Natasha tiba di kediamannya, ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa menyapa kedua kakaknya yang tengah duduk di ruang tengah.
"Kamu sudah pulang? Bukankah Kaihan ingin mengajakmu jalan-jalan?" tanya kakaknya yang bernama Zihan.
"Tidak jadi, Kaihan ingin berbincang dengan kalian berdua." Natasha membalasnya dengan ekspresi murung sebab dirinya masih belum puas dengan kejutan yang diberikan oleh Kaihan.
"Oh, kamu sudah makan?" tanya Zihan.
"Aku tidak butuh makan!" pungkas Natasha tanpa menoleh sedikit pun.
Natasha masuk ke dalam kamarnya, lalu membanting pintu kamarnya membuat kakaknya menjadi kebingungan karena sikapnya.
"Dia kenapa?" tanya Zihan pada Zixuan–kakak kedua Natasha.
"Tidak tahu, mungkin dia sedang ada masalah dengan Kaihan. Kita jangan mengganggunya," ujar Zixuan.
"Baiklah." Zihan kembali melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Zixuan masih menatap kamar Natasha dari kejauhan.
Entah kenapa hatinya terasa tidak tenang dan itulah yang membuat Zixuan menyuruh Kaihan untuk membatalkan seluruh acara yang akan Kaihan lakukan bersama Natasha.
"Semoga tidak terjadi apa-apa," doa Zixuan sambil memejamkan mata.
Setelah berdoa, Zixuan kembali membuka matanya dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Dirinya harus membantu Zihan agar keduanya bisa memberikan hadiah kepada adik kesayangannya yaitu Natasha.
***
Natasha berada di dalam kamarnya, ia tidak ingin keluar sebelum Kaihan datang dan meminta maaf kepada dirinya.
"Kenapa Kaihan belum datang? Katanya ingin berbicara dengan kakakku," gumam Natasha.
Natasha mengintip dari balik pintu dan ternyata tidak ada siapa pun, selain dirinya. Suasana di depan kamarnya pun hening bagaikan rumah kosong yang telah ditinggalkan ribuan tahun.
"Ke mana mereka? Jangan-jangan Kaihan sudah datang dan mereka sengaja meninggalkan aku, supaya aku tidak mendengar perbincangan mereka." Natasha memegang dagunya sambil menatap ke arah sekitar, ia merasa ada yang aneh dengan sikap Kaihan dan kedua kakaknya.
"Apakah mereka ingin memberikan kejutan kepadaku? Jika iya, mereka sungguh keterlaluan!" gerutu Natasha.
Natasha menghempaskan tubuhnya ke lantai, ia merasa kesepian karena tidak ada satu pun orang yang memberikan kejutan untuknya.
"Kenapa hidup aku selalu, seperti ini? Apa sebaiknya aku mati saja?" Natasha menatap ke arah langit-langit, hatinya terasa hampa karena tidak ada satu pun orang yang menemani dirinya.
Beberapa tahun lalu, Natasha adalah Putri cantik yang sangat disayangi oleh Ayah dan Bundanya. Namun, karena ulah mantan kekasihnya, hubungannya dengan orang tuanya pun merenggang.
Natasha bagaikan anak yang tidak dianggap oleh kedua orang tuanya, bahkan dirinya diusir dari rumah karena Ayahnya telah terpengaruh oleh mantan kekasihnya.
"Aku bersumpah akan membalaskan dendamku kepadamu, Jian!" Natasha berteriak kencang-kencangnya, supaya orang-orang yang tinggal di dekat rumahnya mendengar sumpahnya.
Namun, tanpa Natasha sadari. Rumahnya sudah dikepung oleh Jian dan pasukannya, mereka ingin menyerang dan membunuh Natasha agar Kaihan semakin menderita.
"Saya ingin kalian membunuh Natasha. Jangan sampai Natasha hidup bahagia bersama Kaihan!" perintah Jian.
"Baik, Tuan." Seluruh pasukannya pun menyebar dan mengepung rumah Natasha, lalu mendobrak pintu rumahnya dan masuk ke dalam.
Sedangkan Jian hanya terdiam sambil tersenyum licik, ia tidak sabar melihat ekspresi wajah Natasha yang ketakutan.
***
Sementara itu, Natasha masih berada di dalam kamarnya. Ia tidak mau keluar sebelum kakaknya kembali karena takut bertemu makhluk tak kasat mata.
"Kakak ke mana sih? kenapa aku ditinggal sendiri?" gumam Natasha.
