"Hm, aku akan mengerjakannya besok saja. Otakku sudah sangat lelah. Tidak bisa berpikir dengan jernih. Kalau besok aku tidak mengerjakan tugas, aku juga bisa pergi ke ruangan kesehatan, 'kan? Yayaya, benar sekali. Freya dan Harshad bisa menjadi saksi bahwa aku memang sedang mengalami cedera tulang duduk." Shazia sudah menyusun rencana sedemikian rupa.
Setelah selesai membersihkan dirinya. Shazia dengan tubuh yang masih polos langsung berjalan keluar kamar mandi. Sungguh terperanjatnya dia ketika melihat Bryan yang sudah duduk di dalam kamarnya. Shazia secepat mungkin kembali masuk ke dalam kamar mandi.
"Bryan! Kamu kenapa masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu?" teriak Shazia dari dalam kamar mandi.
"Maaf, aku juga tidak sengaja masuk. Aku hanya ingin mengembalikan dompet kamu yang ketinggalan di dalam mobilku. Ya sudah, kalau begitu aku letakkan dompetmu di atas ranjangmu, ya," ujar Bryan dengan wajah yang sudah menegang dan memerah.
"Iya! Letakkan saja disana! Lalu, pergilah dan jangan menipuku kalau kamu belum keluar dari kamarku!" teriakkan Shazia semakin melengking. "argh! Bodohnya kamu Shazia! Kenapa tidak mengunci kamarmu tadi? Ah, apa yang sudah dilihat oleh Bryan?" Shazia langsung melorotkan pandangannya. "ah, dia pasti sudah melihat semua keindahan yang ada di seluruh tubuhku ini! Sial, aku harus apa setelah ini?" Shazia sudah sangat malu ketika mengingat kejadian tadi.
Shazia pun secara perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi. Setelah tidak melihat siapapun di dalam kamarnya. Shazia langsung berlari ke arah pintu kamar dan segera menguncinya. Dengan tubuh yang masih polos ia langsung membuka lemari pakaiannya dan segera mencari handuk mandinya. Entah mengapa, hari itu ia menjadi sangat ceroboh dalam segala hal. Setelah menyalakan ponselnya, ia langsung melihat pesan yang sudah dikirimkan oleh Bryan.
[Maaf, aku tidak ada maksud untuk mengintip kamu ketika mandi. Aku pure ingin mengembalikan dompetmu, Dik.] pesan dari Bryan.
Wajah Shazia seketika memerah. Ia langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ia pun tak membalas pesan dari Bryan. "Aku akan berbicara dengannya besok saja. Argh, kepalaku sudah sangat sakit memikirkan semua gejolak yang ada di dalam hidupku ini! Sekarang aku butuh istirahat. Aku tidak mau kegilaanku ini kembali merajalela."
Keesokan paginya, setelah selesai sarapan. Shazia langsung menunggu Bryan di depan mobil. Bryan juga sangat terperangah ketika melihat Shazia masih berdiri di samping mobil sportnya.
"Kamu tidak berangkat ke sekolah?" tanya Bryan dengan kening yang sudah di kernyitkan.
"Tapi, tadi malam kamu bilang mau mengantarku ke sekolah? Sudah lupa atau pura-pura tidak ingat?" Shazia sedikit memajukan wajahnya.
Bryan spontan menjauhkan wajahnya. Ia juga langsung tergagap setelah kedua matanya tak sengaja melihat bibir Shazia yang kecil dan terlihat sangat menggoda.
"M–mh, a–ayo masuk ke dalam mobilku," ajak Bryan dengan wajah yang sudah dipenuhi keringat dingin.
Shazia hanya tersenyum geli melihat wajah Bryan. Ia pun langsung masuk ke dalam mobil Bryan. Bryan seperti sedang mencari kesibukannya sendiri ketika sedang menyetir. Shazia juga merasa bingung melihat tingkah laku kakak laki-lakinya itu.
"Bryan, are you okay?" tanya Shazia dengan tangan yang sudah menyentuh bahu Bryan.
"I'm okay," jawab Bryan dengan wajah yang sudah keringatan.
"Kamu jangan terbebani dengan masalah tadi malam. Aku juga tidak mempermasalahkannya, Bryan. Lagian, kita juga dulu sering mandi bersama, 'kan? Tidak ada hal yang tidak kita ketahui. Semuanya sudah sama-sama kita lihat," jelas Shazia agar Bryan tidak merasa canggung.
