"Nonton horor mau gak?" tawar Crystal. Mereka yang tengah terisak masing-masing setelah perkataan Anna itu pada akhirnya terpecahkan kembali.
Bersepakat untuk bergadang sebab mereka pun sudah menyiapkan peralatan sekolah dan akan berangkat dari rumah Nam Taemin bersama besok. Mereka semua berhambur dari kamar Nam Taemin menuju televisi di ruang tengah.
"Woy! Lupa gue yah!" teriak Anna. Bisa-bisanya mereka meninggalkan Anna yang baru bisa berdiri ini.
"Mau dibantuin?" tawar Nam Taemin. Ia menjulurkan lengan pada Anna yang malah menatapnya hingga berkedip heran.
"Nana!" teriak Anna.
"Astaga, sama aja kali, harus jadi waria dulu nih?" tanyanya. Anna menggosok hidung tidak mau dibantu Nam Taemin.
"Bay—"
"Ya! Ya! Ya! Nam Taemin!" ucap Anna sewot. Nam Taemin malah mengangkatnya tanpa banyak bicara walau Anna nampak resah.
"Jadi, mahram itu lelaki dan wanita dilarang bersentuhan dalam agamamu?" tanyanya.
"Harus halal dulu, baru bisa begini," sahut Anna. Nam Taemin lantas menurunkan Annastasia pada sofa di belakang teman-temannya yang memilih duduk di lantai dan menjadikan sofa sebagai sandaran
"Kakinya awas kesenggol," ucap Nam Taemin. Crystal yang tepat berada di depan Anna itu mengangguk.
"Kalau menurutku sih gapapa... Lagian ngebantuin juga daripada repot sendiri?"
"Tetap saja..." sahut Anna. Ia tidak melanjutkan perkataanya tatkala Nam Taemin menjauh untuk mengambil beberapa camilan. Lagipula bukan waktunya berdakwa sebab Anna yang tengah melihat ponsel Nam Taemin di sampingnya itu mencoba untuk balas dendam.
Nam Taemin juga sudah berani mengotak-atik ponselnya. Jadi Anna cukup berani tatkala menghidupkan benda pipih tersebut. Mengusap layar hingga menekuk bibir sebab ponselnya di kunci.
"Cari sesuatu?" Anna tercekat kala Nam Taemin ada tepat di belakangnya. Kapan ia kembali? Atau memang Nam Taemin pura-pura pergi. Anna bahkan tidak mengedarkan pandangan saat ia mengambil benda tersebut. Beda lagi dengan ke empat temannya yang pura-pura tuli.
"Aniya," ucap Anna. Ia melempar ponsel Nam Taemin tanpa memperdulikan benda itu rusak. Memandang lurus pada layar televisi, walau wajah Nam Taemin yang terlampau dekat di belakangnya itu terdengar tengah menahan tawa.
*Aniya (Tidak)*
"Itulah mengapa kau perlu mengunci ponselmu Seonsaengnim, biar tidak ada yang mengintip," lontarnya. Anna menggosok hidung kasar hingga Nam Taemin terlonjak kaget tatkala mereka serempak menjerit setelah melihat jumpscare hantu kuntilanak.
Namun yang membuat semua orang menoleh adalah bertambahnya suara teriakan yang terasa familiar. Di mana Anna semakin membelalak lebar sebab adiknya berada di sini.
"Sirena?"
"Lho... Kakak?" Anna lantas menilik arloji yang telah menunjukan pukul tujuh malam. Di mana Nam Taemin dengan cekatan mencoba untuk menahan Hugom yang mengamuk. Mereka semua malah terpaku diam sebab Anna berjalan dengan gagah menghampiri adiknya. Tidak pincang sama sekali.
"Arkhh, aw, awsh! Ampun kak," rintih Sirena. Ia mendapat jeweran kuat dari Anna yang membuat semua orang bergidik ngeri. Mereka semua sudah merasakan jeweran Anna yang memang cukup menyakitkan sampai membuat Nam Taemin juga mengusap kupingnya sendiri.
