Apa yang kalian harapkan dari bersembunyi selama tiga belas tahun? Miky dan Gidion selama ini telah meakukan hal itu, mereka bersembunyi dari si monster Max. Namun sepertinya waktu mereka semua untuk saling bersembunyi telah berakhir. Max telah kembali dan menemukan jejak Miky.
Gidion itu memang satu level dengan Max, namun apa kalian yakin jika Gidion akan menyelamatkan Miky? Apa Gidion bisa membawa Miky menjauh dari Max untuk yang kedua kalinya?
Tidak. Gidion tak sama sekali memiliki kemampuan itu.
Lihatlaj apa yang terjadi saat ini ... Gidion dengan darah yang mengalir keluar dari pelipis dan perutnya tengah berusaha mengacungkan sebuah pisau lipat kecil yang tak ada apa-apanya kepada Max yang berdiri dengan angkuh di hadapannya saat ini,
"Jan-an! Kau tak boleh menyakiti Miky! Kau dan bahkan keluargamu tak pantas untuk mendapatkan malaikat sepertinya!" Gidion mengatakan semua hal itu dengan darah merah yang warnanya sangat indah mengalir membasahi lehernya yang dibanjiri air keringatnya.
Max tersenyum licik. Dia sudah lama tak bermain dengan semua mainan kesayanganya, namun sayang seribu sayang, Max tak membawa serta pedang, pistol, ataupun pisau daging favoritnya. Max hanya membawa sebilah pisau lipat kecil yang selama ini selalu menemaninya dalam perjalanannya mencari sang kakak yang sangat ahli bersembunyi itu.
Langkah pelan namun pasti milik Max, membawa pemuda tampan dengan senyum iblis itu mendekati Gidion di depan mobilnya yang telah ringsek.
"Aku hanya ingin mengambil kembali apa yang menjadi milikku, bukankah negitu? Kakak?" tanya Max dengan melirik Miky yang ada di belakang tubuh tak berdaya Gidion.
Miky memangis. Hah! Tokoh lemah kesayangan semua orang memang hanya pandai menangis, bukankah Miky itu sangat lemah? Aku membenci tokoh lemah sepertinya, aku bahkaningin sekali membunuhnya detik ini juga, namun Max akan marah dan kisah ini akan berakhoir dengan begitu biasa, maka dari itu mari biarkan Miky melihat dunia lebih lama, dan memikirkan bagaimana caeanya nanti akan kubunuh si lemah itu.
"Hiks, Max jangan mendekat! Hiks Miky benci Max! Max selama ini jahat! Max melukai Ion--"
"Apa kau tak berpikir jika kau jauh lebih dalam melukai hatiku? Kakak? Kau meninggalkan aku, kau pergi dariku dan bahkan dari Mom dan Dad! Kau pergi setelah membuat Mommy tertidur selama tiga belas tahun ini!" Max mengenbu-gebu. Pisau kecil di tangannya itu ia lemparkan dengan sengaja sehingga menancap sempurna di dada bagian kanan milik Gidion.
Sontak suara nyaring Gidion yang kesakitan karena dalamnya tusukan pisau itu mengisi kekosongan dan keheningan di sore yang kelabu itu.
"Aghhg!"
"Ion! Hiks, Ion." Tangan Miky bergetar, dia melihat jika pisau Max membuat lubang yang sangat dalam di dada Gidion.
Air maya Miky bercucuran tanpa henti. Miky tahu sejak kemarin ia bertemu dengan Max, itu artinya ia telah tertangkap. Gidion ataupun siapapun tak akan bisa menyelmatkan Miky dari Max.
"Lihat kak, aku telah membunuh tikus pemcuri itu," ucap Max yang kian berjalan mendekatiMiky yang masih menangis sambil dengan bodohnya mencoba untuk menghentikan darah Gidion yang megalir keluar dengan jemari mungilnya.
