Chereads / My White Fragile Twins (Max&Miky) / Chapter 27 - 27- Permulaan Baru (END S1)

Chapter 27 - 27- Permulaan Baru (END S1)

Hal pertama kali yang dilihat Miky, ketika dia membuka matanya adalah, sinar yang begitu menyilaukan di matanya. Sayup-sayup Miky juga mulai mendengar suara tawa dan juga panggilan sayang dari dua orang dengan jenis gender yang berbeda.

"My angel is awake!"

"Hello angel boy ... welcome home dear!"

Miky mulai melihat senyum dari raut wajah dua orang yang terlihat begitu bahagia.

Kepala Miky terasa berputar, sekelebat bayangan hitam seperti film rusak yang terputar mulai mengisi pikirannya.

Sakit. Terlalu sakit untuk melihat dan mengingat lebih jauh. Siapa mereka? Dan siapa dirinya.

"Si-apa?" itu adalah kata pertama yang Miky ucapkan.

Pemuda manis itu semakin mendapatkan kesadarannya. Dia mengamati dengan lebih jelas gurat wajah si wanita dan pria yang berdiri bersebelahan dengan saling berpelukan, khas seperti sepasang suami-istri.

Kemudian setelah beberapa detik, Miky, dia mulai tersadar jika kakinya terasa kaku dan bahkan tak bisa digerakkan. Bukan hanya kakinya, tapi tangannya juga merasakan hal yang sama.

Mati rasa.

Dua orang yang Miky perkiraan umurnya telah mencapai kepala empat itu terlihat seolah menikmati Miky yang tak bisa sama sekali menggerakkan tangan dan kakinya.

Mereka tersenyum kecil, si wanita itu lalu mengecup panjang kening Miky yang tertutupi poni silvernya yang sudah sangat panjang. Wanita itu lalu menyampirkan poni Miky agar tak menghalau pengelihatan pemuda malang itu.

Sedangkan si pria itu kemudian menutup tirai-tirai gorden untuk menghalau sinar matahari pagi yang mereka anggap menganggu keadaan kesayangan mereka.

Dengan gerakan lembut dan penuh cinta si wanita membantu Miky untuk duduk bersandar di kepala ranjang, dia kemudian ikut duduk di tempat kosong yang masih tersedia cukup lebar di ranjang berukuran King Size yang Miky pakai.

Miky tak bohong, tapi tatapan wanita itu kepadanya terasa sangat menyakitkan. Miky bisa melihat kesedihan di antara kebahagiaan di saat mata mereka bertemu.

Selama beberapa detik Miky masih terus mengamati wajah dan juga bola mata yang terlihat penuh cerita di depannya.

Hingga si wanita itu tersenyum dan membangunkan Miky dari lamunannya sendiri.

Tangan si wanita itu beralih, dia membingkai wajah Miky dengan hati-hati. Lalu setetes air mata kesedihan mulai keluar dari balik mata itu.

Miky tak bisa ... dia tak menyukai saat mata itu mengeluarkan air mata yang dipenuhi kesedihan. Suasana di dalam ruangan itu semakin terasa berat. Si wanita masih menangis tanpa suara dengan memandang Miky penuh kerinduan.

"Ja-ngan mena-ngis ...," ucap Miky yang suaranya masih sangat serak dan terbata-bata.

Tangan Miky sebenarnya sangat ingin menghapus langsung air mata yang keluar dari mata wanita itu. Namun apalah dayanya? Tangannya tak lagi mampu untuk bergerak sesuka hatinya.

Keterikatan batin?

Entahlah, Miky hanya merasa sedih dan hancur ketika melihat si wanita itu menangis di hadapannya tanpa mampu Miky hapus air matanya.

"Shut ... kau janji tak akan menangis, kan? Jangan menangis, sayang ...." Si pria yang sedari tadi berdiri dengan tegap di belakang si wanita, langsung membelai punggung si wanita yang tertutupi gaun indah berwarna hitam.

Si wanita menoleh ke arah si pria dan tersenyum, laku berkata. "Aku sedang bahagia. Aku tak sedih, ini hanya tangisan kebahagiaan," ucapnya.

Denting jam mengisi ruangan yang sangat temaram itu, sepi dan sunyi ... ah! Ini menangkan!

Fokus si wanita kembali lagi kepada Miky yang masih memandanginya dengan penuh tanya.

"Mata ini masih sama, polos dan sangat cantik ...." Si wanita menyentuh kelopak mata Miky, mengelusnya dengan sangat hati-hati.

Tangan si wanita itu berlanjut. Kini dia membelai rambut silver milik Miky yang sudah sepanjang dadanya. Rambut sepanjang itu membuat Miky terlihat semakin indah dan terlihat tak nyata. Tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

"Kau tumbuh dengan sangat baik, Miky ...." Pelukan erat yang terasa hangat dan penuh cinta segera Miky rasakan di saat tubuhnya yang ramping masuk ke dalam pelukan si wanita.

