Chereads / Unbreakable Love's / Chapter 3 - Zihan VS Jian

Chapter 3 - Zihan VS Jian

"Menurutmu? Masa sama suara kakak sendiri lupa," balas Zixuan.

Natasha membuka matanya dan ternyata pria itu adalah Zixuan, Natasha langsung menjatuhkan tubuhnya dipelukan Zixuan.

"Terima kasih, Kak ..." ucap Natasha dengan tangan yang bergetar.

"Terima kasih untuk apa?" tanya Zihan yang berada di belakang Zixuan.

"Kalian telah menyelamatkan aku dari Jian," balas Natasha membuat kakaknya terkejut.

"Dia ingin melukaimu? Tidak bisa dimaafkan!" Zihan mengepalkan tangannya, lalu bergegas menuju rumahnya yang telah dikepung oleh Jian dan pasukannya.

Sedangkan Zixuan masih menenangkan Natasha, dia bukanlah orang yang ceroboh, seperti Zihan. Setiap serangan yang dia lakukan selalu menggunakan strategi agar tidak bisa terkalahkan.

"Kamu tenang saja, aku dan Zihan akan selalu melindungimu," ucap Zixuan sambil mengelap air mata yang membasahi pipi Natasha.

Natasha menatap wajah Zixuan dan mempererat pelukannya, ia takut jika Jian dan pasukannya mengetahui keberadaan dirinya.

"Kak, ayo kita pergi dari Kota ini," ajak Natasha pada Zixuan.

"Tidak, kita tidak boleh melarikan diri, kita harus melawannya agar mereka jera!" balas Zixuan.

Zixuan melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah Natasha dengan penuh harapan. Dirinya tidak ingin jika Natasha menyerah dengan keadaan dan mereka tidak boleh melarikan diri begitu saja.

"Jika hari ini adalah hari terakhir kita, maka kita harus menerimanya sebab tidak ada satu pun orang yang dapat mengubah takdir," ujar Zixuan.

"Tapi aku belum siap untuk mati, Kak. Aku ingin hidup bahagia bersama Kaihan," ucap Natasha dengan wajah sendu.

"Aku tahu, tapi kematian itu tidak dapat diubah walaupun kamu sudah berusaha keras untuk mengubahnya ..." pungkas Zixuan membuat Natasha terpaku.

Natasha tidak bisa melakukan apapun, selain terdiam karena kakaknya bukanlah tipe orang yang takut akan kematian.

"Ayo, kita susul Zihan!" ajak Zixuan.

Zixuan melangkah dan pergi dari tempat tersebut, sedangkan Natasha hanya bisa pasrah karena tangannya digenggam oleh Zixuan dan ia tidak mungkin melepaskan diri dari kakak keduanya itu.

***

Sementara itu, Zihan sudah tiba di halaman rumahnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Jian dan pasukannya sedang berjaga di depan pintu rumahnya.

"Ternyata benar ucapan Natasha, rumah ini sudah dikepung oleh Jian dan pasukannya ..." batin Zihan.

Zihan mengepalkan tangannya, lalu melangkah menuju Jian.

Sesampainya di hadapan Jian, Zihan langsung disambut oleh para pasukannya. Namun, Zihan memilih untuk mengabaikan mereka karena urusannya hanya pada Jian.

"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Zihan pada Jian.

"Untuk membalaskan dendamku kepada Kaihan!" balas Jian.

"Kami tidak pernah ikut campur dalam permasalahan kalian," ucap Zihan datar.

"Kalian memang tidak pernah ikut campur, tapi kalian merestui hubungan Natasha dengan Kaihan," sahut Jian.

Jian memberikan tatapan sinis kepada Zihan, sedangkan Zihan hanya terdiam. Zihan tahu jika Jian masih mencintai Natasha, tapi dia tidak rela jika Natasha hidup bersama pria jahat, seperti Jian.

"Saya tahu kamu membenci saya, tapi saya mohon ... Jangan bawa-bawa Natasha dalam permasalahan kita," ucap Zihan.

"Saya tidak membenci kalian, saya hanya ingin membuat Kaihan menderita melalui kalian ..." pungkas Jian sambil tersenyum licik.

Jian mengeluarkan sebuah senjata tajam yang sering dia gunakan untuk menghabisi nyawa lawannya, lalu Jian menebaskannya ke arah Zihan.

Seketika Zihan langsung mengelak, tetapi senjata itu berhasil melukai lengannya membuat darah mengalir cukup keras.

