Kara berbaring di atas tempat tidurnya, ia ematap ke arah langit-langit kamarnya. Entah kenapa ia begitu malas untuk bergerak saat ini.
Padahal banyak Sekali daftar drama Korea yang belum selesai ia tonton.
Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, tapi sosok bara belum juga terlihat. Tadi laki-laki itu mengatakan bahwa jika sampai jam delapan malam ia tak kunjung pulang maka ia menyuruh kara tidur duluan tapi kantuk juga belum juga datang menghampiri nya hingga membuat ia bosan karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Ia bangkit dari posisi berbaring nya, matanya menyapu sekeliling nya mencari keberadaan laptop yang biasa digunakan untuk menonton drama Korea, tapi ia baru ingat bahwa laptop nya ketinggalan di rumah Anya, Sahabat nya itu.
Kara menepuk jidatnya, "astaga laptop ku kan dirumah Anya." Gumam Kara.
Ia berdiri untuk mencari apa saja yang bisa ia jadikan sebagai pelampiasan dari rasa bosannya itu. Saat membuka lemari kecil milik Bara, ia melihat ada sebuah laptop berwarna hitam ukuran sedang. Sambil tersenyum ia mengambil laptop tersebut yang bisa ia gunakan untuk menonton drama Korea.
Ia membawa laptop tersebut ke atas kasur dan kemudian mulai menghidupkan laptop tersebut. Entah sebuah keberuntungan atau memang belum saatnya selingkuh itu terungkap karena Bara datang tepat waktu sebelum laptop itu menampilkan wallpaper dirinya dan juga Anna disana.
"Sayang." Panggil Bara yang langsung membuat Kara menoleh ke arah sumber Suara.
"Mas, kamu udah pulang?" Tanya Kara sambil mengembangkan senyumnya.
Bara mendekati Kara, matanya terbelalak saat melihat laptop miliknya itu yang kini berada di atas kasur.
Jika Kara melihat isi di dalam laptop itu maka ia yakin bahwa pernah dunia akan segera diMulai.
Dengan cepat ia melangkah ke arah Kara yang belum sama sekali melihat ke arah laptop tersebut.
"Mas, kebetulan kamu pulang. Sini duduk sama aku deh, kita nonton drama Korea bare-" ucapan Kata terhenti saat Bara memeluk Dirinya tanpa aba-aba itu.
Sambil memeluk Kara, Bara dengan cepat menutup laptopnya itu agar tak ketahuan oleh Kara.
"Mas, ada apa?" Tanya Kara yang merasa aneh dengan sifat Bara itu.
"Mas kangen kamu sayang." Jawab Bara yang Langsung membuat Kara tersenyum dan kemudian memeluk erat tubuh Bara yang Sedang mendekapnya itu.
Percayalah saat ini Bara seperti ingin muntah saat mengatakan hal seperti itu.
"Uuu, mas kok tiba-tiba jadi so sweet gini sih sama aku. Makin sayang deh jadinya." Ucap Kara yang begitu bahagia sekali.
Sekarang sangat jarang sekali bisa seperti ini dengan Bara, terlalu banyak sekali halangan untuk mereka bisa seperti ini.
"Bukannya mas emang so sweet dari dulu ya sayang?"
"Iya sih, cuma kan mas tu udah beda aja selama tiga bulan ini. Jarang pulang juga karena harus lembur terus di perusahaan. Jadi aku merasa kesepian sekali mas tanpa kamu."
Bara menaikkan alisnya, baginya ucapan Kara Itu terlalu lebay sekali sehingga ia ingin muntah saat mendengar nya.
Ia menguraikan pelukannya dan tentunya raut wajahnya itu sudah kembali seperti semula kala.
"Iya, maafin mas ya sayang. Soalnya mas juga harus profesional dong dalam mengatasi Semuanya ini. Mas melakukan ini untuk kamu, untuk masa depan kita yang harus bahagia nanti nya.
Kara mengangguk kan Kepalanya, "Iya, mas. Aku akan terus percaya kok sama mas. Terimakasih sudah mau memikirkan aku ini ya mas."
