Karena tidak menemukan Harshad dimanapun. Shazia akhirnya kembali turun ke acara pertemuan tersebut. Shazia merasa sangat bosan dengan suasana yang ada di dalam hotel tersebut. Tiba-tiba Bryan mengejutkan Shazia dari belakang.
"Adikku, Sayang," sapa Bryan seraya memeluk Shazia dari belakang.
"Kakak, kenapa lama sekali datangnya? Aku sudah merasa ngantuk duduk di sini sendirian." Shazia langsung menghela nafas panjang.
"Maaf Adik, tadi aku masih mengerjakan sebuah pekerjaan di kantor," jelas Bryan seraya mencoba duduk di hadapan Shazia.
"Mengerjakan sebuah pekerjaan atau sedang bercinta dengan kekasihmu itu?" Shazia langsung menyilangkan tangannya di depan dada.
Bryan spontan tertawa mendengar perkataan Shazia. Ia juga tak lupa membawakan sebuah cincin berlian untuk Shazia.
"Wah, apa ini?" tanya Shazia merasa terperangah.
"Buka saja," jawab Bryan.
Shazia langsung melotot melihat cincin berlian pemberian Bryan. "Bryan, terima kasih. Ini bagus sekali, kamu yang memberikannya untukku atau ini titipan dari bokap?ĺ tanya Shazia ingin memastikan.
"Itu aku yang membelinya. Kamu suka?" tanya Bryan.
"Suka sekali, Kak. Eh, tapi kenapa kamu membelikan ini untuk diriku? Pasti ada hal yang ingin kamu rundingkan, ya?" tebak Shazia.
"Hahaha, tidak. Memangnya aku sepertimu yang selalu baik karena ada maunya. Aku sengaja membelikan cincin itu untukmu. Karena aku tidak mau melihatmu tampil biasa seperti itu. Aku juga tidak mau membuatmu malu berada di tempat ini." Bryan langsung tersenyum melihat Shazia
"So sweet banget, Bryan. Dia bahkan sampai sedetail itu memperhatikan penampilanku. Tidak seperti papa! Dia selalu saja ingin membuatku tampil sederhana. Tidak boleh memakai ini itu. Tapi, dia juga tidak mau membuat reputasi keluarga hancur. Aku terkadang merasa aneh dengan hal tersebut," batin Shazia. "Tapi, Kak. Papa tidak akan marah jika aku memakai ini, 'kan? Kamu juga tahu kalau papa tidak menyukai ini. Dia kan selalu marah jika aku berpenampilan glamour." Shazia masih merasa ragu memakai cincin berlian pemberian Bryan.
"Pakai saja, Adik. Bokap tidak akan marah. Dia akan senang melihat itu. Nanti aku yang akan menjelaskannya jika dia memarahimu." Bryan mencoba meneguk minuman alkohol yang tersedia di atas meja.
Tak lama berselang itu, acara pun dimulai. Shazia juga sangat terperangah ketika Adam naik di atas panggung. Shazia juga sudah sangat hafal apa yang akan Adam katakan di atas podium. Shazia berusaha untuk beralih, tetapi Adam tiba-tiba memanggil nama Shazia. Shazia sontak berbalik arah dan sorot lampu langsung tertuju kepada Shazia.
"Ayo, Nak. Kemarilah," panggil Adam dari atas podium.
"Kenapa? Kenapa Papa memanggil namaku? Kenapa?" pikir Shazia yang merasa sangat gugup.
Shazia langsung berjalan menuju podium. Wajah anggun Shazia pun terpampang jelas dari atas sana. Angela semakin bahagia setelah mendengar beberapa pujian yang ditujukan untuk anak bungsunya itu. Adam juga mempersilahkan Shazia untuk memperkenalkan dirinya kepada semua orang. Suara lembut dari Shazia juga mampu membuat semua tamu terkagum.
Freya yang melihat hal tersebut dari barisan paling belakang langsung memalingkan wajahnya. Tentu saja Freya merasa cemburu karena orang-orang yang ada di sekelilingnya memuji kecantikan Shazia. Sintia juga merasakan apa yang ada di dalam hati Freya. Sintia pun mencoba untuk mengelus kepala anak semata wayangnya itu.
"Anak Tuan Adam memang sangat cantik ya, Ma," puji David seraya menoleh ke arah istrinya.
