Crystal dan Nana pada akhirnya kembali ke sekolah untuk mengambil barang-barang mereka. Tadi buru-buru sekali sebab rencana Nam Taemin memang berjalan lancar walau memang menyakiti Anna. "Kamu siap Nana?" Nana menghela napas tatkala ia akan kembali ke kandang harimau.
Sedangkan Mey dan Bayu akan pergi ke masing-masing rumah untuk meminta izin orang tua serta membawa baju ganti. Nam Taemin menemani Annastasia sebab teman-temannya hanya akan mengangguk lugu menuruti ingin Anna bila ia sadar nanti.
Memeriksa pesan serta percakapannya dengan Veri. Nam Taemin mulai menyelidiki semuanya. Ia juga mengirim pesan pada Kim Minji agar menunggunya beberapa bulan saja. Kim Minji pun langsung membalas pesan penuh cinta tersebut.
Lengkap dengan foto lucu dari Kim Minji yang membuat Nam Taemin terkekeh gemas. "Eih, kau pandai sekali membuatku sangat merindu chagiya..." gumam Nam Taemin.
Ia kemudian mulai berfokus lagi pada Anna. Mengganti kompres kakinya yang sedikit membengkak sebab Nam Taemin benar-benar sengaja tadi.
"Mianhae Anna— ssi," ucap Nam Taemin. Pasti sakit sekali sebab ia pun tidak menyangka bengkaknya akan parah padahal ia hanya menekannya sedikit.
"Crystal!" bentak Veri. Spontan saja wanita yang tengah memberesi barang-barang Anna itu tercekat, ia bahkan berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya sebab Veri membawa satu rombongan antek-antek yang mau saja di suruh-suruh Veri. Bodoh memang.
Veri menarik kerah Crystal sampai spontan Nana menahannya. "Santai bro, kita bisa jelasin," ucap Nana. Veri dengan napasnya yang tengah menderu sudah tidak tahan ingin segera menjambak rambut kekasihnya.
"Anna tidak sadarkan diri," ucap Nana cepat. Veri begernyit untuk pernyataan Nana.
"Dia mau minum sewaktu lu tinggalin di UKS. Kakinya terkilir, dan dia yang lu suruh diem tapi gak dijagain, jadinya kejedot lemari obat," ucap Nana. Pasangan drama ini mencoba untuk terlihat meyakinkan di depan Veri.
Apalagi mereka mengatakan bahwa jika saja tidak ada Nam Taemin yang membawanya pulang sebab ada dokter pribadi di sana, mungkin saja Anna akan berjalan pincang untuk selama-lamanya.
"Lu kalau sayang dia, jaga baik-baik, gue sebagai temannya gak rela lu gituin tapi gak sanggup jagain!" Buak! Crystal menjerit tatkala Nana mendapat satu pukulan telak yang membuatnya tersungkur. Veri memang bukan orang pas untuk dipancing emosinya.
"Gue gak tahu sialan!" ucapnya. Crystal dengan cekatan membantu Nana bangun kala sudut bibirnya berdarah.
***
Anna lagi-lagi membuka manik dengan ruangan yang masih sama. Menggulirkan pandangan pada Nam Taemin yang menatapnya di ujung sana.
"Kupikir mati..." ucap Nam Taemin. Anna beranjak letih hingga menilik arloji yang sudah menunjukan pukul tiga. Sekolah sudah bubar.
"Kamu pingsan apa tidur Anna— ssi?" ucapnya. Nam Taemin beranjak bangkit dan mendekat pada lemari pakaian. Di mana lagi-lagi Anna terisak karena melewatkan pelajaran yang dibayar Ayahnya. Belum lagi esok akan menjadi nerakanya.
"Yang lain pada pulang dulu, untuk sementara pakai bajuku," ucapnya. Ia menyodorkan satu set pakaian tidur yang sudah pasti akan kedodoran bila dipakai Annastasia. Apalagi Hugom itu malah menatap nyalang dengan manik basahnya sampai Nam Taemin menghela napas.
"Jangan khawatir... Veri akan baik padamu esok."
"Ya! Nam Ta—"
"Ini sudah direncanakan Anna— ssi," potongnya. Anna menatap Nam Taemin dengan tatapan yang berubah menjadi bingung.
"Teman-temanmu sudah berusaha keras... Jangan sia-siakan perjuangan mereka," lanjutnya. Nam Taemin menggerakan torso pada pakaian yang ia simpan di samping Anna.
Lekas berlalu meninggalkan Anna yang masih tertegun. "Perjuangan?" Sepertinya teman-teman tengah membuat sebuah rencana agar bisa membuatnya aman dari amukan Veri. Namun apa itu? Kenapa mereka tidak membantu Anna saat Nam Taemin mengacungkan ponselnya.
Apa yang dilakukan Nam Taemin padanya saat ini adalah untuk kebaikannya? Anna menatap pakaian yang Nam Taehyung sodorkan. Ia kemudian beranjak hingga mencoba bangkit dengan kaki yang terlihat membaik walau masih terasa berdenyut.
"Nam Taemin?"
"Bilang saja bila sudah selesai," sahutnya. Nam Taemin menunggu Anna di luar kamar.
"Gak bakal masuk kan sebelum aku bilang udah?"
"Aku tidak gila," timpal Nam Taemin. Anna menghirup udara kasar, hingga menghembuskan napas beratnya. Ia mencoba berganti pakaian dengan waswas di atas kasur sebab berjalan masih sakit. Nam Taemin juga sepertinya memilih pakaian paling kecil sebab ini hampir pas di tubuh Anna.
