Disisi lain, ternyata ada hal yang tidak diketahui Alysa mengenai temannya Zahra. Diam-diam Zahra mempunyai kedekatan khusus dengan kakaknya. Ya, Rayhan. Mereka berdua sudah dekat bahkan sebelum gadis itu mengenal Alysa.
Mereka dipertemukan disebuah café tempat mereka bekerja. Awalnya Rayhan yang bekerja disana, namun kebetulan gadis itu melamar di tempat yang sama. Dari situlah kisah Rayhan dan Zahra dimulai.
Laki-laki itu mulai mendekati Zahra dengan alih-alih silaturahmi sebagai teman kerja agar lebih akrab. Namun seiring berjalannya waktu laki-laki itu mulai menyimpan rasa terhadap Zahra apalagi setelah dia tahu bahwa Zahra adalah teman baik Alysa, hal itu membuat Rayhan yakin untuk lebih dekat dengan gadis itu.
Namun setelah mengetahui Rayhan kakak dari temannya, Zahra sedikit minder. Ia hanya takut dianggap berteman dengan Alysa karena ingin dengan kakaknya apalagi kondisi gadis itu sudah pernah yang namanya dikhianati sahabat.
Maka dari itu Zahra dan Rayhan memilih untuk menyembunyikan hubungan mereka terlebih dahulu sampai dimana gadis itu bangkit dari keterpurukannya.
Sebenarnya Zahra juga merasa bahwa Alysa akan mulai curiga dimana gadis itu sering melarang Alysa untuk mampir ke tempat kerjaannya, pada waktu Rayhan menyuruh gadis itu ke café pun kebetulan Zahra sedang shift malam jadi tidak sempat bertemu dengannya.
Masih banyak ketakutan dalam benak Zahra untuk berterus terang mengenai hubungannya.
"Zar, apa gak sebaiknya kita terus terang aja sama Alysa sebelum kita keciduk dan Alysa salah paham sama kamu. Padahal sebelum sama aku, kamu udah berteman baik sama Alysa." Ucap Rayhan di sela-sela pekerjaannya.
"Lebih baik kita tetep gini dulu ya, sampai kita bener yakin kalau Alysa udah seperti semula lagi. Sekarang penampilan Alysa aja yang kembali kayak dulu, kita gak pernah tahu hatinya," jawab Zahra.
Rayhan hanya menuruti perkataan wanita yang disukainya, hubungan mereka hanya komitmen saja karena masih takut untuk ke hubungan pacaran apalagi ini adalah hal yang baru untuk Zahra jadi gadis itu tidak bisa terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Sementara itu, Alysa dan Dirham masih berdiam didalam mobil setelah tadi tertidur sejenak.
"Sa, dunia gue sama dunia lo kok gelap ya. Lo pernah ngerasa gak adil gak? Atau lo pernah ngerasa kok Tuhan jahat ya sama kita? Gue sering gitu soalnya," ucap Dirham yang masih menidurkan kepalanya di pangkuan Alysa. Gadis itu masih terdiam, memandangi laki-laki yang berada didepannya. Mengelus lembut rambutnya.
"Menurut gue, Tuhan adil kok. Dunia juga berjalan sesuai sama porsinya, ini cuma kitanya aja yang gak bersyukur. Kadang kita juga susah keluar dari dunia itu karena kita gak ada usaha yang bener-bener. Lo pernah denger kata-kata kalau Tuhan gak akan nguji hambanya diluar batas kemampuannya? Itu yang selalu gue terapin. Walaupun iya kadang cara gue salah buat bangkit tapi gue yakin Tuhan udah nyiapin hal yang indah didepan nanti," tutur gadis itu dengan lembut.
Laki-laki itu mulai beranjak dari pangkuan gadis itu. Dirham mulai memandangi Alysa. "Sa, gue boleh gak minta sesuatu?" Tanya laki-laki itu.
Gadis itu langsung mengernyitkan dahinya dan menatap balik laki-laki itu. Tanpa basa-basi gadis itu langsung memukul Dirham. "Lo mau macem-macem sama gue? Gila lo udah gue baikin bukannya terimakasih malah ngelunjak," ucap gadis itu yang masih memukuli Dirham yang sudah kesakitan.
Laki-laki itu langsung memegang kedua tangan Alysa untuk menghentikan gadis itu. Ia juga membiarkan Alysa terpojok ke pintu mobil. Laki-laki itu meraih pintu untuk mengunci mobilnya. Alysa yang sudah gugup, karena posisi mereka mulai berdekatan langsung memejamkan matanya.
