Chereads / Unbreakable Love's / Chapter 4 - Kematian Natasha

Chapter 4 - Kematian Natasha

Sementara itu, Zihan tengah berusaha memulihkan matanya yang terkena pasir lemparan Jian demi menyelamatkan Natasha dari rencana jahat Jian.

"Aku tidak akan membiarkanmu melukai adikku, Jian!" berang Zihan sambil mengepalkan tangannya dan mengacak seluruh pasir yang membuat matanya menjadi, kesulitan dalam melihat.

Setelah itu, Zihan mencoba menenangkan pikirannya karena emosi hanya bisa membawa petaka bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya.

"Tenang Zihan, tenang ...." Zihan menarik napas, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia mencoba mengendalikan dirinya agar tidak bertindak gegabah, seperti Jian.

Setelah merasa tenang, Zihan mencari cara berjalan tanpa melihat karena matanya masih sulit untuk melihat.

Namun, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari kejauhan membuat Zihan waspada terhadap sekitar.

"Ada apa denganmu, Zihan?" tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah Kaihan.

"Siapa kamu?" tanya balik Zihan.

"Kaihan, kekasih adikmu ..." balasnya.

Kaihan berdiri di hadapan Zihan, sedangkan Zihan hanya terdiam karena dirinya tidak bisa melihat apa-apa.

"Mata kamu terluka?" tanya Kaihan sambil menatap mata Zihan yang penuh pasir.

"Iya ..." balas Zihan.

Zihan menampilkan ekspresi datarnya, sedangkan Kaihan tengah mencoba menyembuhkan mata Zihan menggunakan kekuatan yang dia miliki.

"Tidak bisakah kau tersenyum kepadaku? Aku tengah berusaha untuk menyembuhkanmu," pinta Kaihan yang merasa tidak nyaman dengan ekspresi Zihan.

Zihan langsung mengubah ekspresi wajahnya seketika, ia sangat membutuhkan bantuan Kaihan agar bisa menyelamatkan Natasha dan Zixuan.

"Siapa yang tega melakukan ini kepadamu?" tanya Kaihan.

"Siapa lagi kalau bukan adik tirimu," balas Zihan.

"Apa?" tanya Kaihan seolah tidak percaya jika Jian-lah yang melakukan hal itu pada Zihan.

"Iya, Jian ingin menggagalkan pernikahanmu dengan Natasha dan mungkin dia akan melukai Natasha ..." sahut Zihan.

Zihan menceritakan seluruh hal yang ia lakukan bersama Jian, sedangkan Kaihan tengah mencerna ucapan Zihan karena biasanya Jian memberitahu rencana liciknya menggunakan obrolan yang hanya bisa dimengerti oleh orang licik juga.

"Aku tahu apa rencana Jian selanjutnya," ucap Kaihan membuat Zihan penasaran.

"Apa?" tanya Zihan.

"Ayo, ikut aku ..." ajak Kaihan, lalu melangkah dan hendak pergi meninggalkan Zihan.

"Tunggu!" teriak Zihan membuat langkah Kaihan terhenti seketika.

"Kenapa?" tanya Kaihan.

"Aku ikut, tapi mataku tidak bisa melihat ..." balas Zihan sambil berpura-pura memejamkan mata.

Kaihan kembali memundurkan langkahnya, lalu menopang tubuh Zihan yang tidak kalah berat dari tubuhnya.

"Merepotkan!" keluh Kaihan sambil memapah tubuh Zihan, sedangkan Zihan malah tersenyum saat mendengarnya karena ia sengaja melakukannya untuk menguji tingkat kesabaran Kaihan.

"Kau tidak boleh mengeluh. Natasha itu mudah kecewa jadi, jangan sampai kau membuatnya kecewa atau kau akan berurusan dengan Zixuan ..." ujar Zihan.

Zihan tahu jika Zixuan sangat menyayangi Natasha, bahkan rasa sayang Zixuan jauh lebih besar dari rasa sayangnya. Zihan tidak terlalu memikirkan Natasha karena ia sibuk dengan urusannya sendiri.

"Iya," balas Kaihan.

Kaihan tetap melanjutkan perjalanannya walaupun tubuhnya sedikit lelah karena menopang tubuh Zihan.

Namun, hal itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Natasha, nyawa Natasha jauh lebih penting bagi Kaihan karena Natasha adalah cinta sejatinya.

***

Natasha berada tidak jauh dari halaman rumah, ia sedang menunggu Zixuan yang tengah memantau para pasukan Jian.

"Kenapa Kak Zixuan lama sekali, ya?" Natasha merasa cemas karena Zixuan tidak kunjung kembali, ia takut jika para pasukan Jian menyerang Zixuan.

"Sebaiknya aku susul saja," ucap Natasha.

Natasha pergi dari tempat tersebut dan melangkah secara perlahan agar para pasukan Jian tidak melihat dirinya.

"Kamu sedang apa, sayang?" tanya seorang pria yang berada di belakangnya.

Natasha tidak menjawab dan terus melangkah tanpa memedulikan pria tersebut, sedangkan pria tersebut terus mengikutinya dan menarik tangan Natasha tiba-tiba.

Pria itu memeluk tubuh Natasha, lalu menggenggam tangannya membuat tubuh Natasha kembali bergetar karena pria yang memeluknya adalah Jian.

"Tolong, lepaskan aku!" pinta Natasha.