Walau bagian celananya memang perlu dipegang jika tidak ingin melorot. Sedangkan Nam Taemin yang tengah menatap layar ponselnya, tiba-tiba mendapat sebuah panggilan yang ia tunggu.
"Ya Ibu tiri?" sahut Nam Taemin.
"Siapa yang a—"
"Jangan bilang ke Ayah bila ingin tahtaku," potong Nam Taemin. Ingin sekali dirinya melihat Ibu tiri tersebut, seberapa besar matanya sekarang sebab ia bahkan memasang CCTV di kamar mandi.
"Berikan padaku... Rekaman wanita yang ada di dalam kamar saat ia ganti baju."
***
"Selamat makan!" ucap mereka serempak. Semua telah berkumpul di kamar Nam Taemin sampai membuat Anna lega ternyata memang benar teman-temannya hanya pulang sebentar. Tidak lupa, Anna yang sebagai satu-satunya pemilik agama berbeda dari yang lain itu membaca do'a sebelum ia mencicipi makanan.
"Telur dadar siapa ini?" tanya Crystal malu-malu. Sebagai penggemar fanatik dari makanan tersebut. Bayu mengulas senyum samar.
"Emaknya Anna, nitip buat lu," jelas Mey. Sedangkan anaknya yang tengah berkedip bingung itu tidak mendapat apa-apa dari Ibunya.
"Ibu nanyain aku enggak?" tanya Anna. Bayu dan Mey yang berkunjung ke setiap rumah itu menggeleng. "Bu Novi cuma nanyain Crystal," sahut Bayu. Anna terperangah mendengar pernyataan temannya, apalagi Crystal tergelak tawa puas sebab Bu Novi lebih memperhatikan dirinya.
"Aku anak siapa?" tanya Anna lucu. Semua terkekeh sebab Anna benar-benar tengah berprotes dengan mulut penuhnya. Bersuka cita memberikan kehangatan pada rumah yang sudah bertahun-tahun dirundung kesepian.
"Katanya tinggal sama nenek?" tanya Nana. Nam Taemin yang tengah mencicipi daun singkong tumbuk itu mengangguk.
"Iya, pergi ke Korea kemarin, kunjungan tiga bulan sekali, seminggu lagi juga pulang," jelas Nam Taemin. Anna malah menekuk bibirnya tatkala Nam Taemin mengambil semua daun singkong favoritnya.
"Di Korea gak ada singkong Nam Taemin?" protes Anna. Nam Taemin yang spontan menggulirkan pandangan pada Anna itu mengulas senyum lucu.
"Ada, tapi mahal... Gak pernah nyobain juga olahan daunnya ternyata seenak ini," ucapnya. Nam Taemin sengaja mengaduk nasi dengan daun singkong tumbuk hingga membuka mulutnya lebar sampai Anna semakin menekuk bibir— tidak rela.
Acara makan-makan pun mereka lewatkan dengan riang. Penuh canda tawa dengan Nana sebagai pelaku utama. Anna juga menyidik penuh teman humornya itu tengah bengkak di bagian sudur bibir kanan.
Namun ia tidak bertanya mengenai apa yang telah terjadi. Sebab malah ingat dengan sebuah kata 'perjuangan' yang Nam Taemin katakan. Apa yang telah teman-temannya lakukan untuk Anna hingga bisa di sebut sebagai sebuah perjuangan.
"Nana... " lontar Anna. Nana yang tengah mencicipi Buah Pir itu lantas menaikan satu alis tatkala Anna memanggilnya.
"Kamu ingat gak waktu aku menolongmu saat hampir tertabrak taxi ngebut? Atau saat kamu hampir tertimpa tiang basket di sekolah?" tanyanya. Nana yang tengah bersemangat mengunyah pir itu tiba-tiba saja memelankan kunyahan yang membuatnya tidak mengerti.
Anna selalu marah bila ia mengungkit jasa tentang penyelamatan nyawanya dua kali itu. "Kenapa mengungkitnya? Kau bilang harus melupakannya Anna," ucap Nana.
"Iya. Sesuai perkataanku Nana, kamu gak boleh melakukan hal-hal bodoh hanya karena aku pernah menolongmu," celetuknya. Anna yang tiba-tiba saja dilanda cemas itu menatap Nana serius termasuk pria tersebut menjadi tidak enak sebab semuanya menjadi fokus padanya.
"Memangnya apa yang aku lakukan Anna?" tanya Nana. Nam Taemin mengangguk paham kenapa Anna merupakan sosok berarti bagi Nana yang mau bertaruh untuk melepaskan kekangan Veri. Nam Taemin hanya perlu mencari tahu soal Crystal sekarang. Motifnya seperti apa?
"Aku hanya memperinga—"
"Dan memangnya kenapa bila aku melakukan sesuatu yang bodoh? Kau akan menganggapnya bahwa aku sedang berbalas budi untuk dua kejadian maut itu Anna?" tanyanya. Ini memang tidak patut untuk Anna singgung sebab hanya akan menimbulkan kesalah pahaman besar.
"Aku hanya tidak mau kamu kenapa-kenapa Nana... Jangan sampai ikut sakit, hanya untukku," ungkap Anna.
"Ini juga bukan hanya untuk Nana... Tapi kalian semua," lanjutnya. Nam Taemin menatap Anna dengan manik yang tiada bosannya terus mengeluarkan bulir. Sesaat Nam Taemin merasa iri dengan persahabatan yang mereka jalin.
Walau hanya melewati beberapa hari dengan mereka. Nam Taemin rasanya ingin bergabung, ikut menyusup masuk dalam jalinan yang mereka buat.
Bisakah Nam Taemin yang picik ini ikut bersama mereka. Ingin menjadi bagian dari mereka...
To Be Continued...