Chereads / Serendipity : Between Us / Chapter 14 - Make a Wish

Chapter 14 - Make a Wish

'Hu, aku pulang dengan Crystal dan Bayu, mereka akan ke rumahku untuk melakukan tugas kelompok. Sampai jumpa nanti' Anna menghela napas sebab ia benar-benar repot hanya untuk mengirim pesan dengan jempol gemetarnya.

Ia dan yang lain bahkan keluar cepat, setengah berlari menuju gerbang sebab keluarnya bersamaan dengan gedung MIPA. "Udah pesan mobil belum? Nanti aja kita pulang dari rumah Anna kembali ke sekolah," ucap Bayu.

"Belum Bayu, lupa," sahut Nana. Mereka yang tengah mengendap di samping gedung sekolah menuju lapangan luas ini terus mengedarkan pandangan takut bertemu dengan Veri. "Naik mobilku saja..." ucap Nam Taemin.

Semuanya lantas menengok ke belakang. Sedari tadi Nam Taemin mengikuti mereka dengan anteng, baru kali ini angkat bicara. "Yodah, atuh... Kenapa gak ngomong dari tadi," ucap Mey.

Nam Taemin kemudian lekas berlalu untuk membawa mobilnya ke belakang sekolah.

Mereka semua menunggu di sana hingga tidak perlu menyebrang lapangan menuju gerbang, "Ini... Mobil kamu Nam?" tanya Crystal.

Mereka semua mengedarkan pandangan. Mengamankan Anna untuk jadi yang pertama masuk, bahkan Anna menghela napas lega saat berada di dalam sebuah mobil BMW putih hingga berdesakan dengan Crystal Dan Mey. Tidak ada angin lucu namun ketiganya malah tertawa.

"Aku naik motor biar nanti ada tranportasi mudah, kalian duluan," ucap Bayu. Nana pun lekas masuk di bagian depan. Meninggalkan Bayu dengan Nam Taem8n yang menggelapkan bagian jendela hingga orang luar tidak akan bisa melihat bagian dalam.

"Tenang saja..." ucap Nam Taemin. Anna malah menelungkupkan wajahnya pada Mey. Takut bila saat mereka melewati gerbang ada anak buah Veru yang melihat. Sebab dari notif ponselnya juga sudah jelas, bahwa Veri bersikukuh ingin mengantarnya pulang.

"Kayak buronan kita guys," ucap Nana riang. Pria itu pandai sekali memecahkan suasana yang sedang tegang-tegangnya. Walau setelah keluar dari area sekolah mereka benar-benar bernapas lega sampai Susi menurunkan kaca mobil hanya untuk mencari udara.

Namun angin renik di mana keheningan melanda membuat Anna bertepuk satu kali, "Ya! Nam Taemin!" bentaknya.

Spontan saja semua orang tercekat walau Nam Taemin hanya melihatnya dari spion belakang, "Mwo?"

*Mwo artinya Apa*

"Kamu kan yang ugal-ugalan nerobos lampu merah sampai aku hampir ketabrak!" ucapnya. Nana dan yang lain menjadi heboh sebab Anna tidak mengatakan bahwa dirinya pernah hampir kecelakaan.

"Gak tahu..." ucap Nam Taemin.

"Iya! Aku ingat mobilnya persis sama kayak gini!" Anna nampak heboh sembari mengingat mobil yang hampir membuat nyawanya melayang bila tidak ditarik seseorang. Nam Taemin saja sepertinya mengingat kejadian saat ia disoraki para pengemudi lain.

"Kan banyak mobil yang begini," belanya. Anna yang tengah tersegal menahan amarahnya itu tiba-tiba saja berpikir kembali, tentu pemilik mobil BMW putih di Purple Winter bukan hanya Nam Taemin. Pendatang baru dari Korea. Hampir saja ia berubah jadi Hugom yang mengamuk.

"Terus ini mobil siapa?"

"Orang tua... " sahutnya. Kemudian Anna yang spontan tercekat sebab Crystal dan yang lain mulai membombandirnya dengan pertanyaan. Ia pun tadinya tidak ingin membuat teman-teman khawatir sebab hampir saja diserempet orang.

Layar ponselnya saja retak, dan Sirena membawanya ke UKS. "Lah, aku pikir kamu lagi ngurusin yang pingsan di sana. Ternyata kamu sendiri yang pingsan," ucap Mey. Bisa-bisanya mereka tidak menjenguk Anna.

"Yeh, si Sirena ngomongnya gak jelas sih pas aku tanya," sahut Nana. Mereka semua bercakap dan mendengarkan Anna secara terperinci mengenai kejadian yang menimpanya. Bila tidak ditarik seseorang mungkin saja ia sudah dalam keadaan Koma.

"Habisnya kenceng banget tuh bawanya," jelas Anna. Perlu memakan waktu setengah jam untuk sampai ke rumah Anna sebab Nam Taemin beberapa kali lurus saat Nana terlambat mengatakan padanya untuk belok.

"Bu, Ada temen Anna," ucapnya. Nam Taemin mengedarkan pandangan pada rumah luas dengan pekarangan bersih satu ini. Kenapa Anna memerlukan banyak uang padahal rumahnya saja bisa dikategorikan sebagai keluarga berada.

