Chereads / Unrequited Love (Kasih Tak Sampai) / Chapter 26 - Sudah Terlalu Lama Bersandiwara

Chapter 26 - Sudah Terlalu Lama Bersandiwara

"Zia, maafkan aku. Aku sudah mengecewakan kamu. Sebenarnya, aku dan Freya sudah berpacaran semenjak kita duduk di kelas satu SMA." Harshad juga tidak tega jika terus membohongi Shazia.

Shazia dengan kasar menyeka air matanya. "Terima kasih atas segala yang pernah kalian lakukan terhadapku! Shad, pertemanan kita ternyata hanya sebatas ini saja, ya? Setelah mengetahui kebenaran ini. Aku juga tidak mau berhubungan dengan dirimu dan dia! Sudah cukup sandiwara yang telah kalian mainkan terhadapku." Shazia langsung pergi dari hadapan Harshad.

Freya langsung tersenyum sinis setelah melihat kepergian Shazia. Freya juga berusaha mendekati Harshad dan mencoba untuk menjelaskan kepada Harshad tentang apa yang sudah terjadi. Tetap saja, Harshad tidak mau mendengarkan setiap perkataan Freya. Ia malah membuat sebuah pernyataan yang membuat Freya terlihat sangat hina.

"Kau, jangan pernah mendekatiku lagi! Aku memang lelaki yang bodoh. Aku mengorbankan persahabatan demi wanita seperti dirimu ini. Jujur saja! Aku menyesal karena sudah mengenal dirimu. Aku bahkan lebih mempercayaimu ketimbang Shazia. Tapi, ini yang sudah kau torehkan kepadaku, Freya! Aku kecewa terhadapmu." Harshad langsung pergi meninggalkan Freya.

Freya langsung mengumpat setelah melihat Harshad sudah berlalu jauh dari hadapannya.  "Sial! Semuanya sudah berantakan! Aku tidak akan bisa memperbaikinya. Bodoh Freya, kau memang bodoh!" Freya langsung melampiaskan kekesalannya kepada pintu yang ada di sampingnya.

Meskipun, Shazia sudah mengetahui pengkhianatan yang mereka lakukan. Tetapi, tetap saja hati Shazia merasa sangat sakit. Ditambah lagi, Shazia mengetahui bahwa mereka sering melakukan hubungan yang tidak pantas untuk mereka lakukan di usia sekarang ini. Shazia pun memanfaatkan waktu jam pelajaran yang tersisah untuk meluapkan segala emosinya di atas gedung sekolah.

"Aku, juga tidak berharap mendengar kenyataan ini. Hatiku terasa sangat sakit mendengarnya! Kalian bukan hanya membohongiku tetapi, kalian juga sudah mematahkan dan menghancurkan hatiku sampai berkeping-keping. Bagaimana bisa aku menerima lelaki yang sudah pernah tidur dengan wanita lain? Bagaimana bisa?" Shazia langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Harshad langsung berhenti melangkahkan kakinya setelah mendengar semua perkataan Shazia. Shazia juga langsung mengalihkan pandangannya setelah mendengar suara hentakan dari belakang. Shazia pun langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia dengan sinis melihat ke arah datangnya Harshad. Harshad dengan wajah yang menyesal mencoba mendekati Shazia.

"Zia, aku. Maafkan aku, Zia. Aku telah melakukan sebuah kesalahan besar terhadapmu. Aku tidak bermaksud demikian. Aku menyembunyikan kebenaran ini karena ingin menjaga perasaanmu, Zia." Harshad mencoba memegang kedua tangan Zia.

Shazia secepat mungkin beralih dari hadapan Harshad. Setelah tiga langkah berjalan ke depan, Shazia langsung berhenti dan menoleh ke arah Harshad. "Kamu bilang apa, Shad!? Kamu ingin menjaga perasaanku!? Cih! Itu alasan yang sangat klasik! Kalau kamu mau menjaga perasaanku. Seharusnya dari awal kamu mengatakan yang sebenarnya kepadaku, Shad. Kamu tinggal mengatakan kalau kamu mencintai wanita, itu! Tidak perlu dengan cara mengenalkannya padaku dan menjadikannya sahabatku! Dan membuatnya menjadi hadir diantara kita berdua. Aku juga tidak keberatan jika kamu mengatakan bahwa kamu menyukainya. Aku tidak keberatan, Shad. Tapi, caramu membohongiku, membuatku merasa sangat kecewa. Bahkan, aku dengan senang hati menerima wanita yang nantinya akan membuatku menjadi jauh dari kamu." Shazia langsung menghempaskan pandangannya ke samping kanan.

