Satu jam kemudian, Mas Huda pun baru tiba di rumahnya. Jalanan yang sudah semakin gelap, penerangan lampu-lampu di jalanan membuat pandangannya terbatas dan memilih untuk mengurangi kecepatan sepeda motornya saja. Saat itu, waktu sudah menunjukkan jam 7 lebih. Mas Huda sengaja untuk mampir ke toko sebentar meski tadi dia sudah menyuruh Dewi untuk menutupnya duluan. Di sana ,dia hendak mengambil beberapa peralatan untuk digunakannya nanti malam mengerjakan servisan di rumah.
Sebelum kembali keluar dari toko karena telah mendapatkan barang yang dicarinya, Mas Huda pun menyempatkan untuk membuka ponselnya, siapa tahu ada yang menghubungi selama di perjalanan tadi. Dia pun tersenyum saat membaca pesan dari Nadia yang belum sempat dibacanya. Namun dia pun juga tampak mengernyitkan matanya saat di bawah chat dari Nadia, ternyata juga ada kontak Rara.
"Ngapain Rara ya?" gumamnya sebelum membaca pesan dari perempuan genit tersebut.
"Mas Huda, besuk bisa ke toko nggak ya? Aku ada perlu nih," kata Kak Rara dalam chatnya.
"Perlu apa perlu?? Ha...ha...," sahut Mas Huda dengan menambahkan emo tertawa di belakangnya.
"Aada deh, gimana? Bisa nggak?" tanya Kak Rara lagi.
"Jam berapa?" tanya Mas Huda.
"Aku masuk siang sih. Atau, kalau kamu nggak bisa aku ke kamu juga nggak masalah paginya," jawab Kak Rara.
"Sepenting apa sih nih anak sampai mau nyamperin segala?" batin Mas Huda seraya berpikir dan kemudian menggelengkan kepala.
"Besuk tak usahakan ke sana saja Ra," sahut Mas Huda.
"Oke kalau begitu. Thank you so much ya duda ... eh Huda .... See you ...," sahut Kak Rara mengakhiri percakapannya.
"Sami-sami," jawab Mas Huda.
sami-sami artinya sama-sama.
"Oiya, malah belum balas chat dari Nadia lagi," gumam Mas Huda seraya menepuk dahinya sendiri dan baru membalas chat dari Nadia yang sudah dibacanya sedari tadi.
"Sama-sama Nad. Ini sekarang aku dah sampai di rumah. Kamu gimana? Dah sampai mana sekarang?" tanya Mas Huda.
Tak berselang lama, Nadia pun membalas pesan darinya.
"Alhamdulillah, ini aku sudah mau turun dari bus Mas. Habis itu biasanya naik ojek kalau Bapak nggak sempat jemput," jawab Nadia.
"Syukurlah kalau begitu. Lanjut nanti lagi ya Nad, aku mau coba bongkar laptop kamu malam ini," sahut Mas Huda.
"Ya ampun Mas, nggak harus malam ini juga kali. Mas Huda istirahat aja ya. Lagian kan besuk juga masih bisa, lusa apa kapan lagi juga nggak apa kok. Kan aku bisa ke rental dulu kalau mau ngetik lagi," kata Nadia.
"Wes ... nggak usah kebanyakan bicara ya. Aku tuh udah terbiasa ngerjain kerjaan sampai malam tahu Nad. Lagian ini yang mau aku bongkar bukan cuma punya kamu saja. He ... he," jawab Mas Huda.
"Mas ... Mas. Aku tahu, kamu sangat bersemangat mencari uangnya. Tapi ya ingat kesehatan, jangan kebanyakan begadang," kata Nadia.
"Siaap ... He ... he," sahut Mas Huda meskipun dalam hatinya berkata,"Kayak kamu sendiri nggak menforsir diri kamu kerja sampai malam Nad ... Nad. Kamu pikir aku nggak tahu?"
"Ya sudah ya Mas, ini aku bentar lagi mau turun dari bus. Aku mau persiapan dulu," kata Nadia.
"Oke," sahut Mas Huda yang kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas lagi. Dan dia segera keluar dan menyunci kembali toko komputer miliknya.
"Bismillaah ...semoga malam ini bisa nyelesaikan kerjaan," gumam Mas Huda sebelum menyalakan mesin sepeda motornya dan berjalan menuju rumahnya.