Ia melirik adik tirinya—Minho. Pria itu juga sama berwajah pucat sebab Sirena kepergok kakaknya tengah mengunjungi rumah laki-laki di malam hari.
"Bagus! Bagus kamu Dek!" omel Anna.
"Kakak dengerin dulu..." rengek Sirena. Ia menangis sembari menepuk pelan lengan kakaknya saking tidak kuat menahan panas yang menjalar dari kuping.
"Nuna—"
"Aku bukan kakakmu!" bentak Anna. Minho merunduk sebab ia pikir Anna tidak akan mengerti apa yang ia lontarkan.
*Nuna biasa dipakai adik laki-laki untuk memanggil kakak perempuan. Atau wanita yang lebih tua darinya*
Namun sungguh, yang membuat Nam Taemin terkejut hanyalah karena Anna, memang tidak merasakan sakit jika sedang marah. Saat memukulnya saja ia bisa beranjak hingga mencoba untuk memukul lagi tadi.
"Memang mengerikan," gumamnya. Kemudian satu lagi sebuah kehebohan yang berlangsung belasan menit. Di mana suara Sirena mendominasi sebab dimarahi habis-habisan oleh Anna.
Apapun alasannya, bahkan bila Sirena sehabis pulang kerja kelompok namun Minho yang akan mengantarnya itu pulang dulu untuk mengambil jaket.
Sirena tetap harus minta izin. "Gak bilang ke Ibu mau mangkir dulu?" tanyanya. Sirena menggeleng seraya terisak pelan. Kakaknya saja tadi minta izin lewat Bayu walau memang saat ia sadarkan diri langsung menelpon Novi untuk meminta izin kembali.
"Pulang sana!" bentaknya. Sirena mengangguk hingga menyeka pipinya. Apalagi Nana yang mencoba ikut campur malah terdiam kembali saat Anna menatapnya nyalang.
"Minho anterin boleh yah Nuna?"
"Jangan panggil Nuna!" bentak Anna dan Nam Taemin serempak. Keduanya memejam hingga begernyit sebab bisa-bisanya Nam Taemin itu ikut angkat bicara. Begitupun dengan Nam Taemin yang berpikir keras. Bisa-bisanya Minho so akrab sampai langsung memanggil Anna Nuna.
"Ade pulang," lirihnya. Ia meraih lengan Anna dan menyatukannya pada kening walau Anna menjawab tidak rela adiknya berkeliaran malam-malam. Anna saja berani menginap ini karena sebuah keterpaksaan.
"Min pake mobil, kasihan dingin," ucap Nam Taemin. Minho mengangguk cepat, sesuai dugaannya. Nam Taemin mengajak ia berbicara. Perdana semenjak Nam Taemin pindah seminggu lalu. Baru saja ia mengajaknya berbicara.
"Ne, Hyung..."
*Ne (Iya)*
*Hyung atau Hyeong adalah panggilan adik laki-laki pada kakak laki-laki atau pria yang umurnya lebih tua*
Nam Taemin tidak menanggapi lagi panggilan Minho. Ia mengantar Adik Anna menuju pintu. "Hati-hati Dek," ucap Anna. Sirena mengangguk sembari masih menyeka wajahnya.
"Hugom kalau mengamuk memang ngeri yah," nyinyir Nam Taemin. Anna menatap Nam Taemin yang malah memperhatikan Sirena sampai ia masuk ke dalam mobil. Anna kemudian merunduk menatap kakinya. Kenapa saat digerakan terasa sakit sampai ia kesulitan untuk mengambil langkah.
"Supaya disentuh jadi halal harus lakuin apa?"
"Nikah," sahut Anna cepat. Ia mendongak pada Nam Taemin yang lansung begernyit.
"Kita tetap dengan kepercayaan masing-masing saja," ucap Nam Taemin. Ia mengangkat kembali Annastasia yang tidak berkomentar sebab kakinya memang terasa berdenyut.