"Hiks, Ion bagun! Ion harus bangun!" tangis Miky yang tak menghiraukan Max yang semakin marah. Buku-buku jari Max bahkan sampai memutih.
"Kakak!" teriak Max di dalam keheningan itu.
Miky menatap adik kembarnya tanpa emosi lain kecuali amarah dan kebencian. Miky tak pernah mengira jika Max dengan sangat tega membunuh Gidion seperti saat ini. Miky kira awalnya Max hanya akan marah dan langsung membawa Miky tanpa mempedulikan Gidion, namun nyatanya salah, Salah besar.
"Max," Miky bangkit, pakaian yang ia kenakan menjadi merah tertutup oleh darah Gidion.
Dengan penuh kebencian Miky menatap kembarannya itu.
"Mom dan Dad pasti membenciku, lalu untuk apa aku kembali kepada kalian? Max, aku tahu aku ini tak bisa apa-apa. Aku lemah, aku tak cukup pantas untuk menjadi bagian dari keluarga kita," ucap Miky dengan matanya yang memandang adiknya dengan penuh keputus asaan.
"Max, apa kau tahu apa alasan lain mengapa aku memilih untuk lari dan pergi dari rumah?" tanya Miky.
Max terdiam, sejujurnya Max juga selama ini tak tahu pasti apa alasan Miky kabur darinya bahkan dari rumah.
"Aku pergi untuk menyelamatkanmu!" ucap Miky dengan berteriak nyaring sekali.
"Aku pergi agar saat itu Bram tak langsung membunuhmu yang pingsan!' ucap Miky dengan suaranya yang kembali melirih.
Max membeku di tempatnya, alasan bodoh macam apa itu?!
"Bram?" desis Max,
Miky mengangguk. "Kau akan mati jika aku tak bersembunyi dari kalian semua! Aku beruntung karena saat itu Gidion ada di sisiku, dia membantukum dia menyelamatkan kita semua!" ucap Miky dengan menatap nanar mayar Gidion.
"Alasan apa itu kak?! Mengapa kau bodoh seperti itu?" tanya Max yang tak habis pikir.
Ya, Miky bodoh. Itu adalah faktanya.
"Aku bodoh, aku tak sepintar kau ataupun Mommy dan Daddy." Perkataan Miky sunggung sedikit mengoyak hati Max.
"Maka dari itu, biarkan saja orang bodoh ini pergi!" ucap Miky yang kembali mengeluarkan amarahnya.
Jika kalian membaca kisah ini dari awal pasti kalia akan tahu jika selama ini Miky hanya terlihat seperti seorang anak lelaki bdoh yang tak tahu apa-apa, lemah, dan penyakitan. Selamat karena kalian semua telah berhasil tertipu!
"Aku sangat iri padamu, Max! Kau tahu, walau saat itu kita masih berusia sangat kecil, tapi rasa iri yang kumiliki kepadamu sangat besar! Aku iri semua hal yang kau bisa lakukan dan miliki!" ucap Miky dengan jemarinya yang dengan berani menunjuk wajah Max.
Suasana diantara keduanya menjadi semakin berat. Miky dan Max mengungkapkan apa yang selama ini mereka rasakan, semuanya tanpa terkecuali.
"Aku tak masalah dengan semua itu, kak." Max sama sekali tak merasa sakit hati ketika Miky mengakui jika kakak kembarnya itu iri keoadanya.
"Karena aku selama ini mencintaimu ...." Max semakin mendekat.
Wajah Miky yang sudah berantakan sedari tadi semakin merasa hancur kala dia mendengar kalimat yang adiknya ucapkan barusan.
"Cinta?" tanya Miky tak percaya.
Tanpa sempat Miky mengeluarkan lebih banyak suaranya lagi. Max telah lebh dulu merengkuh erat kakak kembarnya yang selama tiga belas tahun ini tak pernah ia rasakan hangat tubuh, dan juga irama detak jantungnya.