Dada gadis itu mulai berdebar kencang dan nafasnya mulai tidak beraturan, sama seperti saat dirinya bersama Dirgan. Debaran jantung itu persis, gadis itu kini mulai membuka matanya, melihat ke arah sorot mata Dirham. Namun yang gadis itu lihat bukan Dirham melainkan Dirgan.
Seperti yang kita tahu bahwa manusia bisa saja berbuat salah demi menyenangkan hatinya, demi membuat rasa rindunya berbalas dan menyurut.
Begitupun Alysa, gadis yang merindukan kekasihnya. Perlahan gadis itu mulai menarik laki-laki didepannya lebih dekat. Kini jaraknya hanya 5 cm. nafas satu sama lain saling bersahutan.
"Sorry, Sa. Bukannya lo ..."
Belum selesai laki-laki itu berbicara, kini mulut laki-laki itu bungkam saat bibir gadis itu menyentuhnya. Membiarkan laki-laki itu terhanyut dalam sebuah ciuman sama seperti dirinya, gadis itu terus bermain indah dalam ciumannya dengan Dirham. Benar saja, laki-laki itu mulai terbawa suasana dan lebih ahli dalam bermain.
Walaupun laki-laki itu tahu, mungkin saja setelah ini gadis itu akan melupakannya. Ia juga sadar tatapan Alysa bukan seperti sedang menatap Dirham melainkan menatap kekasihnya dahulu, yaitu Dirgan. Permainan itu berakhir setelah gadis itu mulai menyadari salahnya. Gadis itu menatap Dirham kembali.
"Sorry, Ham. Gue gak seharusnya gini. Gue cuma lihat sinar mata lo persis kayak Dirgan. Dan gue ngerasa detak jantung gue pas sama lo sama kayak waktu gue sama Dirgan. Gue tahu gue salah, gua tahu gue gak seharusnya korbanin lo perihal kerinduan gue, cuma gue."
Jari laki-laki itu langsung menutup bibir Alysa. Menghentikan segala ocehan yang akan dilontarkan. Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya dan mulai memeluk gadis itu agar dirinya merasa tenang kembali.
"Kita pulang yuk, biar gak kemaleman sampe rumahnya. Enggak akan malem sih cuma subuh," ucap laki-laki itu mencoba mencairkan suasana agar tidak terasa canggung.
Gadis itu hanya tertawa kecil dengan lawakan Dirham yang garing.
Diperjalanan pulang gadis itu hanya tertidur, mungkin Alysa kelelahan. Tapi momen itu menjadi hal yang bisa diabadikan. Saat dilampu merah, laki-laki itu mengambil video saat gadis itu tertidur dengan sangat gemas.
Satu dari beberapa video itu ia masukan di Instagram pribadinya dengan meng-hide gadis itu sendiri.
Sementara itu, Zahra dan Rayhan yang terlihat sedang makan bersama terkejut melihat Dirham yang membuat story di Instagram mengenai Alysa.
"Han, lihat deh. Dirham sama Alysa kayaknya deket," ucap gadis itu sambil memperlihatkan cerita itu kepada Rayhan.
Laki-laki yang menjadi kakaknya sangat senang akhirnya adiknya bisa memulai kembali.
"Eh menurut kamu mereka pacaran?" tanya Rayhan.
Gadis itu terdiam sejenak dan mengartikan kata-kata yang tercantum di video itu.
"We are just friend but I'm so happy."
Yang artinya mereka hanya berteman tapi Dirham sangat bahagia. Berarti Alysa dan Dirham masih dalam tahap pengenalan satu sama lain, tahap pendekatan, pikir Zahra begitu.
"Iya sih gak mungkin juga Alysa secepat itu suka sama orang baru, apalagi dia masih terbayang-bayang sama Dirgan." Ucap Rayhan yang dibalas anggukan oleh Zahra.
Alysa terbangun dari tidurnya dan melihat kondisi jalanan yang macet, "Gue pinjem hp lo dong, hp gue mati," ucap gadis itu.
Laki-laki itu langsung meraih ponsel yang ada disaku jaketnya dan memberikannya kepada Alysa.
"Gue izin buat telepon Rayhan ya. Kan lo punya nomornya," ucap gadis itu yang dibalas anggukan oleh Dirham.
Saat menghubungi Rayhan, nomornya aktif tetapi tidak terangkat. Gadis itu mencoba menghubungi kembali.
"Halo, Ham. Ini Rayhannya lagi nyetir. Lo mau ngomong langsung atau mau lewat gue?" Tanya seorang wanita yang mengangkat panggilan Alysa.