Chereads / Unbreakable Love's / Chapter 7 - Jian Terkalahkan

Chapter 7 - Jian Terkalahkan

"Aku mohon ... Bangunlah, Xuan! Jangan tinggalkan aku sendiri." Zihan menggoyangkan tubuh Zixuan, ia berharap jika Zixuan kembali hidup karena ia tidak ingin sendirian.

"Akhh!!" Zihan menjerit histeris, ia benar-benar tidak menyangka jika kedua adiknya akan tiada.

Zihan menatap Kaihan, lalu menghampirinya dengan penuh emosi. Zihan memukul wajah Kaihan dan menendang perutnya membuat Kaihan terhuyung ke belakang.

"Kenapa kau melakukan ini, Kaihan?" tanya Zihan sambil berteriak.

Zihan menarik baju Kaihan dan mencekik lehernya agar Kaihan merasakan apa yang dirasakan oleh Zixuan, ia benar-benar tidak terima jika adiknya mati ditangan Kaihan.

"Maafkan aku ... Aku tidak sengaja melakukannya," ucap Kaihan.

"Apa katamu? Tidak sengaja? Kau telah membunuh adikku dan itu artinya, kau sudah siap untuk menemui ajalmu!" ancam Zihan.

Zihan menatap Kaihan dengan penuh kebencian, sedangkan Kaihan hanya tertunduk lemas di hadapannya. Kaihan merasa bersalah pada Zixuan, tapi takdir tidak bisa diubah.

Tanpa Zihan sadari, Jian mengeluarkan anak panahnya dan ia telah siap membidik Zihan.

"Zihan, awas!" Dengan cepat Kaihan mendorong tubuh Zihan membuat keduanya terjatuh secara bersamaan dan tak lama kemudian, anak panah itu mengenai pohon yang berada di belakang Zihan tadi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Kaihan.

"Kenapa kamu menolong aku? Seharusnya kamu biarkan saja," tanya balik Zihan.

"Kamu adalah kakak kekasihku, lagi pula aku sudah menganggapmu sebagai sahabat ..." balas Kaihan.

Kaihan memberikan senyuman kecil pada Zihan, kemudian Kaihan mengulurkan tangannya dan menarik tangan Zihan agar Zihan kembali bangkit dari keterpurukan.

"Kamu boleh membunuhku, tapi setelah kita mengalahkan Jian," ucap Kaihan membuat Zihan tercengang.

"Kamu serius?" tanya Zihan.

"Tentu saja, aku adalah pembunuh dan aku harus merasakan hal yang Zixuan rasakan." Kaihan membalasnya sambil tersenyum membuat Zihan menjadi, tidak tega kepadanya. Bagaimanapun juga Kaihan adalah sahabatnya, mana mungkin dia membunuh Kaihan?

"Baiklah, kita lenyapkan dahulu dia. Setelah itu, aku akan melenyapkanmu," ucap Zihan.

"Baiklah!" sahut Kaihan.

Mereka mengalihkan pandangannya pada Jian, tujuan utama mereka adalah melenyapkan Jian dan membalaskan dendam Natasha.

"Kamu siap Kaihan?" Zihan melirik Kaihan sekilas, kemudian kembali fokus menatap Jian.

"Tentu saja," balas Kaihan.

Mereka mengeluarkan kekuatan terkuat yang mereka miliki dan seketika pakaian mereka berubah menjadi, jubah panjang berwarna hitam yang membuat Kaihan dan Zihan terlihat menyeramkan.

Kaihan mengeluarkan tombaknya yang dilapisi oleh api, sedangkan tombak Zihan dilapisi oleh air.

Keduanya mendapatkan kekuatan itu setelah berguru dengan Zongxian–Paman Natasha–yang jauh lebih pengertian dari Ayah Natasha.

"Bersiaplah menemui ajalmu, Jian!" ucap Kaihan dan Zihan secara bersamaan, sedangkan Jian yang mendengarnya hanya tersenyum saja karena dia sudah menyiapkan satu anak panah dibusurnya.

Kaihan dan Zihan langsung melempar tombaknya dan kedua tombak itu meluncur dengan sangat cepat, sedangkan Jian juga sudah melepaskan anak panahnya agar bisa membunuh Kaihan dan Zihan.

"Jika aku mati, maka kalian juga harus mati agar kita bisa masuk neraka secara bersama-sama!" ucap Jian pada Zihan dan Kaihan.

"Bukan kita, tapi kamu!" Spontan Zihan mempercepat laju tombaknya, sedangkan Jian berusaha untuk mengalahkannya dengan anak panah. Akan tetapi, usaha Jian sia-sia karena tombak milik Zihan dan Kaihan telah bersatu dan tidak terkalahkan.

