Chereads / Serendipity : Between Us / Chapter 20 - We War

Chapter 20 - We War

Anna tercekat tatkala mendengar suara seseorang masuk. Nam Taemin yang berjalan santai menghampirinya itu, dengan santai menurunkan rok Anna hingga wanita itu berkedip— sadar bahwa roknya belum turun. Nam Taemin kemudian duduk di tempat Veri sebelumnya. Menengadah menatap Anna yang masih sesegukan.

"Kakimu sepertinya terkilir," ucap Nam Taemin. Ia melipat kedua lengannya di depan dada seraya menghela napas berat.

"Mahram, muhrim atau apalah, kau harus membedakan antara pria yang ingin menyentuhmu karena berniat membantu, atau menyentuhmu karena niatan lain. Bagaimana bila kau kritis dan dokternya adalah pria? Lebih baik mati kah?" tanyanya.

Anna mencoba beranjak sebelum lengan Nam Taemin memegang pinggiran kasur sampai menghalangi pergerakannya.

"Jangan berlebihan meratapi sesuatu Anna— ssi... Kau hanya akan berakhir menyedihkan," ucap Nam Taemin. Ia menatap intens Anna yang langsung mengedarkan pandangan untuk menghindari pertanyaan Nam Taemin.

"Kau bukannya tidak mau diobati, kau hanya tidak ingin Veri..." jelasnya. Anna yang tengah menatap lemari itu membelalak sebab Nam Taemin menyapa pergelangan kakinya.

"Arkhhh!" jerit Anna. Nam Taemin bahkan tidak memberikan aba-aba pada Anna yang akan berbicara. Setidaknya Nam Taemin berpengalaman dalam soal membenarkan kaki atau lengan yang terkilir. Ia begernyit saat Anna meraung kencang.

Bahkan beberapa siswa yang ada di sekitaran UKS saking tadi penasaran ingin melihat Anna yang dibawa Veri kemari pun pada akhirnya memberanikan diri untuk mengintip. Mungkin saja sakitnya bertambah sebab lama di benarkan.

Apalagi Anna tidak tahan sebab Nam Taemin seperti bermain dengan kakinya.

***

Anna begernyit untuk sesuatu yang terasa mendengung di telinga. Lekas membuka mata hinga mengerjap untuk atap yang terasa asing. Ia menggulirkan pandangan karena paham kenapa tubuhnya terasa berat.

Crystal dan Mey yang tengah membasahi kedua pundaknya membuat Anna menghela napas sabar. Apalagi ia tengah menangkap sosok Nana dan juga Bayu yang tersenyum saat menyambutnya.

"Aku di mana?" tanya Anna.

"Rumahku..." sahutnya. Anna kemudian menggulirkan pandangan. Menatap Nam Taemin yang baru saja menaruh air putih di atas nakas. Ia beranjak kaget hingga menilik arloji yang masih memperlihatkan jam dua belas siang.

"Kenapa kemari?" tanya Anna sewot.

"Kamu pingsan Anna," sahut Nana.

"Iya! Tapi kenapa kemari?" tanya Anna. Crystal dan Mey malah meneruskan isakan mereka sedangkan Anna bingung sendirian menelisik tubuhnya yang masih berseragam lengkap kemudian tertutup selimut tebal.

"Aku sudah minta izin sama orang tuamu, untuk menginap," ucap Crystal sesegukan. Anna malah semakin terperangah tidak mengerti.

"Di rumahmu?"

"Di sini," sahut Bayu. Anna mangap-mangap hingga ia menyibakan selimut untuk beranjak pergi, namun malah tertegun sebab salah satu kakinya tengah di kompres.

"Ini tidak lucu Teman-teman..." ucap Anna belingsatan. Padahal hanya terkilir dan tidak perlu seperti ini.

"Kamu sudah diperiksa, Nam Taemin mencoba untuk mengobatimu namun malah memperparah keseleonya," jelas Mey. Anna kemudian menggulirkan pandangan pada Nam Taemin yang duduk di sofa dengan santai sembari menatapnya. Sudah jelas dari gelagat pria datar ini, ia sengaja memperparah luka di kaki Anna.

"Bagaimana dengan sekolah?" tanya Anna. Suasana menjadi hening tatkala Crystal dan Mey menyeka wajahnya. Mereka bahkan tersenyum samar sampai membuat Anna semakin bingung.

"Kita dapat izin pulang! Horeee!" ucap mereka serempak. Singkatnya. Mereka semua berdemo pada guru Dinda untuk meminta izin serempak. Jika hanya salah satu dari mereka. Maka Anna tidak di izinkan untuk di rawat.

Mereka lebih baik membiarkan Anna pingsan daripada hanya Nam Taemin yang mendapat izin keluar sekolah untuk mengantarnya ke rumah sakit.

"Bagus... Kalian sangat pintar..." ucap Anna. Namun kenapa? Seharusnya ia di larikan ke rumah sakit, bukan ke rumah Nam Taemin.

"Satu hal lagi peruntungan yang kita peroleh," ucap Nana. Ia nampak serius dengan mengusap dagunya sampai Anna memandang manusia satu itu.

"Gak jadi persentasi!" ucapnya girang.

"Wuhuuu!" semuanya bersorak riang bahkan Crystal meloncat-loncat di atas kasur Nam Taemin sampai Anna yang memejamkan dengan wajah merahnya itu meremat selimut. Bayu dan Nana saja sampai berpelukan. Anna menahan amarah sebab teman-teman memanfaatkan keadaanya.

"Kalian diamlah..." ucap Anna pelan. Semua teman-temannya serempak duduk di pinggiran ranjang sembari menunggu Anna mengatakan sesuatu.