Apalagi ini termasuk dalam sebuah komplek kenamaan. Nam Taemin menjadi penasaran, dengan anak-anak yang lainnya. "Nanti... Pulang dianterin mau gak?" tanya Nam Taemin. Nana yang baru akan melepas sepatunya itu nampak bingung dengan penawaran teman barunya.

"Boleh, kebetulan gak bawa motor." Mereka semua masuk ke dalam rumah, ruangan yang lebih lenggang sebelum mereka datang, atau memang barang-barangnya yang berubah menjadi sedikit. "Ini perasaan gue apa—"

"Iya, biar gak sempit, sebagian dimasukin gudang," ucap Anna. Tidak mungkin juga ia mengatakan bahwa semua barangnya dilelang dan jual murah hanya untuk ganti rugi sewaktu Veri menuntut Ayahnya. Bahkan tabungan mereka habis sebab Pak Steven sudah menjentrik anak sultan.

"Biar fokus sambil bikin nasi liwet gimana?" ajak Crystal. Semuanya mengangguk setuju, bertepatan dengan Bayu yang baru datang. "Kirain bakal nyampe duluan," ucap Nana. Bisa-bisanya yang naik motor serta hafal betul rumah Anna menjadi kalah cepat.

"Ban motornya meletus sob," ucap Bayu. Mereka berdua tergelak tawa sebab Bayu memperagakan ban meletus dengan lengannya. Walau yang lain nampak bingung. Apalagi Nam Taemin yang bahkan tidak tahu apa itu nasi liwet.

"Yodah patungan woy," ucap Mey.

"Dari aku aja," ucap Nam Taemin.

"Eh elu yah holkay, patungan!" ucap Crystal. Nam Taemin ini bisa membuat teman-teman bertipe suka uang menjadi tergiur berada di dekatnya. Untung saja teman-teman Anna ini selalu memposisikan diri.

"Ya udah aku yang belanja," ucap Anna.

"Sama aku..." sahut Bayu.

"Aku..." timpal Nam Taemin. Mereka semua mematri atensi pada siswa baru yang irit bicara ini kenapa sekarang menjadi terlihat seperti manusia normal.

"Biar tahu jalan Purple Winter," ungkapnya lagi. Lagipula, Bayi dibutuhkan untuk menyusun materi sembari menunggu bahan makanan ada. Anna memilih untuk pergi dengan Nam Taemin.

"Pakai motor aja biar cepet," ucap Bayu. Ia melempar kunci pada Nam Taemin yang langsung dengan sigap menangkapnya. Mereka berdua yang pergi itu pada akhirnya selalu menjadi bahan gosip.

"Menurut kalian, ada yang aneh tidak?" tanya Crystal. Ia mengedarkan pandangan pada seisi ruangan. Kenapa barang-barang yang bisa di kategorikan mahal. Anna singkirkan ke gudang.

"Iya, Kayaknya ada sesuatu yang terjadi sama keluarga pak Steven," sahut Nana.

"Terakhir kita kemari tuh sebelum insiden pak Steven yang hampir dipecat gegara Veri itu lho," timpal Bayu. Mereka semua berpikir keras sebab ini benar-benar jauh dari kata lenggang. Hanya ada sofa, meja makan. Televisi dan juga kulkas.

Biasanya meja belajar lengkap satu set dengan laptop dan juga barang lain semisal rak lemari antik tidak di temukan di sini. Pigura bernilai, apalagi pak Steven memang mengkoleksi gelas-gelas lab dan memajangnya sampai mereka susah bergerak saking takut ada yang pecah.

"Eh, lho... Anna mana?" tanya bu Novi. Mereka semua lantas bersalaman dengan Ibu Anna yang baru saja turun. Sesuai dengan adat Purple Winter yang mereka ketahui, teman-teman Anna yang berbeda agama ini saling menghormati satu sama lain.

"Beli bahan makanan buat bikin nasi liwet," ucap Mey. Ibu Novi yang sudah akrab dengan teman-teman hebohnya itu meminta Crystal untuk membantu membawa minuman di dapur. Pak Steven yang dulu terkena sakit gigi saja sampai menangis sebab mereka berteriak namun tidak tega mengusir atau melarang.

"Sirena kemana Guru?" tanya Crystal. Ia bahkan tidak sungkan untuk membuka kulkas dapur. Bu Novi pun sudah terbiasa dengan anak yang paling sering datang ke rumah itu.

"Kerja kelompok juga di rumah temennya," sahut Bu Novi. Ia menyodorkan gelas pada Crystal yang langsung mengisinya dengan jus jeruk botolan.

Apalagi Crystal memang menyukainya dengan tambahan susu UHT full cream. "Maaf ya Bu, bukannya Crystal gak sopan... Tapi, ada masalah yah sama barang-barang di rumah?" tanyanya sungkan. Ini memang mungkin saja masalah internal keluarga.

Namun berbeda lagi urusannya bila mereka telah dirugikan Veri. Crystal harus ikut campur sebab sahabat yang membuat masa sekolahnya menyenangkan itu ingin ia bantu sebisa mungkin. "Iya, waktu kasus Joshua sama Ayah Anna," ucapnya.

Bu Novi memang lebih terbuka daripada Anna sendiri pada Crystal berambut pirang yang manisnya itu selalu membuat Ibu Anna ini mencubit pipinya. "Crystal mau bantu Anna... Tapi, boleh gak Crystal minta satu hal?"

To Be Continued...