"Saya sudah bicara baik-baik kepadamu, tapi kamu malah menyerang saya dan itu artinya, kamu sudah siap untuk mati!" tegas Zihan.

Zihan mengeluarkan pedang yang tak kalah tajam dari milik Jian, lalu Zihan memutarkan pedang itu dan menebas orang-orang yang berada di sekitarnya termasuk beberapa pasukan Jian yang berniat menyerang dirinya dari belakang.

"Ternyata kamu cukup kuat, tapi kemampuanmu tidak sebanding dengan diriku," cemooh Jian.

"Saya tidak peduli. Lagi pula, kamu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Kaihan," sahut Zihan membuat Jian yang mendengarnya menjadi, emosi.

Jian kembali menebaskan pedangnya. Namun, Zihan berhasil menangkisnya menggunakan pedang miliknya.

"Jika Kaihan berada di sini, pasti kamu sudah mati ditangannya." Zihan mengarahkan pedangnya ke arah Jian, lalu ia mengikuti cara yang pernah Kaihan ajarkan kepadanya.

Zihan membiarkan emosi mengendalikan dirinya agar ia dapat mengalahkan manusia setengah iblis, seperti Jian.

"Akhh!" teriak Zihan.

Seketika awan menjadi, gelap dan hujan pun turun secara tiba-tiba. Jian yang melihatnya menjadi, kebingungan karena dia melihat cahaya kuning di sekitar Zihan.

"Kekuatan apa itu?" batin Jian.

Jian mencoba untuk menyerang Zihan, tetapi cahaya kuning itu menghalanginya membuat pedang yang Jian miliki terbelah dua.

"Tidak!" Jian langsung menghempaskan tubuhnya, bahkan tangannya pun bergetar karena pedang itu adalah senjata terbaik yang ia miliki.

Jian rela melakukan apa pun demi mendapatkan pedang tersebut termasuk mengkhianati Natasha—perempuan yang sebenarnya masih sangat dia cintai.

"Kenapa kau hancurkan senjataku? Apa kau benar-benar ingin mati?" Jian menatap Zihan dengan penuh kebencian, sedangkan Zihan malah tersenyum karena dirinya juga dikendalikan oleh emosi.

"Baiklah, jika begitu ... Aku akan benar-benar melenyapkanmu!" sumpah Jian.

Jian kembali mengeluarkan salah satu senjata terhebatnya yang berbentuk anak panah untuk menusuk jantung Zihan. Namun, lagi-lagi Zihan berhasil menangkis anak panah itu dengan satu tangannya.

"Kau yang memulai, maka kau harus menerima balasannya!" Zihan langsung memberikan tendangan maut yang ia miliki, kemudian ia menyeret tubuh Jian hingga Jian mengalami luka parah.

Bukannya merasa iba, Zihan justru menambah siksaan sadis untuk Jian. Zihan mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melenyapkan Jian dari muka bumi ini, sedangkan Jian berusaha membalas serangan Zihan. Namun, tidak berhasil karena Zihan sudah dikendalikan oleh emosinya.

"Kau tidak akan bisa melepaskan diri dari diriku!" hardik Zihan.

Sesampainya di tempat tujuan, Zihan langsung menghempaskan tubuh Jian tanpa merasa iba sedikit pun. Sedangkan Jian hanya bisa pasrah karena tubuhnya mengalami luka parah akibat serangan sadis yang dilakukan oleh Zihan.

"Aku akan melenyapkan dirimu! Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini," perintah Zihan.

Zihan melangkah mendekati Jian, sedangkan Jian berusaha untuk menjauh karena ia tidak ingin mati sebelum menghancurkan kisah cinta Natasha dan Kaihan yang kemungkinan akan berakhir indah.

"Aku tidak akan mati sebelum menghancurkan hubungan Natasha dengan Kaihan. Jika aku tidak bisa memiliki Natasha, maka Kaihan pun tidak pantas untuk memilikinya!" ucap Jian.

Jian langsung melempar pasir yang berada digenggaman tangannya, seketika pandangan Zihan menjadi kabur karena sebagian dari pasir itu mengenai matanya.

"Aku harus pergi dari tempat ini," batin Jian.

Jian berusaha untuk berdiri tegak, lalu ia mengeluarkan kekuatannya dan pergi dari tempat tersebut walaupun kakinya terluka parah karena terkena sayatan pedang Zihan.

Namun, Jian harus tetap menjalankan rencananya demi menggagalkan pernikahan Kaihan dan Natasha yang akan berlangsung dua minggu lagi.