara yang masih terdengar manja di telinga Harshad, tetapi tidak dengan Freya.
Harshad langsung tertawa setelah mendengar ucapan Shazia. Ia pun langsung menarik tangan Freya untuk segera mendekatinya. "Kalian ini, selalu saja membuatku bingung," ucapan Harshad.
"Hahaha, bingung kenapa? Bukannya pacarmu yang terlibat berlebihan, ya? Tuh, lihat saja wajahnya. Dia terlihat sangat kesal kepada diriku, Shad." Shazia terus meledek Freya agar dapat membongkar sandiwara Freya.
"Shazia, maksud kamu terlihat kesal yang bagaimana? Aku juga tidak marah jika kamu berdekatan dengan Harshad," sambung Freya agar tidak terlihat terlalu menyedihkan.
"Benarkah kamu tidak marah? Oh, oke. Jika aku berpacaran dengan Harshad. Apakah kamu tidak cemburu ataupun marah kepadaku?" perkataan Shazia langsung membuat Freya kesal.
Hampir saja Freya bertindak brutal kepada Shazia. Ia langsung tersadar setelah melihat ke arah Harshad. Shazia dengan spontan melindungi dirinya dari Freya. Karena Freya langsung berdiri setelah mendengar perkataan dari Shazia.
"Fre, kenapa wajahmu terlihat seperti ingin menerkamku? Memangnya ada yang salah dengan perkataanku, ya?" tanya Shazia dengan wajah yang terlihat seperti meledek Freya.
Freya langsung membuang pandangannya. Ia pun mencoba untuk mengatur emosi dan jalan nafasnya yang mulai terasa sesak. Harshad spontan memegangi tangan Freya. Ia juga bermaksud untuk menenangkan Freya. Harshad juga sudah tahu apa yang dirasakan oleh Freya setelah mendengar perkataan dari Shazia.
"Fre, sudah. Jangan seperti itu," ujar Harshad terdengar sangat pelan di telinga Freya.
Shazia langsung berdiri di depan Freya."Hm, Freya. Maafkan aku jika membuat hatimu terusik, ya. Aku tidak bermaksud membuat hatimu sakit. Tapi, kamu juga tidak akan marah setelah mendengar perkataanku tadi, 'kan? Kecuali apa yang aku katakan tadi benar. Kalau kalian ini sedang berpacaran." Shazia langsung menatap kedua mata Harshad.