Chereads / Unbreakable Love's / Chapter 8 - Penyesalan Lian

Chapter 8 - Penyesalan Lian

Sementara itu, Hara berada di luar kamarnya. Ia tidak mau menemui istrinya karena istrinya lebih percaya kepada Kaihan dibandingkan Jian.

"Kenapa seluruh keluargaku lebih percaya kepada Kaihan? Padahal ucapan Kaihan adalah dusta," gerutu Hara di dalam hatinya.

Hara benar-benar merasa jengkel kepada Kaihan karena Kaihan pernah membongkar kekerasan yang ia lakukan kepada ketiga anaknya.

"Awas saja kamu, Kaihan. Aku bersumpah akan membunuhmu!" teriak Hara sembari membanting barang yang berada di sekitarnya.

Tok, tok, tok ...

Terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Hara menghentikan aksi kasarnya pada barang-barang tidak bersalah.

"Siapa sih? Ganggu saja!" gerutu Hara.

Hara menghempaskan salah satu barangnya dan berjalan menuju pintu. Ketika berada di depan pintu, Hara langsung membukanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Natasha dan Zixuan dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

"Apa yang terjadi pada mereka?" tanya Hara pada Kaihan dan Zihan.

"Mereka mati ditangan Jian," balas Zihan sembari tertunduk lemas.

"Tidak mungkin! Kamu pasti yang membunuh kedua anakku!" tuduh Hara pada Kaihan.

Hara melangkah mendekati Kaihan, lalu bersiap untuk membunuhnya. Namun, tiba-tiba Zihan menendangnya membuat Hara terpental cukup jauh dari mereka.

"Anak kurang ajar! Kenapa kamu malah menyerang Ayahmu sendiri, hah?" tanya Hara pada Zihan.

"Maafkan aku, aku cuma tidak ingin Kaihan dituduh oleh Ayah. Kaihan adalah orang yang menyelamatkan aku dari rencana licik Zihan," balas Zihan yang masih mencoba sabar.

Zihan menunduk sebagai rasa hormatnya pada ayah tercinta. Akan tetapi, Hara malah menarik rambut Zihan dan menyiramnya menggunakan air kotor.

"Dasar anak tidak berguna! Kau lebih membela dia daripada saya?" tanya Hara sambil menunjuk Kaihan, tapi Kaihan hanya terdiam saja karena ia tidak ingin mencari masalah dengan Ayah dari mendiang kekasihnya.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Ayah adalah orang terbodoh yang pernah aku temui." Zihan terus membela Kaihan karena Kaihan adalah sahabatnya walaupun Kaihan membunuh Zixuan, tapi Zihan dapat memakluminya karena tadi Kaihan dipengaruhi oleh bulan purnama.

Hara yang mendengarnya menjadi, semakin geram kepada Zihan karena Zihan selalu membela Kaihan dan Zihan adalah orang pertama yang merestui hubungan Natasha dengan Kaihan.

"Kamu benar-benar ingin Ayah bunuh!" Hara mengeluarkan senjata tajamnya, lalu memutarkan senjata itu dan hendak membunuh Zihan.

Namun, Kaihan menangkis serangan Hara pada Zihan karena ia tidak ingin kehilangan orang yang ia sayang untuk ke ribuan kalinya.

"Cukup! Saya ke sini karena ingin menolong Natasha, bukan mencari masalah dengan Paman ..." ucap Kaihan, lalu menunduk.

Kaihan berusaha bersikap sopan kepada Hara karena Hara adalah Ayah dari kekasihnya, sedangkan Hara membalasnya dengan tatapan kebencian. Jika boleh jujur, Hara sangat membenci Kaihan karena dahulu ia pernah ditolak oleh mendiang Ibu Kaihan.

"Pergi sana! Saya yang akan mengurus mereka sendiri," usir Hara.

"Paman, biarkan aku ikut. Aku ingin tahu keadaan Natasha, apakah dia masih bisa diselamatkan atau tidak." Kaihan bertekuk lutut di hadapan Hara karena ia ingin mengetahui kondisi kekasihnya, ia rela melakukan apa pun demi Natasha agar Natasha kembali ke pelukannya.

"Tidak, kau tidak boleh ikut!" Hara menendang Kaihan, lalu menginjak salah satu kaki Kaihan yang terluka karena senjata tajam milik Jian.

"Akhh!" Seketika Kaihan merintih kesakitan dan darah kembali mengalir dari luka tersebut.

