" Nyonya sudah bangun, mau dibuatin apa ?" tanya bi Fatimah
Ya, panggilan baruku dirumah yang kutempati saat ini. Sejak kakiku masuk kedalam rumah ini kemarin semenjak itulah panggilan nyonya mulai tersematkan sebelum namaku. Itu berlaku bagi mereka yang bekerja dengan suamiku, mas Abrar.
" tidak usah bi, aku bisa buat sendiri." tolakku dengan baik dan mengambil gelas didalam rak lemari yang telah tersedia.
" kata tuan, nyonya tidak boleh bekerja terlalu berat." cegahnya.
" membuat minum untuk diri sendiri bukan pekerjaan yang berat bi, dan aku juga bukan perempuan yang manja sudah terbiasa hidup yang keras dari dulu. Aku tidak akan merepotkan bibi tenang saja ya." ujarku berusaha memberikan padanya sebuah pengertian.
" tapi nyonya..." ucapnya lalu aku mengabaikannya dengan tetap membuat sendiri minumanku. Bukan pekerjaan yang sulit dan memberatkan.
" bi, biasanya tuan paginya minum apa dan sarapan apa?" tanyaku yang masih sibuk meracik minumanku sendiri.