Miky kini hanya mampu membeku di tempatnya. Pikirannya menjadi kosong, hatinya seolah retak, dan dunianya menjadi kelam dalam seketika.
"Siapa yang berani menghapus tanda kepemilikannku ini kak? Aku hampir tak mengenalimu karena tandaku di sinni hilang," ucap Max seraya menyentuh lekuk leher Miky.
"Dan ternyata ini hanya sebuah krim tipuan dari si brengsek Gidion?" tanya Max dengan tersenyum licik, jemari besar Max mengusap kasar leher Miky sehingga krim itu sedikit demi sedikit memudar.
"Max, cinta ini salah. Aku kakakmu." ucap Miky tanpa nyawa.
Dalam kesempatan saat Max tengah lemah, Miky langsung menendang bagian vital Max dengan lututnya, dia melangkah mundur sejauh mungkin dari Max.
"Kak? Kau mau kemana? Kau tak akan bisa pergi lagi dari Maxmu ini," cap Max. Pemuda tampan nankejam itu merentangkan tangannya dan tersenyum.
"Kak, ayo kembali, ayo kembali ke dalam pelukanku. Aku tak akanmenyakitimu," Max berucap sambil terus melangkah maju mendekati Miky yang justru semakin memundurkan langkahnya.
"Tidak! Ini salah! Kau adikku!" ucap Miky dengan berteriak nyaring dan disertai isak tangis.
Miky semakin mundur, dia bahkan tak menyadari jika di belakangnya terdapat sebuah tebing curang yang dasarnya adalah air laut degan ombak dingin yang bergulung-gulung.
"Kakak!" Max semakin berteriak.
"Kau sudah membunuh Gidion kan? Aku tak akan mampu membayar hutangku kepada Gidion bahkan saat aku mati dan menemuinya di alam sana nanti," ucap Miky dengan pandangannya yang tetap melihat kepaa Max.
Max semakin kalut saat jarak antara Miky dan pinggiran tebing itu semakin dekat. Max tak bisa gegabah, karena jika ia salah langkah sedikit saja, maka Miky akan mati dengan menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam air laut yang mengerikan dan dingin itu.
"Max, aku ingin mengatakan ini kepadamu, jika aku begitu menyanyangi kalian. Kau, Mom, dan Dad dengan sepenuh hatiku. Namun aku tak bisa kembali kepada kalian lagi, dan aku tak akan pernah menerima cintamu, Max ...." Miky kini tersenyum. Senyuman yang masih sama manisnya dengan senyuman Miky saat ia kecil dulu.
Max semakin ketakutaan, tubuhnya menjadi dingindan membeku saat Miky tersenyum dan mengucapkan kata perpisahan kepada Max.
"Aku tak bisa mencintaimu walau jauh di dalam lubuk hatiku aku juga mengiginkanmu, aku mencintaimu namun aku tahu rasa diantara kita berdua ini salah. Kau dan kita tak seharusnya saling mencintai, Max ... seandainya aku terlahir kembali walau dengan dosa yang tak akan berkurang ini, aku ingin terlahir kembali menjadi Miky, kakak yang baik untukmu. Karena hingga detik iniakupun tak mampu membuatmu merasa menjadi adik yang beruntungkan? " tanya Miky dengan senyuman yang menyakitkan.
Max menggeleng, dia tak ingin mendengar semua kalimat yang Miky ucapkan.
"Max. aku berharap nanti di saat aku pergi hidupmu akan jauh lebih baik, kau tak akan lagi merasakan perasaan terlarang ini kepadaku ..."
"Maxime, selamat tinggal ... aku ... mencintaimu ...."
Byur.
"KAKAK!"
Miky akhirnya memilih untuk menceburkan dirinya ke dalam lautan biru yang berombak itu, membiarkan dirinya lenyap di dalam kehampaan air yang dingin serta meninggalkan Max yang menangis dalam diam karena merasa jika setengah hidupnya hancur dalam sekejap.