Jian mencoba untuk mengelak. Namun, usahanya gagal dan dalam hitungan detik, tombak itu menembus jantungnya.

Tubuh Jian terhempas seketika, lalu terjatuh ke tanah dengan kondisi yang sangat tragis, bahkan jauh lebih tragis dari Natasha dan Zixuan karena tombak milik Kaihan memang sangat berbahaya bagi para musuhnya.

Kaihan berlari saat melihatnya dan sesampainya di hadapan Jian, Kaihan langsung terkejut dengan kondisi Jian.

Mata Jian masih terbuka lebar. Akan tetapi, jantungnya sudah tidak berdetak dan itu artinya, Jian telah pergi untuk selama-lamanya.

"Selamat tinggal Jian. Aku akan tetap menganggapmu adik walaupun kamu selalu berbuat jahat kepadaku," ucap Kaihan sambil menutup mata Jian.

Kaihan masih menyayangi Jian sebagai adiknya karena dahulu Jian sering menolongnya sewaktu disiksa oleh Ibu Jian alias Ibu Tiri Kaihan.

"Sudahlah, kita tinggalkan saja dia di sini. Kita harus mengurus jasad Natasha dan Zixuan!" perintah Zihan.

"Baiklah." Dengan terpaksa Kaihan meninggalkan Jian sendiri, Kaihan tidak mempunyai pilihan lain, selain patuh dengan Zihan karena ia telah membunuh Zixuan.

Ketika Kaihan pergi, ada seorang kakek tua mendekati jasad Jian. Kakek itu berdiri di hadapan Jian sambil tersenyum licik, kemudian dia membawa jasad Jian dan menghilang secara misterius.

***

Sementara itu, di rumah orangtua Natasha, ada wanita paruh baya tengah terbaring lemah di atas kasurnya. Wanita itu bernama Xia Lin, Ibu dari tiga orang anak yang bernama Zihan, Zixuan dan Natasha.

"Bagaimana keadaan ketiga anakku? Apakah mereka baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap langit-langit, ia merindukan ketiga anaknya yang melarikan diri dari rumah karena tidak sanggup hidup bersama Ayah yang kejam, seperti suaminya.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya suaminya sambil melangkah menghampiri dirinya.

"Aku rindu dengan Zihan, Zixuan dan Natasha. Aku ingin bertemu mereka," balasnya dengan wajah sendu.

"Kamu tidak perlu mencemaskan mereka. Selama ada Jian, mereka akan baik-baik saja ..." ujar suaminya.

Suaminya duduk di sampingnya, lalu merangkul tubuhnya dengan penuh kehangatan. Dia tahu jika istrinya mencemaskan ketiga anak mereka, tapi selama Jian ada pasti ketiga anaknya akan baik-baik saja.

Dia sangat mempercayai Jian, bahkan dia sampai rela bertengkar dengan ketiga anaknya sendiri.

"Kamu kenapa percaya pada Jian?" tanya Lin pada suaminya–Hara.

"Jian adalah tangan kanan aku jadi, dia tidak mungkin menyakiti anak kita walaupun dahulu dia pernah mengkhianati Natasha, tapi dia melakukannnya karena terpaksa." Hara menatap wajah istrinya yang cukup mirip dengan wajah anak bungsu mereka yaitu Natasha.

Sudah dua tahun lamanya, Hara tidak bertemu dengan Natasha. Rasa rindu cukup membebani pikirannya, tapi dia tidak mungkin merestui hubungan Natasha dengan Kaihan karena dia sudah terlanjur menjodohkan Natasha dengan Jian.

"Kamu jangan terlalu percaya kepada Jian karena kamu masih belum mengetahui sifat aslinya," ujar Lin.

"Jian adalah orang baik, dia tidak mungkin berkhianat kepadaku. Kamu jangan terpengaruh oleh Kaihan!" sahut Hara.

Hara melepaskan rangkulannya, lalu pergi meninggalkan Xia sendiri. Hara merasa sangat kesal kepada istrinya karena istrinya terpengaruh oleh ucapan Kaihan.

Sedangkan Lin hanya bisa menghela napas saat melihat sikap suaminya, ia mengetahui jika suaminya membenci Kaihan karena Kaihan membuat Natasha berpaling dari Jian dan membatalkan pernikahan mereka.

"Semoga Tuhan segera membongkar semua kejahatan Jian dan semoga ketiga anakku terlindungi dari rencana jahatnya," doa Lin.

Lin memejamkan mata dan berdoa kepada Tuhan agar ketiga anaknya terlindungi dari segala bahaya terutama rencana jahat Jian.

Lin telah mengetahui sifat asli Jian karena dia pernah menjadi, korban dari rencana jahat Jian. Namun, suaminya lebih mempercayai Jian dibandingkan dirinya.