"Di saat aku hampir tiada karena kelaparan, kamu datang dan memberikan aku sebuah makanan yang membuat aku kagum padamu. Perlahan rasa kagum aku berubah menjadi, rasa cinta ..." lirih Kaihan.
Kaihan terus menceritakan kenangan-kenangan indahnya bersama Natasha sembari berharap Natasha dapat mendengarnya dan kembali bangun dari tidur panjangnya.
"Bunda salut denganmu, Kaihan. Bunda dapat merasakan ketulusan cintamu pada Natasha," ucap Lin yang datang secara tiba-tiba.
Lin melangkah mendekati Kaihan bersama Zihan yang membawa jasad Zixuan, sedangkan pandangan Kaihan hanya tertuju pada Natasha.
"Terima kasih sudah menjaga dan membahagiakan Natasha, kamu memang pria terbaik untuk Natasha." Lin menatap Kaihan dengan mata yang berkaca-kaca karena dirinya salut pada ketulusan hati Kaihan.
Pantas saja, Natasha rela melarikan diri dari rumah demi mempertahankan hubungan dia dengan Kaihan dan ternyata inilah alasannya. Natasha mendapatkan hal yang tidak pernah ia dapatkan dari kedua orangtuanya.
"Aku mencintai Natasha dan aku akan menjaganya dengan tulus. Tuhan menakdirkan kita untuk bersama dan semoga Tuhan tidak menakdirkan kita untuk berpisah." Kaihan membalas tatapan Lian sembari tersenyum, ia sudah menganggap Lian sebagai Ibunya sendiri.
"Terima kasih, Bunda. Karena Bunda telah melahirkan Natasha jika Bunda tidak melahirkan Natasha, aku tidak akan bertemu dengannya ..." ucap Kaihan, lalu memeluk tubuh Lian.
Kaihan sudah menganggap Lian, seperti Ibunya sendiri dan mana mungkin ia menyalahkan Lian atas kematian Natasha?
Natasha mati bukan karena Lian tidak mencarinya, tapi karena kejahatan Jian yang tidak pantas untuk dimaafkan.
Sementara itu, Zihan berada di depan pintu kamar. Langkahnya terhenti setelah mendengar perkataan Kaihan.
"Benar kata Kaihan. Tanpa Bunda ... Aku, Zixuan dan Natasha tidak akan lahir ke dunia ini," batin Zihan.
Zihan menyadari akan kesalahannya, ia telah berdosa kepada Bundanya dan inilah yang membuat Natasha serta Zixuan meninggal secara bersamaan. Mungkin Tuhan sedang menghukum mereka.
"Bunda, maafkan aku. Aku telah berdosa kepada Bunda, aku memang anak yang tidak bisa diharapkan!" ucap Zihan sambil menyalahkan dirinya sendiri.
"Kenapa kamu berbicara, seperti itu? Bunda tidak pernah kesal pada kalian karena Bunda tahu alasan kalian pergi meninggalkan rumah secara diam-diam," balas Lian.
Zihan tertunduk, lalu berjalan menghampiri Bundanya secara perlahan. Ketika berada di hadapan Bundanya, Zihan langsung membaringkan tubuh Zixuan di samping jasad Natasha, lalu duduk bersebelahan dengan Kaihan.
"Maafkan aku, Bunda. Aku benar-benar menyesal, aku berjanji tidak akan pergi meninggalkan Bunda lagi!" janji Zihan.
"Iya, Nak. Bunda juga janji akan menjadi, orangtua yang lebih baik ..." sahut Lian.
Lian memeluk Zihan dan Kaihan secara bersamaan, ia benar-benar beruntung karena masih memiliki dua pria tampan itu walaupun anak kandungnya telah tiada.
"Bunda sangat menyayangimu, Zihan. Meski kamu bukan anak kandung Bunda, tapi Bunda akan tetap menjagamu, seperti anak Bunda sendiri ..." batin Lin.
Lin merasa bersalah kepada Zihan karena masih menutupi identitasnya sebagai Ibu tiri Zihan, Lin bukanlah Ibu kandung Zihan karena Ibu kandungnya telah tiada seminggu sesudah melahirkan Zihan.
Namun, Lin tetap menyayangi Zihan, seperti menyayangi anak kandungnya sendiri yaitu Zixuan dan Natasha.
Setelah beberapa menit, Lin melepaskan pelukannya pada Zihan dan Kaihan. Lalu fokus meratapi Natasha dan Zixuan.
"Mereka masih bisa hidup kembali, kita harus menemui Paman Xian. Dia pasti tahu caranya," usul Lin.