"Tidak! Aku harus membunuhmu agar Kaihan menderita," balas Jian membuat Natasha kembali ketakutan.

Natasha berusaha untuk memberontak, tapi gagal karena Jian memiliki tenaga yang jauh lebih besar dari dirinya.

"Kamu tidak akan bisa melarikan diri dariku, sayang. Sekeras apa pun kamu mencoba, aku akan menangkapmu!" bisik Jian.

Jian hendak membawa Natasha, tapi Natasha berusaha untuk memberontak membuat Jian menjadi, emosi.

Jian menarik paksa Natasha dan menyeret tubuhnya membuat wajah cantik Natasha penuh dengan luka darah.

Sesampainya di halaman rumah, Jian langsung membiarkan Natasha begitu saja tanpa mengobati lukanya.

"Jaga dia, jangan sampai dia kabur!" perintah Jian pada seluruh pasukannya.

"Baik, Tuan." Seluruh pasukannya menunduk hormat kepada Jian, tapi Jian malah mengabaikannya dan pergi begitu saja karena dirinya harus mencari Kaihan, Zixuan dan Zihan.

Ketika Jian pergi, Natasha hanya menatapnya dari kejauhan. Tubuhnya terasa sangat lemas akibat kekerasan yang dilakukan oleh Jian kepada dirinya.

"Tolong, lepaskan saya ..." pinta Natasha.

"Jangan harap!" balas pasukan Jian.

"Setidaknya berikan saya minum," ucap Natasha dengan lirih.

"Baiklah." Salah satu dari mereka memberikan air kepada Natasha, lalu Natasha meminumnya secara perlahan karena bibirnya penuh dengan luka.

Setelah meminum, Natasha memberikan senyuman kepada para pasukan itu. Natasha sadar bahwa mereka tidak jahat, mereka melakukan semua itu karena terpaksa.

"Bisa saya menitipkan sesuatu kepada kalian?" tanya Natasha.

"Menitipkan apa?" tanya baliknya.

"Surat Terakhir Untuk Kaihan," balas Natasha.

Natasha menyerahkan sebuah kertas yang berisi surat terakhirnya, ia sudah mendapatkan mimpi jika ia akan tiada dalam waktu dekat dan pernikahannya dengan Kaihan hanya menjadi, angan-angan.

"Tolong berikan ini kepada Kaihan. Saya tahu kalian adalah orang baik," pinta Natasha.

"Kami akan memberikannya," balas mereka.

Natasha menghela napasnya, lalu memejamkan mata. Ia ingin tidur untuk selamanya karena ia sudah tidak sanggup menahan penderitaan yang ia alami.

"Natasha!" panggil Zixuan yang datang secara tiba-tiba.

"Kakak." Natasha kembali membuka mata dan menatap Zixuan.

"Siapa yang melukai kamu?" tanya Zixuan.

"Tidak ada," balas bohong Natasha.

Natasha meraih tangan Zixuan dan mengusapnya secara perlahan, jika hari ini adalah hari terakhirnya, dirinya pasti akan merindukan sosok kakaknya.

"Jika hari ini adalah hari terakhirku, aku ingin melihat kakak menangis. Selama ini aku belum pernah melihat kakak menangis," ucap Natasha.

"Tidak boleh berbicara, seperti itu. Usia kamu masih panjang dan kakak akan selalu berada di dekatmu," janji Zixuan.

Zixuan mencoba menenangkan pikiran Natasha agar Natasha tidak membicarakan hal yang membuatnya sedih.

Namun, saat dirinya tengah menenangkan Natasha, ada manusia setengah iblis yang muncul secara tiba-tiba.

"Akhirnya, kalian masuk perangkapku ..." ucap Jian sambil tersenyum licik.

Jian melangkah mendekati Natasha, tapi Zixuan langsung menghalangi jalannya karena ia tidak ingin adiknya terluka.

"Mundurlah jika kau tidak ingin nyawamu menjadi, taruhannya!" ancam Zixuan.

"Seharusnya aku yang bilang, seperti itu ..." balas Jian.

Jian langsung menyerang Zixuan dan Zixuan memberikan balasan yang tidak kalah hebat, keduanya seimbang karena hanya Kaihan atau Zihan yang mampu mengalahkan Jian.

Zixuan mengeluarkan senjata tajamnya, sedangkan Jian malah tersenyum karena ia telah menyiapkan suatu senjata yang bisa membunuh Zixuan.

"Ayo, serang aku!" tantang Jian.

"Kamu benar-benar ingin mati? Baiklah!" balas Zixuan.

Zixuan langsung memberikan serangan bertubi-tubi kepada Jian. Namun, tanpa Zixuan sadari, ada beberapa anak panah yang mengarah ke dirinya.

"Kak Zixuan!" Natasha berteriak agar Zixuan mengelak, tetapi Zixuan tidak mendengarnya karena suara pedang yang cukup kencang.

"Aku harus menyelamatkannya," batin Natasha. Natasha berusaha untuk berdiri tegak dan saat anak panah itu sudah berada sangat dekat dengan Zixuan, Natasha berdiri di hadapan kakaknya membuat anak panah itu mengenai dirinya.

Seketika Natasha terjatuh dengan tubuh yang bersimbah darah, lalu Natasha mencoba mengucapkan sesuatu yang ingin ia ucapkan kepada Jian.