Aldi mengepalkan tangannya saat melihat kekasihnya sedang bermesraan dengan seorang lelaki yang tidak ia kenal di depan matanya sendiri. Ingin rasanya Aldi memberikan bogeman mentah kepada lelaki itu saat lelaki itu merangkul bahu Salsha dan mengusap rambut gadis itu.
Aldi maju satu langkah, hingga kini ia sangat dekat dengan keduanya. Aldi mendesis, "Brengsek!" makinya. Tangannya terkepal kuat.
Aldi bisa lihat jika Salsha dan lelaki yang tak ia kenali itu refleks berdiri dan berbalik. Salsha yang menegang karena melihat Aldi tepat di depannya. Sementara Galang tampak acuh.
"Aldi..," lirih Salsha takut.
"Jadi ini kerjaan lo di belakang gue?!" bentak Aldi marah, "Dia selingkuhan lo, iya?"
Salsha tak berani menjawab. Ia hanya menunduk sambil sesekali melirik ke arah Aldi. Ia takut terjadi apa-apa dengan Galang maupun Aldi. Ingin rasanya ia menghilang dari tempat ini.
"Jadi lo pacar Salsha yang suka seenaknya sama dia?" tanya Galang masih dengan suara yang santai, "Lo yang selalu ngomong kasar sama dia?"
"Kalo iya kenapa? Lo nggak terima?" teriak Aldi tepat di hadapan lelaki itu.
Salsha yang melihat ada aura permusuhan yang di pancarkan Aldi hanya mampu berdoa agar tak terjadi keributan disini. Pasalnya, kedua lelaki itu memiliki emosi yang mudah meledak.
Salsha meremas tangan Galang sembari berbisik pelan. "Gal, udah. Jangan cari masalah."
"Cowok pecundang kayak lo nggak pantas jadi pacar Salsha!" Galang masih berkata dengan santai. Sudah lama sekali ia ingin bertemu dengan Aldi dan melihat lelaki itu secara langsung. Dan ternyata inilah saatnya mereka di pertemukan. "Lo nggak pantas buat Salsha!" desisnya tajam. Galang memperlihatan jempolnya tepat di hadapan Aldi. Galang tersenyum miring, setelah itu memutar jempolnya itu ke bawah. "Banci!"
"BRENGSEK!" maki Aldi. Ia mengepalkan tangannya. Siap memberi pelajaran kepada lelaki itu.
Salsha sendiri sudah menangis. Tak tahu kapan airmata itu keluar, yang pasti melihat berdebatan antar keduanya, Salsha menjadi khawatir. Ia takut terjadi apa-apa dengan keduanya.
"Gue udah lama banget pengen ketemu sama lo. Gue pengen ngasih pelajaran ke orang yang udah berani nyakitin Salsha." Galang mempersiapkan diri untuk memukul Aldi. Ia mendorong Salsha untuk menjauh darinya, "Sini lo, kampret!"
Sepertinya Aldi juga sudah kehabisan kesabaran. Lelaki itu meninju perut Galang dengan kuat. Galang yang belum siap pun terhuyung kebelakang.
Aldi tersenyum miring, ia sudah lama tak berkelahi. Dan sekarang ia akan menghajar lelaki itu sampai puas."Bangun lo!"
Galang pun bangun, ia segera menendeng perut Aldi namun lelaki itu dapat menghindar. Aldi tersenyum remeh, selanjutnya ia meninju wajah Galang.
Salsha yang melihat itu kembali terisak. Ia ingin menyelamatkan Galang tetapi melihat ancaman dari mata Aldi membuatnya takut.
"Udah," erang Salsha menangis.
Perkelahian pun tak dapat terelakkan. Keduanya bertarung sebisa mungkin. Galang menghapus sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Perih. Tapi ia tak bisa berhenti sampai disini.
Aldi kembali memberikan serangan bertubi-tubi kepada Galang. Hingga lelaki itu terkulai lemas di tanah. Aldi tersenyum miring. Kemahirannya dalam berkelahi tak bisa di ragukan lagi.
"Putusin Salsha. Dia nggak pantas buat lo!" kata Galang di sela-sela ringisinnya. Ia merasa badannya sudah rontok akibat serangan Aldi.
"Anjing! Itu bukan urusan lo!"
Aldi kembali menendang perut Galang hingga lelaki itu kembali terpental. Aldi tersenyum bangga. Ia beralih melihat Salsha yang saat ini sudah berlutut sembari menangis.
Salsha berlari ke arah Galang dan menghapus darah yang keluar dari mulut lelaki itu. Melihat Galang seperti ini membuat Salsha tak tega. Bagaimana pun ini adalah kesalahannya.