Natasha menyandarkan kepalanya, lalu memejamkan mata. Namun, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar membuat Natasha kembali terbangun.
"Suara apa itu?" Natasha mengintip dari lubang pintu dan betapa terkejutnya ia saat melihat beberapa pria bertubuh besar sedang mengacak-acak rumahnya.
"Siapa mereka?" tanya Natasha dengan nada takut, ia memundurkan langkahnya ke belakang dan mengunci pintu kamarnya agar pria-pria itu tidak masuk ke dalam kamarnya.
Namun, tiba-tiba jendela kamarnya terbuka dan ada seorang pria tengah berdiri di depan jendela.
"Jian!" Natasha terkejut saat melihatnya, bahkan tangannya sampai bergetar.
"Apa kabar, sayang?" tanya Jian sambil melangkah mendekati Natasha.
"Kabar buruk karena bertemu dengan dirimu!" balas Natasha.
"Jangan, seperti itu dong, sayang. Aku datang ke sini karena rindu denganmu, aku ingin memelukmu ..." ucap Jian.
Jian tersenyum, lalu meraih tangan Natasha dan menggenggamnya.
"Kamu tahu? Aku masih mencintaimu dan aku tidak akan pernah rela kamu dimiliki oleh pria, selain diriku!" Jian memegang pipi Natasha, lalu mengusapnya dengan lembut.
"Jika kamu masih mencintaiku, kenapa kamu tidur dengan pelayan itu?" tanya Natasha sambil menatap Jian.
"Aku tidak sengaja melakukannya, lagi pula apa salahnya memiliki 2 istri? Aku berasal dari keluarga kaya raya dan mampu menikahi 100 wanita!" balas Jian.
Seketika emosi Natasha meningkat, ia mengepalkan tangannya dan memukul wajah Jian.
"Aku bukan wanita murahan!" Natasha mendorong tubuh Jian, lalu menginjak kakinya dan berlari secepat mungkin agar Jian dan pasukannya tidak mengejarnya.
"Kejar Natasha! Jangan biarkan dia lolos begitu saja," perintah Jian pada seluruh pasukannya.
Tanpa banyak bicara, seluruh pasukannya langsung mengejar Natasha yang melarikan diri lewat jendela kamarnya.
Mereka mencari keberadaan Natasha, sedangkan Jian mengeluarkan senjata yang sering ia gunakan untuk membunuh musuhnya.
"Kau tidak akan bisa melarikan diri dariku, Natasha. Aku akan mengejarmu hingga ke ujung dunia!" sumpah Jian.
Jian keluar dari kamar Natasha dan melangkah menuju halaman rumah Natasha yang cukup luas sebab kakaknya Natasha adalah pecinta hewan dan penyayang tumbuhan.
"Dimana kamu, Natasha?" tanya Jian sambil berteriak.
Jian mencari di sekitar halaman rumah, tapi Natasha tidak kunjung ditemukan membuat Jian semakin geram dan benar-benar ingin membunuh Natasha.
"Aku akan benar-benar membunuhmu, Natasha!" Jian berteriak dengan sangat kencang membuat Natasha yang berada cukup jauh dari rumahnya mendengarnya.
"Aku harus bagaimana? Aku belum siap untuk mati," batin Natasha dengan wajah pucat.
Jantung Natasha berdegup kencang, keringatnya mengalir deras karena rasa takut sedang menghantuinya.
"Siapa pun itu, tolong selamatkan aku dari malaikat pencabut nyawa ini," doa Natasha.
Natasha mencoba menenangkan pikirannya, lalu mencari tempat persembunyian yang cukup aman bagi dirinya.
"Semoga tidak ada orang yang mengetahui keberadaan aku." Natasha bersembunyi di sebuah gubuk tua yang berada cukup jauh dari rumahnya, supaya Jian dan para pasukannya tidak menemukannya.
Natasha menghela napas lega. Namun, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang membuatnya kembali menahan napas.
Natasha berusaha untuk tenang, tetapi suara langkah kaki itu semakin mendekat dan membuatnya kembali ketakutan.
Natasha memejamkan mata dan ia sudah pasrah dengan keadaan. Jika dia mati, dia akan menerimanya dengan lapang dada karena mungkin ini adalah hari terakhirnya.
"Kamu kenapa di sini?" Terdengar suara seorang laki-laki yang cukup Natasha kenal, sekilas mirip dengan suara kakak keduanya.
"Kak Zixuan?" tanya Natasha sambil memejamkan mata, ia takut jika orang itu adalah Jian yang menyamar sebagai Zixuan.