Chereads / Gio: Disabilitas Boyfriend / Chapter 8 - CHAPTER 8

Chapter 8 - CHAPTER 8

Semua mahasiswa telah berkumpul di tengah-tengah lapangan, menunggu para anggota organisasi. Semua mahasiswa masih menunggu dengan sabar sembari berbicara dengan yang lain. Tiba-tiba, perhatian mereka teralihkan saat melihat kedatangan empat senior organisasi. Keempat cowok itu berjalan pelan, dengan gaya cool masing-masing dari setiap cowok itu. Tak bisa dipungkiri, seketika mata mahasiswi menjadi berbinar menatap kaum adam yang sangat indah ciptaannya.

"Kyaaa! Kak Presma!" jerit salah satu mahasiswi, membuat Alda beralih menatapnya dengan tatapan kecut.

Keempat cowok itu berjalan dengan gaya bak pemain film, terlihat anggun dan memesona. Semua memandang takjub ke arah mereka berempat, membuat Alda juga ikutan takjub ke salah satu cowok di antara mereka berlima.

"Kak Rama ... ternyata selama ini semua orang mengangumi Kakak, termasuk Alda," lirih Alda pelan menatap Rama yang berdiri di antara mereka berempat. Alda merupakan mahasiswi pindahan, dan baru sekarang dia masuk. Makanya, dia tidak tau kalau Rama termasuk salah satu pengurus organisasi di kampus ini.

Senior dan para anggota organisasi mahasiswa, mereka sering disebut dengan sebutan. F4.

Tiba-tiba, mata Alda teralihkan saat menatap seorang cowok yang membuat emosinya naik seketika. Alda menerobos barisan dan berdiri di depan dengan kedua tangan melipat di dada.

"Ngapain sih, itu cowok oplas naik ke atas mimbar," gerutu Alda menatap tajam ke arah Gio yang sedang berdiri di atas mimbar dengan melipat kedua tangannya ke belakang.

"Eh, jangan asal ngomong kamu ya. Dia itu Presiden Mahasiswa, orang yang paling berprestasi di sini. Kalau kamu seenaknya ngatain dia cowok oplas, kami siap menjadi tangan kanan Presma. Mengusir para tikus yang berkoar-koar," keluh seorang mahasiswi yang berdiri di belakang Alda. Membuat gadis ini mengernyitkan dahi dan tak peduli dengan ucapannya.

"Dih, orang berprestasi apaan kayak begitu. Itu cowok aja wajahnya oplas, kenapa mereka bela dia sih," cerocos Alda sambil berbisik dengan diri sendiri.

"Selamat datang kembali kepada mahasiswa semua, kembali memulai belajar setelah sekian lama libur tahun baru. Saya selaku presiden mahasiswa yang baru hanya ingin menyampaikan hal yang harus kalian terapkan sebagai seorang mahasiswa di Universitas ITB. Dalam beberapa orientasi, saya selalu mengikuti semua aturan ketua BEM sebelum saya direkrut menjadi presiden. Hanya ada dua aturan di setiap masa orientasi ini. Pasal 1, senior tidak pernah salah. Pasal 2, jika senior salah, kembali ke pasal 1," ucap Gio dengan tampak muka dinginnya.

Setelah Gio menyampaikan ucapan tersebut, terdengar berbagai bisikan dari sekelompok mahasiswa, terkhususnya mahasiswa yang setara dengan Gio. Keempat cowok tersebut merupakan senior di kampus ini, telah memasuki semester 3. Seorang cowok maju ke depan, dan menatap semua mahasiswa.

"Jangan ada yang berisik, kalian tau peraturan ini. Jika Presiden sedang berbicara di mimbar, tolong dengar terlebih dahulu sebelum berkomentar!" bentak seorang mahasiswa yang berdiri di samping Gio. Eros Bratadikara Nayaka, lebih akrab dipanggil Eros. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Kontan, suara gemerisik itu mendadak berubah senyap. Gio melempar senyum ke arah Eros seperti biasa.

"Tidak banyak yang ingin saya sampaikan. Kalian tentunya sudah kenal dengan saya bukan? Cukup jadilah mahasiswa yang berkompeten di setiap program studi masing-masing. Aturan yang diterapkan oleh ketua BEM sebelumnya tidak akan berubah, kalian akan tetap mengikutinya seperti biasa. Saya Nathaniel Gio Alfaro, selaku Ketua BEM hanya ingin mengucapkan selamat kembali ke kampus dan tetap belajar sekuat tenaga kalian. Terima kasih," sambung Gio. Cowok ini sedikit membungkuk dan tak melempar senyumnya kepada mahasiswa yang berdiri menatapnya.

"Karena pengarahan dari Ketua BEM sudah selesai, kalian bisa bubar dan langsung masuk ke gedung masing-masing. Para dosen sudah tiba di kantornya," ucap Eros menjadi penutup. Keempat senior itu pun ikut bubar.