Tangisan si wanita kembali terdengar, bahkan kali ini lebih nyaring dari sebelumnya.

"Kau melupakan Mom? Sungguh?" ucap orang yang tak lain adalah Marie.

Marie?

Ada yang ingat? Bukankah wanita itu masih koma? Dia sekarat seharusnya. Seharusnya adalah kata yang tak pasti, kan? Faktanya Marie saat ini sudah sadar. Dia terlihat sehat dan juga awet muda.

"Mom?" beo Miky yang masih linglung dengan keadaannya saat ini.

"Iya! Ini Mommy, sayang. Lalu ini adalah Daddy," ucap Marie dengan menarik lengan Marvel untuk mendekat dan ikut masuk ke dalam pelukan hangat antara Miky dan Marie.

Miky menatap pria yang nampak sangat dewasa dan tampan itu. Namun sayang sekali Marv sama sekali tak memberikan tatapan ramah kepada Miky.

Marie menarik Marv agar mereka saling memeluk. Membagi kehangatan suhu tubuh satu sama lain.

Grep.

Deja-vu.

'Mereka? Mengapa pelukan mereka sangat terasa nyaman? Hangat?' batin Miky yang masih bertanya-tanya.

"Kau melupakan kami, sayang?" Marie menangis, dia tak bisa menahan semua kerinduannya kepada putra malaikatnya itu.

Selama tiga belas tahun sejak kejadian paling bodoh yang ia lakukan dahulu, membuatnya harus kehilangan Miky dan koma selama bertahun-tahun.

Marie tak akan bangun jika Miky tak kembali lagi kepadanya. Ini anugrah? Entahlah ... apa Tuhan memberikan anugrah kepada si penjahat?

"Ak-u," Miky menjeda kalimatnya. Hingga mata heterochromia milik Miky melihat seseorang yang berdiri di dekat pintu.

Seseorang dengan rambut hitam dan mata berwarna merah yang mengenakan setelan jas serba hitam. Pemuda bermata merah itu menaruh pandangannya kepada Miky sedari tadi.

"Si-apa dia?" Mata Miky masih belum berlalu dari sosok gagah nan tinggi di depan sana.

Marie dan Marv menoleh, lalu sedetik kemudian Marie tersenyum.

"Dia ... Max, Maxime." Langkah kaki pemuda yang tak lain adalah Max itu semakin mendekat.

Hingga akhirnya kini Max telah berada di hadapan Miky.

Hening.

'Wajahnya tak asing." Batin Miky yang hanya bisa mengamati struktur wajah sosok yang bernama Max.

"Siapa dia?" Kali ini Iku kembali menoleh kepada Marie. Wanita yang menua dengan cantik itu menyunggingkan senyumannya yang sangat anggun.

Marie kemudian beranjak, dia berdiri di samping Max. Maria memeluk Max selama beberapa detik sambil membisikkan, "terima kasih untuk hadiahmu, Maxime ...," ucap Marie yang terdengar janggal.

Tak ada ekspresi ataupun respon yang dikeluarkan oleh Max.

Max memilih untuk duduk di tempat di mana sebelumnya Marie duduk.

Max menatap Miky dengan sangat dalam. Sedalam samudra yang gelap dengan cahaya laut di lantai samudra.

Marie dan Marv saking memeluk dari samping, mereka melihat kepada Max dan Miky yang masih berbicara lewat pandangan mata.

"Ka-u si-apa?" tanya Miky yang suaranya tak keluar dengan sempurna.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Miky kembali ingin mengulang pertanyaannya.

"Ka-u si--"

Grep.

Max langsung membungkam Miky dengan pelukannya yang hangat dan mendatangkan rasa aman bagi diri Miky.

Iris nata Miky melebar, di tatapnya Marie dan Marvel yang hanya menyunggingkan senyum haru.

"Jangan banyak bicara, kak. Suaramu belum pulih ....," bisik Max tepat di depan telinga Miky.

Miky tak mampu lagi berkata-kata. Dia merasa seperti sedang di bawa terbang ke angkasa. Pemuda bermata merah itu benar-benar membuat Miky merasakan perasaan aneh yang sukar untuk dijelaskan.

Satu menit berlalu dan Max masih sangat betah memeluk tubuh Miky yang memang masih sangat kurus itu.

"Aku adalah pasanganmu, kak. Kita sepasang kekasih ...."

"Kekasih?"

"Iya, aku Maxime, kekasihmu ... cintamu, dan milikmu ..."

"Say hello to your new world, angel ...."

.

.

.

END SEASON 1