"Malam Ma, Pa," sapa Mas Huda sesampainya di rumah.
"Wa'alaikumsalam," sahut Mama Riri yang sedang duduk bersebelahan dengan sang suami, sambil menonton TV dengan sajian kopi di depan mereka.
"Minta ya Pa," kata Mas Huda yang langsung mengambil secangkir kopi dan menyeruputnya sedikit
"Kamu ini, kebiasaan," sahut papanya.
Mama Riri hanya tampak tertawa kecil melihat ulah anak lelakinya.
"Jam segini kok baru pulang Nak? Banyak pelanggan apa?" tanya Mama Riri.
"Ya ... disyukuri saja Ma," jawab Mas Huda sambil berjalan masuk ke kamarnya.
"Hey, nggak mandi dulu?" Mama Riri meneriaki putranya yang berlalu begitu saja.
"Dingin Ma, nggak usah mandi nggak apa-apa kan?" sahut Mas Huda.
"Ah ... terserah. Udah sebesar itu masih saja harus diingatkan soal mandi sama orang tua. Bodo amat lah Mama sekarang," kata Mama Riri.
"Biarin aja Ma, mumpung tidurnya juga masih sendiri kan? Besuk kalau dah ada teman baru ... dikejar-kejar deh buat mandi. Wkkk," sahut Hanifa yang tiba-tiba nongol di sana.
"Aamiin," teriak Mas Huda dari dalam kamarnya.
"Oiya, Mas! Tadi Mas Rudi ke sini nyariin," kata Hanifa.
"Rudi? Tumben dia ke sini? Ngapain?" tanya Mas Huda.
"Mau kawin dia. Tuh, undangannya aku taruh di atas meja servis," jawab Hanifa.
Tampaknya Mas Huda kemudian mencari undangan yang dikatakan oleh adiknya, dan sejenak kemudian dia baru berkata,"Wheee ... nih anak diam-diam nyalinya udah besar juga ya ternyata."
"Terus, sekarang pertanyaannya Mas Huda kapan nyusul? He...he," sahut Hanifa.
"Hust, kamu ini kalau sama kakak kamu nggak usah bicara seperti itu," kata Mama Riri sembari menepuk paha Hanifa yang memang sedang duduk di sofa sebelahnya.
"Kan cuma bercanda Ma, biarin aja," sahut Papa Ridwan.
"Iya Mama ngerti, tapi kan Kakak kamu itu ...," sahut Mama Riri yang begitu menyadari kekurangan fisik putranya.
"Ma ... kita tak pernah tahu yang namanya jodoh dari Tuhan. Tak jarang lho, orang yang memiliki fisik yang sempurna tapi ternyata dipertemukan jodohnya lama," kata Papa Ridwan dengan perlahan.
Hanifa yang ikut mendengar kata-kata sang papa pun mengangguk dan menyahutnya,"Nah ... betul banget tuh yang dikatakan sama Papa."
"Iya deh, Mama salah. Maaf ya," sahut Mama Riri menyerah.
Sementara itu, Mas Huda masih saja di dalam kamarnya. Dia pun mulai membuka laptop Nadia yang malam ini menjadi prioritas utama.
"Kalau malam ini benar-benar bisa jadi, besuk bisa uji coba sehari habis itu lusa bisa tak kembalian lagi ke Nadia," batin Mas Huda yang ternyata sudah merencanakan pertemuan berikutnya.
"Rudi saja dah mau nikah dia. Siapa tahu, aku bisa segera menyusul mengakhiri masa lajangku juga. He ... he," batin Mas Huda.
Sebelumnya, tak lupa tentu saja dia back up semua data yang ada di dalamnya. Sembari menunggu proses back up berjalan, Mas Huda pun melihat file yang berisi foto-foto Nadia.
"Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. He ... he," batin Mas Huda sambil senyum-senyum sendiri setelah menyimpan foto-foto Nadia di drive pribadinya.
"Sorry ya Nad," batin Mas Huda. Foto demi foto pun dibuka olehnya. Di slide yang ke 56, Mas Huda terlihat tertegun sejenak, melihat foto Nadia yang sedang bersama dengan seseorang.
****
Bersambung ...