"Tenanglah ... aku akan mengobati lukamu," ujar Zihan.

Zihan membaringkan tubuh Zixuan di samping Natasha, lalu Zihan melepaskan kain putih yang terikat dikepala dan menutup luka Kaihan menggunakan kain tersebut.

"Apakah masih sakit?" tanya Zihan.

"Masih, tapi tidak terlalu ..." balas Kaihan sembari tersenyum.

Zihan mengulurkan tangannya dan menarik tangan Kaihan agar kembali berdiri tegak, seperti semula. Sedangkan Hara berpura-pura tidak melihatnya agar pikirannya tidak terjerumus oleh Kaihan.

"Sudahlah, daripada aku menonton kalian, mending aku cari Jian." Hara menghela napas jijik pada Kaihan, kemudian Hara keluar dan pergi meninggalkan rumahnya.

Hara masih tidak percaya jika Jian yang membunuh kedua anaknya, kecuali Jian yang mengatakannya secara langsung.

"Sepertinya Ayahmu masih tidak percaya dengan perkataan aku," ucap Kaihan sambil tertunduk.

"Sabar, Ayahmu bukan tidak percaya. Tapi belum bisa untuk percaya karena kamu adalah anak dari mantan kekasihnya dahulu," sahut Zihan membuat mata Kaihan melotot.

Kaihan tidak pernah tahu jika ayah Hara menyukai mamanya beberapa tahun silam, tapi pada kala itu keduanya sama-sama telah dijodohkan dan itulah penyebabnya hubungan mereka kandas.

"Loh, kalian kok ada di sini?" tanya seorang perempuan yang tak lain adalah Lin Xia.

Kaihan melirik Zihan sekilas, lalu Kaihan membalikkan badannya dan kembali menggendong jasad Natasha.

"Nak, apa yang terjadi pada dua adikmu?" tanya Lin.

"Maafkan aku, Bun. Aku gagal menjaga mereka dan karena kelicikan Jian, mereka jadi tiada," balas Zihan.

"Apa?" Lin menghempaskan tubuhnya seketika, ia tidak percaya jika kedua anaknya telah tiada.

Lin terduduk lemas, ia tidak menyangka akan kehilangan dua anaknya sekaligus. Mungkin ini adalah karma untuknya karena membiarkan ketiga anaknya hidup susah, sedangkan ia menikmati kehidupannya sebagai istri dari Tuan Muda kaya yakni Hara.

"Hiks, hiks, hiks." Lin menangis tersedu-sedu, ia menyesal karena terlalu patuh pada suaminya yang sangat kejam itu.

"Bunda jangan menangis, ini semua bukan salah Bunda." Zihan mencoba menenangkan hati Bundanya agar air mata tidak mengalir kembali.

"Ini salah Bunda. Seandainya pada saat itu Bunda mencari kalian, Natasha dan Zixuan pasti masih hidup sekarang," lirih Lin.

"Bunda, kematian adalah takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan. Sekalipun Bunda mencari kami, Natasha dan Zixuan akan tetap mati karena Tuhan telah menentukan tanggal kematian mereka," sahut Zihan dengan bijak.

Zihan merangkul bundanya agar bundanya lebih kuat dalam menghadapi badai yang tengah menerpa mereka.

Sementara itu, Kaihan berada di sebuah kamar yang di tempati oleh Natasha sewaktu kecil.

Kaihan membaringkan tubuh Natasha, kemudian ia duduk di samping kekasihnya.

"Kamar ini benar-benar cantik, secantik dirimu ..." ucap Kaihan sembari menatap wajah Natasha.

Kaihan menggenggam tangan Natasha, lalu menciumnya. Ia tidak ingin kehilangan kekasihnya karena rasa cintanya sudah terlalu besar.

"Sayang, apakah kamu ingat dengan pertemuan pertama kita?" tanya Kaihan berharap Natasha akan menjawab pertanyaannya.

"Iya, kita bertemu di sungai cinta. Sungai yang berada cukup dekat dari rumah ini," ucap Kaihan seolah-olah sedang mengobrol dengan Natasha.

Kaihan kembali teringat pertemuannya dengan Natasha di sungai yang mereka namai sungai cinta karena sungai itu adalah saksi dari cinta mereka.

Pertemuan awal mereka memang cukup mengenaskan sebab pada saat itu Natasha mencoba melakukan percobaan bunuh diri karena patah hati dengan Jian, sedangkan Kaihan diusir dari rumah oleh Ibu tirinya.