"Benar, Pa. Cantik sekali, mama sampai tidak sabar ingin menjodohkan Harshad dengan Shazia," ujar Marisa seraya tersenyum melihat Harshad.
Harshad langsung tersenyum canggung setelah mendengar perkataan Marisa. Ia juga sebenarnya tidak menolak jika dijodohkan dengan Shazia. Tetapi, ia masih merasa tidak enak hati dengan Freya. Namun, keluarganya juga tidak akan setuju apabila ia menikah dengan Freya. Karena keluarga Freya adalah keluarga broken home. Hal itu akan membuat reputasi keluarganya buruk.
"Ini adalah momen pertamaku memperkenalkan diri di depan semua tamu undangan. Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Hahaha, yang pastinya Freya akan semakin iri dengan diriku. Ia pasti mendengar semua pujian-pujian mereka, 'kan? Tapi, aku tidak melihatnya dari depan sini," ucap Shazia di dalam hatinya.
Angela pun langsung memeluk Shazia setelah Shazia turun dari atas podium. "Luar biasa, Sayang. Kamu berpidato dengan sangat bagus. Mama juga baru tahu kalau kamu mempunyai keahlian dibidang itu," puji Angela seraya melirik ke arah meja keluarga Harshad.
Shazia langsung tersenyum malu mendengar pujian dari Angela. Bryan juga mengatakan hal yang serupa. Setelah Shazia kini giliran Bryan untuk naik ke atas podium. Adam juga mengatakan bahwa penerus perusahaannya adalah Bryan. Hati Shazia seketika hancur mendengar hal tersebut. Tetapi, ia masih tidak menunjukkan rasa kecewanya.
Angela juga merasa kecewa mendengar perkataan suaminya. Padahal, mereka mempunyai dua pewaris yaitu Bryan dan Shazia. Angela spontan melihat ke arah Shazia. Shazia hanya tersenyum manis melihat Angela. Angela berulang kali kali menghela nafas panjang. Tiba-tiba dadanya terasa sangat sesak. Begitu juga yang Shazia rasakan. Ia rasanya ingin sekali memberontak. Tetapi, itu tidak mungkin. Hal itu akan memicu dampak buruk bagi reputasi keluarganya.
"Semua saham jatuh ke tangan Bryan! Kalau begitu, Papa tidak ada hak untuk mengatur masa depanku nanti. Aku tidak akan mau menjadi pengusaha atau pengacara! Aku akan tetap ingin menjadi artis! Jangan harap bisa mengatur masa depanku, ya!" gerutu Shazia seraya meneguk minuman yang ada di hadapannya.
Di meja bundar tepatnya di tengah-tengah ruangan pertemuan. Keluarga Shazia, Harshad dan Freya berkumpul di dalam satu lingkaran. Kedua fokus mata Shazia hanya tertuju kepada David dan wanita yang ada di sebelah Freya. Shazia sangat mengingat dengan jelas dengan kejadian tadi.
"Mataku tidak mungkin salah melihat. Papa Harshad dan Mamanya Freya yang masuk ke dalam ruangan itu, 'kan? Iya, aku melihat dengan jelas warna dari baju wanita itu. Dia memakai baju berwarna merah seperti yang dikenakan oleh wanita yang duduk di sebelah Freya. Dan mamanya Harshad memakai baju berwarna cream. Aku tidak mungkin salah! Tapi, kenapa mereka masuk ke dalam sebuah ruangan secara bergantian?" Shazia menggerutu di dalam hatinya sampai ia tidak mendengar pertanyaan yang sudah dilayangkan oleh Marisa. "Maaf, Tante. Tadi Tante bertanya tentang apa tadi?" tanya Shazia kembali.
"Kamu dan Harshad sudah mengenal satu sama lain. Apakah kalian tidak mempunyai perasaan apapun selain rasa persahabatan?" Marisa kembali mengulang pertanyaannya.
Shazia spontan melirik ke arah Freya dan Harshad. "Hahaha, Tante. Kami masih remaja. Kami pasti hanya memikirkan sekolah dan sekolah. Tidak ada hal lain selain itu, Tan. Lagian, kami juga tidak hanya berdua. Hm, maksud Zia. Ada Freya di dalam persahabatan kami," cetus Shazia ingin melihat reaksi Marisa.
Kedua mata Marisa langsung melirik Freya. "Oh, ternyata kalian bertiga sudah saling mengenal?" tanya Marisa dan langsung membuang wajahnya setelah Freya tersenyum kepada dirinya.