"Iya, Maaf. Aku juga tidak sengaja melihat seluruh tubuhmu itu. Makanya lain kali kamu harus memakai kimono atau handuk. Untuk saja aku yang melihatnya. Kalau pria lain bagaimana?tubuhmu itu agar segera dilahap dengan sangat ganas." Bryan langsung mengemudikan mobilnya.
Shazia langsung tersenyum dan meluruskan pandangannya. Itu sebabnya aku tidak pernah mau pergi kemanapun karena aku orangnya terlalu ceroboh," jelas Shazia.
Setelah sampai di depan gerbang sekolah. Shazia malah bertemu dengan Freya. Shazia spontan memutarkan kedua bola matanya. shazia juga berpura-pura tidak melihat kedatangan Freya.
"Aku tahu, dia akan segera menodongku lagi!" gerutu Shazia di dalam hatinya. "Kakak, hati-hati di jalan, ya," ujar Shazia kepada Bryan yang masih berhenti di depan gerbang.
Bryan langsung tersenyum setelah melihat kehadiran Freya di belakang Shazia. Shazia juga demikian, setelah Bryan pergi Shazia langsung berbalik. Ia juga berpura-pura terperangah setelah melihat kehadiran Freya.
"Eh, Freya? kamu sejak kapan berdiri di belakangku?" tanya Shazia dengan ekspresi wajah yang sudah berubah.
"Barusan saja, ayo kita ke kelas," ajak Freya.
"Ayo," jawab Shazia. "Aneh sekali, tidak biasanya ia seperti ini. Ada apa? Apakah dia ada merencanakan sesuatu hal? Hahaha, kita lihat saja nanti." Shazia masih menggerutu di dalam hatinya.
Di dalam kelas, Shazia dan Freya langsung duduk di bangku mereka masing-masing. Shazia pun mulai melancarkan siasatnya untuk menghindari jam pelajaran hari ini. Ia dengan sengaja berakting kesakitan di bagian punggungnya. Ia juga menyuruh Freya untuk memberitahukan kepada guru bahwa Shazia dengan sakit.
Freya pun dengan cepat mengangguk kepalanya setelah melihat wajah Shazia. Shazia pun langsung beranjak dari sana. Namun setelah sudah keluar dari pintu kelas. Shazia melupakan ponselnya. Ia pun kembali masuk ke dalam kelas. tetapi, ia sangat terperangah setelah melihat Freya sedang merogoh tas sekolahnya.
"Freya! Apa yang kamu lakukan?" teriak Shazia dari depan pintu kelas.
Freya langsung menjauhkan dirinya dari tas sekolah Shazia. Shazia pun kembali menanyakan hal yang sama kepada Freya. Tetapi, Freya masih tidak menjawab pertanyaan Shazia. Freya lebih memilih untuk mengabaikan pertanyaan Shazia.
"Freya? Aku tanya sekali lagi kepada dirimu. Kamu sedang apa? Kenapa kamu merogoh tas ranselku?" Shazia langsung mengambil tas ranselnya dan memeriksa seluruh isi di dalam tasnya. "Freya! Aku bertanya kepadamu sekali lagi. Kamu kenapa merogoh tas sekolahku!? Apa yang mau kamu cari?" kesabaran Shazia sudah hampir habis.
Freya pun langsung berkeringat dingin setelah ketahuan sedang merogoh tas sekolah Shazia. Ia juga dengan kasar menyeka air keringatnya yang terus mengalir di dahinya. Tatapan Shazia begitu tajam kepada Freya. ia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan Shazia. tak lama kemudian, Harshad datang dan merasa terperangah melihat ketegangan wajah kedua teman wanitanya itu.
"Hey, kalian kenapa? K–kenapa terlihat seperti tenggang sekali?" tanya Harshad yang sudah merasa kelimpungan melihat ekspresi wajah kedua temannya.
"Kamu tanyakan saja kepada sahabatmu ini! Apa yang sedang ia lakukan kepada tas sekolahku!" gerutu Shazia seraya meninggalkan kelas dengan hentakkan kaki yang sudah sangat berat.
Shazia sudah sangat kesal melihat kelancangan Freya di dalam kelas tadi. Emosinya kembali memuncak setelah tak mendengar sepatah katapun dari bibir Freya. Shazia berkali-kali mengelus dadanya agar emosinya kembali redup.