"Gila! Wanita itu mau mencari apa di dalam tas sekolahku? Atau, dia mau mencuri sesuatu hal? Hm, bisa jadi. Karena mungkin dia sudah kekurangan uang?" celetuk Shazia di dalam ruangan kesehatan. "Tapi, dia gila sekali. Dasar tidak tahu malu! Aku akan segera menindasnya jika ia masih sering menyolot ketika berbicara denganku!" Kedua mata Shazia sudah sangat tajam melihat ke arah pintu ruangan kesehatan.
Freya masih dalam kondisi yang cemas saat menerima pelajaran di dalam kelas. Harshad yang menyadari kecemasan Freya pun langsung menegur Freya. Freya masih bergeming, kedua tatapannya masih kosong melihat ke depan kelas.
"Freya!" panggil Harsjad dengans uara yang terdengar sangat lembut.
Freya langsung menoleh ke arah Harshad. Ia pun baru tersadar bahwa sejak tadi Harshad berusaha memanggil namanya. "I–iya, Shad. Ada apa?" tanya Freya dengan wajah yang masih memucat.
"Kamu kenapa? Apakah sedang sakit?" tanya Harshad dengan wajah yang sudah dimajukan.
"Ti–tidak," jawab Freya seraya kembali meluruskan pandangan ke depan kelas.
Harshad langsung mengernyitkan dahinya setelah mendengar perkataan Freya. Freya pun berusaha untuk tidak memandang wajah Harshad karena itu akan semakin membuat Harshad merasa penasaran. Setelah bel jam pergantian pelajaran olahraga. Shazia langsung beralih masuk ke dalam ruang ganti.
Shazia dengan sengaja menunggu kedatangan Freya di dalam sana. Bukan ingin menyerang Freya, tetapi ingin bersandiwara dan bermain-main dengan Freya. Setelah semua teman-temannya sudah pergi. Ini giliran Freya untuk masuk ke dalam ruangan ganti. Shazia juga sudah menyiapkan semua kamera untuk merekam semua aktivitasnya di dalam ruangan ganti.
Freya langsung beralih setelah melihat kehadiran Shazia di dalam ruangan tersebut. Shazia pun dengan cepat mengejar Freya. Dengan sedikit sandiwara, Shazia berpura-pura terjatuh di dalam ruangan ganti. Freya pun spontan berhenti dan mencoba membantu Shazia.
"Freya, kamu kenapa selalu menghindariku?" tanya Shazia dengan tangan yang sudah mengunci tangan Freya. Shazia juga secepat mungkin mengunci ruangan ganti.
"Menghindarimu? Aku tidak menghindarimu, Zia. Aku hanya—"
"Kamu hanya takut ketika aku bertanya tentang apa yang kamu lakukan di dalam kelas tadi pagi? Jujur saja, aku kecewa terhadap sikapmu itu. Kamu terlalu lancang untuk memeriksa tas sekolahku, Fre!" Shazia masih berbicara dengan nada yang halus dan lembut. "Sebenarnya, apa yang kamu cari di dalam tasku? Aku hanya ingin mengetahui itu saja. Tapi, kenapa kamu sangat ketakutan seperti itu, Fre?" Shazia mencoba untuk menyudutkan tubuh Freya.
"A–apa yang mau kamu lakukan, Zia?" Freya sudah sangat ketakutan melihat wajah Shazia yang santai, namun terlihat sangat menyeramkan.
"Aku cuma mau mengetahui tindakkan mu tadi pagi. Itu saja! Oh, aku paham sekarang. Kamu mau mencuri barang yang ada di dalam tasku, ya?" serang Shazia sekaligus membuat emosi Freya semakin memuncak.
Freya spontan mendorong tubuh Shazia. Shazia juga tidak menahan, apalagi membalas perlakukan Freya. Shazia dengan terpaksa menjatuhkan tubuhnya agar terlihat menyedihkan. Tanpa Freya sadari, sudah ada tiga kamera yang merekam setiap kejadian yang ada di dalam ruangan ganti.
"Freya! Apa yang kamu lakukan? Kamu dengan sengaja ingin mencelakaiku, ya?" bentak Shazia dan ini merupakan salah satu skenario yang sudah ia rancang sejak tadi.
Freya langsung menarik tangan Shazia dengan paksa. "Zia, kamu jangan bersandiwara! Aku hanya mendorongmu dengan pelan. Tapi, kenapa kamu seolah-olah terdorong sangat keras seperti itu?" Freya semakin ketakutan melihat wajah Shazia.