"Bunda benar. Paman pasti tahu cara menghidupkan mereka kembali," sahut Zihan.
"Ayo, kita pergi ke rumah Paman!" ajak Kaihan dengan nada antusias.
Kaihan langsung menggendong tubuh Natasha, sedangkan Zihan dan Lian saling melemparkan tatapan.
"Baiklah." Zihan kembali menggendong tubuh Zixuan, kemudian ia melangkah mendekati Kaihan dan memberikan sebuah isyarat kepadanya.
Namun, Kaihan tidak mengerti karena isyarat yang Zihan gunakan, seperti bahasa alien.
"Kamu kenapa?" tanya Kaihan membuat Zihan menepuk jidatnya.
"Kita harus berhati-hati karena kita tidak tahu, seperti apa kekuatan Paman Xian sekarang. Mungkin dia jauh lebih berbahaya," bisik Zihan agar Bundanya tidak mendengar.
"Iya, kamu tenang saja." Kaihan menepuk bahu Zihan, lalu pergi meninggalkan Zihan dan mengikuti langkah Bunda Lian.
Sedangkan Zihan bersembunyi di belakang Kaihan karena ia takut jika Pamannya telah berubah menjadi, orang jahat.
Terakhir kali Zihan mendengar jika Pamannya telah dipengaruhi oleh kekuatan gelap dan mungkin aliran yang digunakan oleh Pamannya pun menjadi, aliran hitam.
Setengah jam kemudian.
Mereka bertiga tiba di halaman rumah Zongxian yang cukup menyeramkan karena tidak ada cahaya menyinari tempat tersebut, bahkan pohon-pohon di sana penuh oleh kelelawar serta burung gagak.
"Menyeramkan sekali," batin Zihan.
Zihan menatap sekitar dan perasaan tidak enak membenak di hatinya. Sesungguhnya, Zihan tidak mau menginjakkan kaki di rumah itu. Namun, keadaan kembali memaksanya dan ia rela melakukannya demi kedua adiknya.
Mereka berdiri di depan pintu, lalu Lian mengetuk pintu rumah itu.
Tak lama kemudian, ada seorang wanita yang membukakan pintu untuk mereka. Namun, Kaihan dan Lian mengabaikannya karena wanita itu adalah roh yang dipelihara oleh Paman Zongxuan.
Zihan masih berdiri tegak di hadapan pintu, pandangannya fokus pada halaman rumah sehingga ia tidak menyadari jika Kaihan dan Bundanya sudah masuk lebih dahulu.
"Silakan masuk," ucap wanita berwajah pucat yang berdiri di hadapan Zihan.
Zihan membalikkan posisi tubuhnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah menyeramkan dari wanita itu. Satu matanya keluar, rambutnya yang terurai panjang hingga menutupi mata sebelah kiri dan setengah wajahnya, seperti terbakar.
Seketika Zihan menutup mata, ia tidak ingin melihat makhluk, seperti itu karena ia adalah tipe penakut.
Meski dia adalah Rubah, tapi dia tetap takut pada hantu karena sewaktu kecil, dia hampir dimakan oleh hantu yang haus akan manusia serta hewan.
"Kamu akan menjadi, makanan aku!" ucap hantu itu, lalu tertawa.
"Tidak akan!" Zihan langsung mendorong hantu itu menggunakan kekuatannya, lalu Zihan berlari masuk ke dalam rumah.
Zihan menyusuri lorong rumah yang gelap gulita, dia terpisah dari Kaihan dan Bundanya.
"Kalian di mana?" tanya Zihan sambil terus berlari dan di sepanjang perjalanan, Zihan diganggu oleh para hantu yang sedang kelaparan.
Namun, Zihan berhasil mengalahkan mereka walau dalam kondisi sedang menggendong jasad Zixuan.
Beberapa saat kemudian, Zixuan tiba di sebuah ruangan yang sedikit bercahaya karena dihiasi oleh lilin-lilin cantik berbentuk panjang.
"Tempat apa ini?" gumam Zihan sambil menatap ke arah sekitar.
Zihan mencari keberadaan Kaihan dan ternyata Kaihan sedang duduk bersama Bundanya di kursi panjang.
"Sedang apa mereka?" batin Zihan.
Zihan melangkah mendekati mereka dan ketika berada cukup dekat, ia dapat melihat seorang pria duduk di hadapan Kaihan dan Bundanya.
Zihan mengenali pria tersebut karena pria tersebut adalah Kakak Bundanya. Akan tetapi, Zihan tidak terlalu dekat dengan dia karena dia menganut ilmu hitam yang dapat membahayakan nyawa orang lain.