Gio berjalan menuju gedung program studinya yang berada di lantai lima. Saat Gio hendak memasuki gedung kampus tersebut, Gio berpapasan dengan Pak Rektor membuat langkah Gio terhenti. Gio tersenyum menatap Pak Rektor tersebut. Tetapi, senyumnya memudar saat melihat Alda berdiri di samping Pak Rektor.

Prof. Ir. N. R. Wirahadikusuma nama beliau. Pemimpin terbesar di universitas Institut Teknologi Bandung.

"Pak Rektor," sapa Gio sambil menyalami beliau.

"Pas banget ada kamu di sini, ini kenalin Alda cucu saya. Alda pindahan dari kampus UGM dan sekarang dia memasuki semester 2," ucap Pak Rektor sambil menatap Alda yang tersenyum ke arahnya. Gio mengernyitkan dahinya sambil menatap Alda tak percaya. Kedua sejoli tersebut hanya melempar tatapannya, seakan tak pernah berjumpa sebelumnya. Terpaksa, Gio mengangguk cepat.

"Kalau begitu, tolong anterin Alda ke gedung seni rupa ya. Dia memilih seni rupa karena kesukaannya dalam melukis," Gio menganggu dan menatap Alda, seakan memberi kode untuk segera melangkah maju.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya pergi dulu,"

Mereka berjalan memasuki gedung, tak ada suara apapun yang mereka keluarkan. Seperti sekarang, mereka sedang menaiki lift. Gio hanya berdiri diam dengan kedua tangan menyelip ke dalam seragam Almameternya. Begitupun dengan Alda, berbeda dengan Gio gadis ini sedang merutuki dirinya sendiri dalam hati. Tetapi, saat mereka berdua membuka mulut secara bersamaan, membuat Alda menjadi salah tingkah.

"Lo ke -" ucap mereka bersamaan, seketika mereka diam kembali.

"Lo cucunya Pak Wira ternyata. Hmm ... Pak Wira kan seorang rektor pasti kaya raya, tapi kenapa cucunya norak gini ya. Terus ... kemarin juga cucunya meras gue. Dia ngomongnya gini, lo harus ganti rugi sepeda gue. Gue bukan orang yang berada, gue enggak punya uang. Jelas-jelas Kakeknya Kaya, kenapa cucunya gini ya," sindir Gio menatap Alda yang menunduk malu.

"Maksud lo apa? Lo nyindir gue?" terka Alda menatap tajam Gio sambil meremas tote bagnya. Seketika jantunya berdetak sangat cepat.

"Enggak tuh, gue cuma ngomong kenyataan doang," sambung Gio sembari mengibas rambutnya, membuat Alda tak bisa bergerak melihat cowok yang ada di hadapannya seketika membuatnya berbinar dan ingin berteriak.

"Terserah lo mau ngomong apa. Gue emang cucu Pak Rektor, tapi keluarga kita itu jauh banget dari kata dekat. Jadi, jangan samain gue sama Pak Rektor,"

"Gitu, ya. Jadi, lo ke sini mau numpang popularitas? Supaya semua mahasiswa di sini tau kalau lo cucunya Pak Rektor dan lo bakal jadi mahasiswi telaten dan dalam hitungan detik lo jadi terkenal?"

Kali ini, Gio berucap tak sesuai dirinya. Alda seketika menoleh, membuat gadis ini naik pitam.

"Lo jadi cowok jahat benget sih! Gue sama sekali enggak ada niat buat jadi terkenal seperti apa yang lo bilang. Gue pindah ke sini karena kemauan gue juga, enggak ada hak buat lo nilai gue kayak begitu! Gue tegasin lagi ya sama lo. Cowok Oplas! Bukan gue yang ingin jadi terkenal, tapi lo! Sok-soan jadi Presiden mahasiswa lagi, nyatanya lo lebih buruk dari gue!"

"Kalau mau balas ngomong itu di jaga, gue sama sekali enggak ada niat kayak lo!"

"Dih! Emang gue percaya, tampilan sok kayak lo ini cocoknya jadi tukang sapu, tau gak! Lo cuma bisa ngandelin ketampanan lo doang sama mahasiswi yang lain. Gue jadi curiga, mereka milih lo jadi ketua BEM karena menebar fisik lo doang," ucap Alda dengan tajam, membuat Gio tak bisa menahan amarahnya.

Gio seketika mengangkat tangan hendak menampar gadis ini, tetapi terhenti saat Alda mengunci tangannya. Membuat Gio kesakitan karena Alda memukulnya duluan.

"Lo mau nampar gue! Lo pikir gue takut. Dasar cowok oplas, bisanya cuma ngancem doang!" ucap Alda sambil menolak tubuh Gio. Lift terbuka, dan Alda langsung mendorong Gio sampai terjatuh ke lantai. Dengan cepat, gadis ini pergi meninggalkan Gio yang masih kesakitan.