Chereads / Madu Untuk Suamiku / Chapter 17 - Bali

Chapter 17 - Bali

Kara duduk di balkon Sebuah kamar hotel, ia sudah Sampai di Bali tepat di penginapan yang telah dipesan lebih dulu oleh papa dan mama mertuanya itu. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Ia menatap ke arah luar, kota Bali terlihat begitu indah sekali dengan lampu di setiap gedung yang menyala.

Entah lah, ia juga tak tahu ini sudah yang keberapa kalinya ia datang Kemari. Terakhir ia datang kesini bersama dengan Bara merayakan ulang tahun pernikahan mama dan papa Bara.

Hari itu terasa begitu indah sekali, dan ia tak akan bisa melupakan malam itu.

Tapi bicara tentang Bara, sejak tadi laki-laki itu tak ada mengirimkan dirinya pesan atau apapun itu.

Kara merasa benar-benar merindukan laki-laki itu saat ini, ia merindukan Suaminya.

Ia mengambil ponselnya, jika Bara tak memiliki waktu untuk menelpon dirinya mungkin saja jika ia menelpon Bara akan punya waktu.

Tangannya bergerak dengan lincah di atas tombol keyboard untuk mengetik nama Bara disana.

Senyum nya mengembang ketika nama Bara muncul. Ah, memang seperti ini lah dirinya. Hanya mengingat tentang Bara saja ia sudah begitu bahagia Sekali.

Tapi gerakan tangannya yang ingin menekan tombol telepon itu dihentikan oleh sebuah suara yang berasal dari pintu masuk.

"Jangan Kar, jangan lakukan itu!" Ucap mama mertua nya yang baru saja masuk.

"Jangan menelpon Bara, karena jika kamu melakukan itu sama saja kamu kalah Kar, aktingmu tadi itu sudah begitu bagus sekali. Biarkan Bara yang menghubungi kamu lebih dulu. Bukankah tujuan kita kesini itu untuk mengetahui apa yang sebenarnya kamu pertanyakan selama ini?" Lanjut mama mertuanya itu.

Ucapan yang dilontarkan oleh mama mertuanya itu membuat Kara terdiam, benar juga apa yang dikatakan oleh nya. Ah, seharusnya ia mendengar kan saja apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa ia harus mengatakan hal yang demikian itu ya?

"Ma, sebenarnya ada apa?" Tanya Kara dengan nada yang begitu lembut Sekali.

"Tidak ada apa-apa sayang, bukankah kamu sendiri yang ingin hal ini hm? Kami sudah ingin mengatakan yang sebenarnya tadi. tapi, kamu malah meminta untuk untuk mengulurkan waktu seperti ini."

Kara terdiam, ia menyesali kebodohan yang ia lakukan itu.

"Kara dengar sayang, jika nanti ada sesuatu yang kamu ketahui mama hanya ingin kamu mengambil keputusan yang bijak. Pikirkan Semuanya dengan baik-baik dan satu lagi, tolong selesaikan Semuanya dengan kepala yang dingin."

Entah kenapa mendengar itu membuat hati kecil sakit. Sebenarnya ada apa? Apa yang tidak ia ketahui sama sekali ini?

"Ma, sekali lagi Kara tanya ada apa?" Tanya Kara.

Mama mertuanya hanya tersenyum dan kemudian mencium puncak kepala kara dengan sayang.

"Selamat malam sayang, mimpi indah ya. Kalau ada apa-apa panggil aja mama, mama ada di kamar sebelah kok. Langsung tidur ya, jangan terlalu banyak pikir yang tidak-tidak nikmati saja Semuanya ini." Ucap mama mertuanya itu sambil tersenyum.

Kara tak lagi bisa untuk menghentikan mama mertuanya itu, jika ia sudah mengatakan hal seperti itu maka ia tak ingin membahas lagi. Kara benar-benar sangat mengenali Wanita itu. Terlalu banyak juga waktu yang telah mereka berdua habiskan.

Selama menjadi menantu di keluarga itu, Kara benar-benar menjadi seperti orang yang paling bahagia.