Harshad kembali melangkah mendekati Shazia. "Maksud kamu apa, Zia? Aku sama sekali tidak mengerti?"

Shazia dengan sinis kembali mengalihkan pandangannya kepada Harshad. "Bahkan, sampai detik ini kamu juga tidak mengerti apa yang aku rasakan!? Hatimu sudah tertutup dan hanya bisa menerima wanita itu di dalam hati kamu! Aku mencintai kamu, Shad! Aku selalu berusaha terlihat sempurna di depan kamu. Tapi, kamu selalu memandang wanita itu. Kamu lebih memilih dirinya! Aku sampai hampir frustasi setelah mendengar semua kebohongan kalian. Aku ingin sekali mengakhiri nyawa ku disini! Tapi, aku juga tidak mau membuat wanita itu tertawa setelah mendengar dan melihat kematianku. Aku tidak mau! Aku kecewa dengan kalian. Orang yang paling aku percaya ternyata telah membohongiku selama bertahun-tahun lamanya. Dimana hati kamu?! Dimana!" Shazia berkali-kali mendorong dada Harshad menggunakan jari telunjuknya.

Harshad langsung memeluk Shazia ditengah kenestapaan itu. "Maafkan aku, Zia. Maafkan aku, aku tidak menginginkan ini semua terjadi. Aku berusaha memberitahu kamu, tetapi Freya selalu menghalangiku untuk mengatakannya. Maafkan aku, Zia. Tetapi, aku mencintai Freya. Aku mencintai dia," ucap Harshad seraya mengeratkan pelukannya kepada Shazia.

Pernyataan jujur dari Harshad semakin membuat tangis Shazia pecah. Shazia yang tadinya ingin sekali membalas pelukan dari Harshad. Kini, sudah berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan itu.

"Lepaskan!" air mata dari lakrimalis Shazia sudah tidak berderai lagi. "Oke, kalau begitu. Aku akan melupakan semuanya, Shad. Ini yang kamu mau, 'kan?" 

"Bukan seperti itu, Zia. Bukan itu maksudku!"

"Sudah, aku sudah tidak ingin terlarut dalam kesedihan ini. Aku juga sudah memutuskan jalan yang harus aku tempuh untuk kedepannya. Semoga jalan yang telah aku pilih ini bisa membuat kamu bisa terus bersama dengan Freya." Shazia langsung berlalu dari hadapan Harshad.

Setelah menuruni tiga anak tangga, Shazia tidak sengaja melihat Freya yang sedang bersembunyi di balik pintu menuju atap gedung sekolah. Shazia terus melangkahkan kakinya sampai di tangga terakhir. Setelah Itu, Shazia langsung menolehkan pandangannya kepada Freya yang ternyata, juga sedang memandangnya dari atas.

"Kau lihat saja Freya! Aku akan menghancurkanmu!" gerutu Shazia setelah mengalihkan pandangannya dari Freya.

***

Shazia terus termenung di dalam kamarnya. Kedua matanya terus menatap kosong ke arah jalanan yang sepi. Sudah hampir seminggu Shazia tidak keluar kamar. Ia juga harus mengerjakan semua ujian akhirnya di rumah. Shazia sengaja menyewa psikiater untuk membuat sebuah surat kesehatan palsu. Kedua orang tuanya juga tidak mengetahui bahwa selama ini psikiater yang dipanggil ke rumah adalah orang bayaran Shazia. 

Shazia lebih banyak murung di dalam kamarnya. Bahkan, semua usaha yang dilakukan Bryan untuk menghiburnya selalu terbuang sia-sia. Shazia juga sudah melepaskan Harshad. Bahkan, semua yang berhubungan dengan Harshad juga sudah dikubur dalam-dalam oleh Shazia. Hari kelulusan tinggal sebentar lagi. Namun, Shazia juga masih tidak mau pergi ke sekolah.

"Zia, come on! Jangan seperti ini terus-menerus. Ayo dong, kamu harus cerita kepada aku, Zia. Jangan dipendam seperti ini. Siapa? Siapa yang telah membuat kamu menjadi seperti ini? Ceritakan kepada diriku, Zia." Bryan berusaha untuk membangkikan semangat Shazia yang telah hilang.

"Kakak, maafkan aku. Bukanya aku tidak mau menceritakannya kepada dirimu. Aku hanya tidak mau mengingat sesuatu hal yang akan membuatku kembali menangis, Bryan. Aku juga sudah memutuskan untuk melanjutkan studiku di luar negeri." 

Bryan langsung membulatkan kedua matanya setelah mendengar perkataan Shazia. "Aa–apa? Kamu mau melanjutkan studi di luar negeri?" mulut Bryan sampai terbuka lebar ketika mengatakan hal itu.