"Kenapa malah Terimakasih sih hm? Kamu itu tanggung jawabnya mas loh Sayang jadi wajar dong kalau mas melakukan Semuanya ini."
Kara tersenyum, ia benar-benar bersyukur bisa memiliki Bara Dalam hidupnya. Ia merasa begitu bersyukur saat Tuhan menjodohkan seseorang yang baik hati nya Dan penuh tanggung jawab seperti Bara.
Ternyata menikah karena perjodohan itu tak seperti apa yang orang katakan. Buktinya ia dan Bara hidup dengan bahagia kok sekarang.
Segalanya tak ada yang namanya terpaksa karena semuanya itu dilakukan dengan rasa sadar.
Jadi, jika kalian menikah karena sebuah perjodohan kuncinya ikhlas kan lebih dulu segala sesuatu yang memang bukan jodoh kalian dan coba buka hati dan terima apa yang Tuhan berikan, percayalah semuanya yang diBerikan oleh Tuhan adalah sesuatu yang terbaik untuk hamba nya.
"Oh iya, mas udah makan?" Tanya Kara.
Bara menganggukan kepalanya, "Sudah kok tadi makan di kantin kantor sama Andre dan juga Dona. Kamu sudah makan?"
Kara mengangguk kan kepalanya, "Udah juga kok."
"Kamu makan apa?"
"Aku Makan Indomie aja sih tadi."
"Loh kok?"
"Lagi pengen mas, udah lama banget nggak makan Indomie."
"Indomie itu nggak bagus loh untuk kesehatan sayang, ini yang terakhir ya, mas nggak mau dengar lagi kalau kamu makan Indomie atau apalah itu namanya."
Bukannya takut, Kara malah terkekeh mendengar ucapan Bara.
"Kenapa kamu ketawa? Lucu?'"
Kara menggelengkan kepalanya, "Nggak kok Mas. Cuma ya, kamu itu harus merasakan bagaimana enaknya Indomie dicampur dengan telur mata sapi, pake sawi dan udang. Rasanya itu mengalah kan masakan berkelas bintang lima." Jawab Kara.
Mungkin yang pecinta Indomie akan satu pendapat dengan nya, tapi jika orang seperti Bara ini yang belum pernah sama sekali merasakan nikmatnya Indomie pasti tak akan percaya dengan apa yang ia katakan itu.
Iya, Abi tidak pernah sama sekali merasakan enaknya Indomie, keluarga nya Begitu mengutamakan makanan empat sehat lima sempurna. Dan Indomie tidak Termasuk sama sekali dalam makanan empat sehat lima sempurna yang dianjurkan.
Bagi keluarga Bara, Indomie itu adalah satu dari sekian Makanan yang harus dijauhkan karena merusak kesehatan.
"Nggak ada makanan yang enak tanpa gizi. Dimana-mana makanan itu harus ada gizinya Kara."
"Sesekali nggak makan yang bergizi nggak apa-apa Mas, buktinya aku, aku masih hidupkan sampai Sekarang meskipun nggak makan makanan empat sehat lima sempurna yang disarankan itu
Bara menaikan alisnya, ia Memang tak tahu bagaimana rasa Indomie itu. Tidak usahakan untuk tahu, untuk melihat Indomie saja ia tak mau.
"Terserah, pokoknya mas nggak mau kamu makan Indomie lagi."
"Oke, nanti aku akan buatkan mas mie yang komplit agar mas tahu bagaimana enaknya rasa Indomie itu."
"Nggak perlu."
"Terserah, tapi aku ingin."
Bara menggelengkan kepalanya tanda tak mengerti apa yang ada di kepala kara saat ini.
Tapi ini lebih baik daripada Kara mengingat kembali tentang laptop nya itu. Ah, habis ini ia harus mengamankan laptopnya itu agar tidak di buka lagi oleh Kara. Jika sekali lagi Kara membukanya ia tak tahu bagaimana nasibnya nanti. Hari ini mungkin ia beruntung karena datang tepat waktu, tidak tahu kalau nanti.