Katanya sangat jarang Sekali mendapat mertua yang baik dan sefrekuensi dengan kita. Tapi nyatanya ia mendapatkan itu.

Ia benar-benar sangat beruntung sekali mendapatkan Bara. Meskipun nikah dengan kata perjodohannya tapi sama sekali ia tak menyesalinya.

Pintu kamarnya sudah kembali tertutup tanda mama mertua nya itu sudah hilang di balik pintu itu.

Ia kembali menatap ke arah luar jendela nya itu, menatap indahnya pemandangan malam kota Bali ini.

Meskipun ia merindukan Bara tapi rasa penasarannya lebih besar dari rasa rindunya itu.

Meskipun tubuhnya begitu capek dan juga meminta untuk di istirahat kan tapi Kara benar-benar merasa bosan. Rasanya ia ingin pergi dari hotel ini mencari sesuatu yang ia sendiri pun tak tahu apa yang ia inginkan sebenarnya.

Ia langsung berdiri dari duduknya untuk bersiap-siap pergi keluar. Mencoba untuk bergaul dengan masyarakat Bali pada malam hari. Lagipula saat ini belum terlalu malam untuk keluar.

Tiga puluh menit berlalu akhirnya kini ia sudah siap untuk pergi dan bergabung bersama masyarakat Bali.

Tapi baru saja ia ingin melangkah pergi ia baru teringat bahwa Ponsel nya belum ia bawa. Ia berjalan Kembali ke tempat duduk nya tadi dimana ia melihat pemandangan Bali yang begitu indah itu.

Ada panggilan masuk saat ia baru saja ingin memasukkan ponselnya itu ke dalam tas selempang nya.

Dengan cepat ia langsung melihat siapa yang telah menelpon dirinya itu. Matanya Terbelalak ketika melihat Nama Bara lah yang menghiasi layar ponselnya itu.

Senang? Ah, jangan di tanya lagi bagaimana rasa senang yang ia rasakan saat ini.

Orang yang ia tunggu-tunggu sejak tadi akhirnya menelpon dirinya. Ia tahu dan ia yakin bahwa Bara begitu mencintai dirinya ini. Jika tidak mana mungkin Bara akan menelpon dirinya?

Tangan yang ingin menekan tombol hijau itu terhenti ketika ucapan dari mama mertuanya tadi tiba-tiba terngiang-ngiang di telinga nya saat ini.

Ia penasaran sebenarnya apa yang terjadi yang tak ia ketahui sama sekali? Mengingat ia berada dalam rencana mama dan papa mertuanya, Akhirnya ia menguatkan hatinya sendiri mencoba untuk mengabaikan panggilan masuk dari Bara meskipun sebenarnya hati nya sejak tadi terus memaksa dirinya untuk mengangkat telpon dari Bara yang ia tunggu-tunggu sejak tadi.

Kara menggeleng kan kepalanya dengan kuat mencoba untuk menepis semua hal yang mengganggu dirinya saat ini.

Tidak! Ia tidak boleh terkesan begitu gampangan seperti ini, sesekali Bara harus tahu bahwa ia juga bisa untuk jual mahal. Bara juga harus bisa berada di posisinya itu yang selalu saja setia menunggu dirinya dengan ratusan chat dan puluhan panggilan yang sama sekali tak mendapatkan jawaban.

Ia menarik nafasnya panjang-panjang dan kemudian ia keluarkan pelan-pelan, setelah merasa sedikit tenang, Kara memasukkan ponselnya itu ke Dalam tas selempang nya dan mengabaikan panggilan dari Bara itu.

Ia melangkahkan Kakinya untuk Segera pergi dari kamarnya. Entah kemana ia harus pergi pun ia tak tahu sama sekali, ia hanya mengikut kemana kakinya akan membawa dirinya keluar dari rasa bosan ini.

"Bali, aku datang." Ucap Kara dengan begitu semangat sekali melupakan hal yang telah membuat ia merasa sedih.

Tujuannya adalah melepas kan suntuk Dan juga bosan serta melupakan Bara sejenak seperti yang sering laki-laki itu lakukan padanya.