"Kita kembali ke sekolah..." ucap Anna. Tidak ada yang membantah Anna tatkala ia sedang sangat serius.Teman-temannya tahu bahwa tindakan ini sepertinya telah membuat Anna marah.

"Semuanya akan menginap di sini," sahut Nam Taemin. Anna lantas menatap pria yang sedari tadi bersantai itu. Di mana Nana sewot dengan mengacungkan jemari pada mulutnya agar Nam Taemin diam.

"Kalau begitu aku saja yang kembali..."

"Tidak bisa, kau juga tidak tahu ini di mana kan?" ucap Nam Taemin. Anna yang tengah mencoba beranjak itu tertatih tatkala berjalan ke luar kamar. Apalagi semuanya membelalak sebab Nam Taemin dengan cepat menghampiri Anna.

Bayu saja menggeleng cepat supaya Nam Taemin tidak menganggu Annastasia yang sebentar lagi akan meletus. Apalagi Anna yang mencoba memutar kenop pintu itu tiba-tiba saja Nam Taemin menguncinya dan menghalangi bingkai.

"Ya!" tekan Anna.

"Kau akan sekolah? Dengan keadaanmu yang seperti itu?"

"Memangnya kenapa? Aku akan terus pergi ke sekolah meski sedang sekarat, aku bukan kau Nam Taemin... Aku tidak bisa menyia-nyiakan uang yang Ayahku bayar agar aku bisa menempuh pendidikan dengan benar," ucap Anna.

Ia mencoba meraih kunci di lengan Nam Taemin sebelum pria tersebut memasukannya ke dalam saku celana seragam. "Masalahnya Ana— ssi... Kamu tidak akan pernah tenang bila—"

"Bukan urusanmu," potong Anna. Ia mengepal erat saat Nam Taemin menatapnya datar.

"Berikan kuncinya," ucap Anna. Nam Taemin masih terpaku diam, ia ingin melihat... Seberapa besar kekuatan Anna saat ia marah.

"Satu..." hitungnya. Semua memberi kode pada Nam Taemin untuk tidak menahan Hugom yang tengah mengamuk ini.

"Dua..." ucap Anna. Namun sepertinya Nam Taemin tidak tahu... Anna yang selalu melampaui batas bila tengah mengamuk.

"Tiga!" Buak! Nam Taemin menangkup kepala Anna yang hampir saja terantuk lantai tatkala mereka jatuh bersama. Di mana Nana dan yang lainnya membantu. Nam Taemin menyeringgai kala ia mendapat tinjuan dari Annastasia hingga sudut bibirnya berdarah.

Walau memang Anna yang memusatkan semua tenaganya pada kepalan hingga ia kehilangan keseimbangan tatkala memukul Nam Taemin.

"Woy! Woy! Okey, sekolah, sekolah..." ucap Nana sewot. Ia menghalagi Anna yang tengah ditahan Crystal dan Mey untuk memukul Nam Taemin kembali.

"Kau orang yang kurang bersyukur dengan keadaan baikmu Nam Taemin!" celetuk Anna. Bisa-bisanya ia diatur oleh Nam Taemin yang bahkan baru ia kenal beberapa hari lalu. Sekolah adalah prioritas utama Anna sebab Ayahnya bahkan mati-matian hanya untuk membayar SPP dan juga membeli buku paket.

Namun Nam Taemin malah berfokus pada hal lain. Ia menyeringgai tatkala ponsel Anna yang berada di dalam genggamannya itu tengah berdering.

"Seharusnya kau juga memukul Veri seperti barusan Anna— ssi," ucapnya.

Napas Anna tersegal tatkala Nam Taemin memperlihatkan layar ponsel yang hidup tersebut akibat panggilan dari Veri. Ia baru ingat bahwa pria itu memintanya untuk tidak kemana-mana saat di UKS.

"Hajima..." lirih Anna.

*Hajima (Jangan)*

Teman-temannya tidak ada yang membantu Anna sebab mereka pun berpikir sama dengan Nam Taemin. Ini waktunya Anna memberontak pada Veri, sebab... Pria itu memang tidak akan melepaskan Anna bila mereka tidak memisahkannya.

Nam Taemin menggeser tombol hijau tersebut hingga memencet tombol pengeras suara. Di mana Anna menberondong raga Nam Taemin walau pria tersebut mengacungkan ponselnya.

"Es?" Anna mencoba meloncat dengan air mata yang tiba-tiba mengucur deras sebab Nam Taemin benar-benar akan menimbulkan kekacauan.

"Hallo..." ucap Nam Taemin. Anna menarik kerah Nam Taemin hingga maniknya melebar dan menggeleng supaya Nam Taemin tidak mengatakan hal yang aneh-aneh.

"Ini aku... Nam Taemin," ucapnya. Anna mengepal kemudian memukul dada pria lancang tersebut beberapa kali. Apalagi Veri tidak mengatakan apapun selain napasnya yang terdengar menderu.

"Kenapa ponsel Anna ada padamu?" tanya Veri. Nam Taemin menatap sejemang Anna. Walau memang dalam tubuhnya pun bergetar rasa takut sebab setelah ini... Ia tidak bisa mundur lagi.

"Tentu... Karena Anna, ada di kamarku..." celetuknya. Anna yang sedari tadi berontak itu tiba-tiba saja merunduk setelah mendengar perkataan Nam Taemin. Menyatukan keningnya dengan dada Nam Taemin hingga beberapa detik kemudian Jodi dengan sigap menahan Anna yang tidak sadarkan diri kembali.

Di mana panggilan pun terputus hingga semuanya kembali fokus pada Anna. Nana malah menatap Nam Taemin sebab pria ini benar-benar nekat saking ingin segera bertemu dengan kekasihnya.

"Saatnya perang... Nam Taemin," ucap Nana.

Bersambung...