"Fre, kamu tahu, aku masih dalam kondisi yang lemah. Aku tidak bisa menahan doronganmu itu. Aku juga tidak menyangka bahwa kamu ternyata wanita yang kasar, ya! Aku juga hanya ingin tahu tindakanmu di dalam kelas tadi pagi. Kalau kamu ingin sesuatu, kamu bisa memintanya kepadaku. Kamu tidak perlu mencurinya, Freya!" Shazia langsung menyipitkan pandangan matanya.
"Cukup! Hentikan ucapanmu itu Shazia! Atau mau aku robek mulutmu itu?!" ancam Freya kepada Shazia.
Shazia sontak memundurkan tubuhnya dari Freya. Ia juga tidak tahu bahwa Freya memiliki sisi lain dari kepribadiannya.
"Sial! Ternyata, wanita ini psikopat gila!" celetuk Shazia di dalam hatinya. "Freya, kamu mau apa? Kamu jangan macam-macam denganku, ya! Aku akan berteriak jika kamu berani menyakitiku!" Shazia juga tak segan-segan untuk mengancam Freya.
Kedua mata Shazia sudah melirik ke arah kamera yang terpasang di sudut ruangan. Hal tersebut pun langsung di ketahui oleh Freya. Freya langsung berjalan mendekati sudut ruangan. Setelah Freya sampai di sana, Shazia juga langsung berdiri dan menyelamatkan dua kamera yang ada di atas lemari ganti dan yang ada di sebelah pintu masuk.
"Aku harus segera lari dari tempat ini," pikir Shazia.
Namun, Freya juga tidak sebodoh itu. Setelah Shazia mengunci pintu ruangan ganti. Freya secara diam-diam mengambil kunci tersebut. Freya langsung tertawa geli setelah melihat Shazia yang berusaha membuka pintu ruangan ganti. Freya dengan brutal langsung mengobrak-abrik gorden yang ada di sudut ruangan. Terhempas lah kamera digital yang ada di atas sana.
Kedua mata Shazia langsung melotot melihat hal tersebut. Shazia juga berusaha untuk menyembunyikan kamera digital yang ada di tangannya. Ia juga dengan sangat keras berusaha untuk membuka pintu ruangan ganti. Namun, Freya secepat mungkin mengejar Shazia. Shazia pun spontan berlari untuk menghindari Freya. Terjadi aksi kejar-kejaran di dalam ruangan ganti.
"Shazia! Kau mau kemana? Hahaha!" teriak Freya setelah melihat Shazia masuk ke dalam ruangan kebersihan.
Shazia sudah sangat panik setelah Freya kembali mendobrak pintu ruangan kebersihan. "Aku harus segera menghubungi Harshad. Wanita ini semakin membuatku takut."
Ketika Shazia ingin menghubungi Harshad. Pintu ruangan kebersihan sudah terbuka. Freya dengan brutal langsung menarik tubuh Shazia. Ia juga langsung mencekik leher Shazia. Dengan sisa nafasnya, Shazia langsung memukulkan kepala Freya dengan menggunakan kamera digital yang ia pegang.
Freya pun spontan terjatuh dan melepaskan tubuh Shazia. Shazia sudah sangat kehabisan tenaga, namun ia berusaha untuk segera melarikan diri dari cengkraman Freya. Tetapi, Freya kembali menarik kaki kirinya. Shazia yang panik pun langsung menunjang wajah Freya.
"Kurang ajar! Shazia!" teriak Freya seraya memegangi dahinya yang terkena tunjangan dari Shazia.
"Tolong! Tolong!" teriak Shazia.
Freya dengan cepat mengambil kamera utama yang masih dipegang oleh Shazia. Mereka pun saling tarik menarik kamera tersebut. Namun, Shazia sudah kalah saing. Kini, kedua kamera itu sudah berada di tangan Freya. Freya juga mengancam Shazia untuk menutup mulutnya tentang kejadian ini. Kalau tidak, Freya akan melakukan sesuatu hal yang lebih kejam dari ini.
Shazia bukan tidak bisa melawan Freya. Tetapi, ia masih merancang sebuah siasat untuk menghancurkan Freya. Freya dengan bangga berjalan menjauhi Shazia. Kedua mata Shazia masih terfokus kepada Freya yang sudah menjauh dari pandangan matanya. Setelah Freya pergi, Shazia langsung berlari menuju sudut ruangan. Untung saja Freya tidak mengambil kamera yang rusak itu. Shazia secepat mungkin mencari kartu memori yang ada di dalam kamera tersebut.