"Gal, lo nggak papa 'kan?" kata Salsha sembari memeluk badan Galang yang sudah lemas tak berdaya.
"Putusin dia, Sals, dia nggak pantas buat lo," lirih Galang sembari tersenyum manis.
Melihat senyuman itu membuat Salsha merasakan sakit yang amat teramat dalam. Salsha menatap Aldi tajam. Lelaki itu sama sekali tak mempunyai perasaan.
"Puas kamu? Ini semua gara-gara kamu."
Aldi meludah di tempatnya. Dengan amarah yang masih memunjak Aldi menghampiri Salsha yang tengah memeluk Galang.
"Jalang! Murahan!" bentak Aldi. Ia menggenggam tangan Salsha kuat dan menyeret gadis itu menjauhi Galang.
Salsha meronta. Namun genggaman Aldi semakin kuat di tangannya. Salsha menatap Galang yang kini semakin jauh darinya. Airmatanya semakin deras menetas. Ia tak bisa melakukan apapun.
"Lepasiin." Ringis Salsha. "Galang..."
Aldi tak peduli. Ia menyeret Salsha ke mobil dan mendorongnya gadis itu hingga punggungnya terpentok kaca mobil. Aldi mendekat. Ia segera mencengkram dagu Salsha dengan kuat.
"Murahan! Selama ini lo main di belakang gue!" makinya.
Salsha merasakan sakit di dagu dan punggungnya. Lelaki itu sangat kasar. Salsha meronta. Hendak melepaskan cengkraman Aldi yang semakin kuat. Tapi ia tak bisa. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga lelaki itu.
Aldi melepaskan cengkramannya. Ia segera membuka pintu mobil dan mendorong Salsha dengan keras ke dalam mobil tersebut.
Salsha meringis, ia mengusap pergelangan tangannya yang sakit akibat ulah Aldi. Salsha bisa melihat lelaki itu memutari mobilnya dan masuk ke dalam mobil tersebut.
Airmata Salsha makin deras keluar. Ia sudah tak bisa lagi melanjutkan hubungan dengan lelaki kasar seperti Aldi. Bukan hanya badannya yang sakit. Batinnya juga ikut menderita.
Aldi menancapkan gas dan mengebut di jalanan raya. Salsha sudah tak peduli, ia hanya menangis dan menatap ke luar kaca. Enggan menatap ke arah Aldi.
Aldi menjambak rambut Salsha kuat. Ia benar-benar murka saat ini. "Lihat gue bangsat!"
Salsha meringis sakit di kepalanya. Jambakannya Aldi benar-benar kuat dan tak ada rasa kasihan sedikit pun. "Gue mau putus!" ucap Salsha akhirnya.
Aldi semakin berang. Ia melepaskan jambakannya dan menancapkan gas semakin gila-gilaan. Ia mengebut di jalanan raya. Tak peduli jika nanti mereka akan kecelakaan. Entah mengapa, mendengar Salsha mengatakan kata putus membuat emosi Aldi semakin memuncah. Ia tak suka gadis itu meminta putus darinya.
Salsha menepis airmatanya dengan kasar. Dengan perasaan takut, ia menatap Aldi tajam. "Gue udah nggak tahan sama semua perlakuan lo. Lo nggak punya otak!" Ntah dapat keberanian darimana. Salsha bisa mengucapkan makian itu.
Aldi memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Salsha. Kemudian ia beralih menatap Salsha yang kini juga menatapnya dengan tajam.
"Setelah ketahuan selingkuh, lo mau putus? Dasar pelacur!"
"Gue nggak selingkuh! Lo pikir, Ald. Gue gini juga gara-gara lo. Lo dalang dari semua ini!"
Aldi terkekeh. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Salsha. Tangannya mengusap lembut wajah gadis itu. Bukannya merasa senang, Salsha semakin merasa takut. Ia takut jika Aldi melakukan hal-hal yang lebih dari ini.
Aldi berbisik di telinga Salsha. "Sekarang lo mau nyalahin gue?"
Salsha bergidik geli saat Aldi membenamkan wajahnya di caruk leher Salsha. Ia juga memberikan kecupan-kecupan ringan di leher itu.
"Jelas ini salah lo." Salsha berkata dengan pelan. Ia berusaha menjauhkan wajah Aldi dari lehernya. "Lo yang udah jarang banget ngabarin gue. Lo yang udah kasar dan sering bentak gue. Gue gini karena lo."
Aldi terkekeh. Ia menempatkan tangannya di tengkuk Salsha dan semakin mendorong gadis itu. Ia menggigit leher Salsha dengan lembut. Memberikan sensasi aneh di dalam tubuh Salsha