"Bakal bengkak lagi kayaknya, dokter suruh kamu jangan bergerak dulu," jelasnya. Annastasia mengangguk untuk Nam Taemin yang katanya membayar berobat dirinya sewaktu pingsan tadi. Padahal hanya keseleo biasa.
Namun Nam Taemin sendiri yang membuatnya parah hingga bengkak. Anna kemudian menunjuk kulkas sampai membuat Nam Taemin yang akan menurunkannya kembali di sofa itu terpaku di pijakan.
"Haus, ada air minum dingin gak?" tanya Anna. Nam Taemin kemudian membawa Annastasia menuju kulkas.
"Kita harus ngapain nih?" bisik Mey.
"Fokus film, dan pura-pura menghilang saja dari muka bumi," sahut Nana. Seharusnya mereka tadi tidak kembali saja kemari dan meninggalkan temannya— Anna menginap sendirian.
"Haus, ngambil air, jatuh... Kejedot lemari obat, tidak sadarkan diri. Tahu-tahu ada dokter dan tersadar di rumah aku," ucap Nam Taemin. Anna melipit kening untuk lontaran Nam Taemin yang sangat tidak jelas.
"Itu yang Veri ketahui mengenai kondisimu bisa ada di rumahku," ucapnya. Nam Taemin menggerakan torso agar Anna lekas membuka kulkas.
"Bohong lagi dong?"
"Nana juga udah ngomong gitu ke Veri. Ya udah kamu jujur aja besok diculik Nam Taemin terus nginap di rumahnya. Paling Nana yang kena pukul," jelas Nam Taemin. Sebagai pendatang baru, pria ini terlalu cakap tatkala menerka-nerka apa yang akan dilakukan orang.
Anna kemudian menarik pintu kulkas. Mengedarkan pandangan pada minuman kaleng dengan tulisan hangeul. Ia meraih kaleng bewarna biru tosca. "
Agamamu tidak melarang minum alkohol?" tanyanya.
"Emang ada alkoholnya?" tanya balik Anna. Nam Taemin mengangguk hingga Annastasia lekas menyimpannya kembali. Meraih kaleng bewarna biru yang sama ada kandungan alkohol, kemudian ungu serta kuning sampai membuatnya memejam.
"Terus yang mana yang enggak!" tekan Anna. Jangan sampai ia baru saja sudah mengamuk namun sekarang malah darah tinggi lagi, "Palingan susu, cuma enggak dingin. Pakai es batu mau?" tawarnya.
Annastasia mengangguk hingga Nam Taemin menurunkannya untuk duduk di atas meja makan dapur. Mengambil gelas serta susu kemudian mencelupkan beberapa balok es.
"Kamu minum alkohol Nam Taemin?"
"Yap," sahutnya. Ia menyodorkan gelas pada Hugom yang membutuhkan air dingin untuk menetralkan kembali hawa panas yang tengah melandanya. Lekas mengambil kaleng yang tadi telah menarik perhatian Annastasia kemudian membukanya santai.
"Setahuku... Di Korea juga ada larangan kalau di bawah usia dua puluh tahun belum bisa minum alkohol," ucapnya. Nam Taemin malah dengan santai meneguk minuman yang mengandung alkohol itu kemudian menatap Anna datar sampai wanitanya mengangguk cepat.
"Aku yang bodoh..." ucap Anna. Nam Taemin kan kaya. Bisa saja ia menyuruh pembantunya untuk membeli alkohol kemudian ia yang minum.
"Hari ini kita tidak belajar... Besok aku mau libur, jadinya pindahin ke hari minggu," ucap Nam Taemin.
Annastasia yang tengah meneguk susu itu mengangguk saja sebab Nam Taemin memang memperingati bahwa dirinya yang akan mengatur jadwal. Setidaknya bila Anna tidak mempunyai agenda lain. Aman-aman saja.
"Kemudian perihal Veri. Mau tidak mau... Kamu harus mengikuti permainan yang teman-temanmu susun Anna— ssi."
To Be Continued...