Chereads / My Idol Is A Werewolf / Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2.

"Maaf, Tuanku. Hamba baru saja mendapatkan kabar, bahwa utusan dari kerajaan Miracle tidak jadi hadir."

Alis Claudio sampai naik turun ketika mendengar perkataan dari pengawalnya. Namun, belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba suara tepuk tangan bergemuruh seisi ruangan.

"Kerajaan Miracle tidak akan hadir, sebagai gantinya biarkan diriku yang menggantikan tempat mereka. Selamat untukmu, Adikku."

Suaranya yang lantang, langsung mengejutkan Claudio. Bukan dia saja, tetapi Contessa serta Dame Elina juga. Para tamu undangan pun sama terkejutnya dengan Claudio.

"Aku sudah datang, Adikku. Mana sambutan hangatmu untukku? Mengapa kau tidak mengundangku, aku juga ingin melihat keponakan kesayanganku itu? Apakah ini balasanmu untuk keluargamu sendiri?"

Pria yang usianya hampir menginjak seribu tahun itu, terlihat gagah dengan pakaian bersulam sutra berwarna merah darah, dan jubah hitam di belakangnya, serta pedang yang tersarung rapi di pinggang kanannya.

Pria itu berjalan memasuki ruangan. Namun, kehadirannya membuat orang-orang yang ada di sana meningkatkan kewaspadaan.

Bukan hanya para tamu undangan saja yang meningkat kewaspadaan, tetapi Claudio juga sampai melepaskan Aura Pembunuh yang begitu pekat, guna melindungi Contessa serta Lars.

Gelombang kejut yang dihasilkan dari Aura Pembunuh, membuat siapa saja yang ada di sekitar merasa tidak nyaman.

"Tenang adikku. Mengapa kau melepaskan Aura Pembunuh seperti itu? Apa aku salah, jika datang ke pesta penobatan Lars? Aku adalah Pamannya, jadi wajar bukan jika aku menghadiri pesta penobatannya?"

Kedatangan pria bernama Luciano itu, membuat suasana pesta menjadi mencekam. Orang-orang yang memiliki kekuatan rendah, akan merasa pusing karena Aura Pembunuh yang Luciano lepaskan sangat mengerikan.

Setelah itu, satu persatu dari mereka tidak sadarkan diri, semantara mereka yang masih bertahan, perlahan mulai merasa berhalusinasi.

Claudio berusaha melindungi Contessa, serta Lars. Bayi mungil itu belum memiliki kekuatan apa pun, hingga Contessa berusaha menyalurkan kekuatannya guna menjaga Lars, dari Aura Pembunuh yang Luciano lepaskan.

"Bagaimana bisa kau kembali hidup, bukankah kau sudah mati?" 

Claudio tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan Contessa serta Dame Elina. Mereka bahkan semua tamu undangan yang hadir tahu, bahwa Luciano sudah mati beberapa puluh tahun yang lalu. 

Namun, entah bagaimana Luciano kembali hidup dan meningkatkan kekuatannya?

"Pengawal, cepat tangkap dia!" Claudio berseru lantang. Satu persatu pengawal pun berdatangan. Namun, di antara mereka tidak ada satupun yang berhasil mendekati Luciano.

Aura pembunuh yang Luciano lepaskan, berhasil membuat para pengawal bertekuk lutut, serta melepaskan senjata mereka tanpa adanya perlawanan.

Claudio terkejut bukan main. Ternyata selama puluhan tahun terakhir, Luciano berhasil meningkatkan kekuatannya ke tahap yang lebih tinggi, dengan begitu, lawan yang sebatas memiliki kemampuan rendah, tidak dapat menyentuhnya.

Hahahaha …

Luciano tertawa lantang. Dia merasa di atas angin, saat melihat orang-orang yang ada di ruangan tersebut, bertekuk lutut dengan begitu mudah. 

Aura pembunuh yang begitu pekat, membuat Lars menangis. Dia mengamuk dalam pelukan Contessa, dan wanita itu berusaha untuk menenangkan bayi empat puluh hari itu.

Luciano berhenti tertawa. Fokusnya langsung tertuju pada Lars yang ada dalam gendongan Contessa. Pria itu mengangkat satu tangannya, satu kali jentikan, Last langsung berpindah tangan.

"Lars!"

Contessa kehilangan Lars. Claudio segera bereaksi, dan melepaskan Aura Pembunuh yang sangat besar lagi. Namun, itu tidak berpengaruh pada Luciano, bahkan tidak membuat pria itu bergerak dari posisinya.

"Berhenti! Satu kali lagi kau melangkah, maka nyawa anakmu akan menghilang!"

Claudio pun mengurungkan niatnya untuk melawan. Bukan karena takut, tetapi dia memikirkan keselamatan Lars yang saat ini berada di tangan Luciano.

Contessa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Air matanya tumpah saat melihat Putra kesayangannya berada di ujung jurang maut. Dia menyalahkan dirinya karena tidak mampu melindungi Lars.

"Tenang saja. Lars akan baik-baik saja. Kakak hanya perlu menguatkan diri, jangan hanya karena Lars jauh, Kakak menjadi lemah. Ayo, Kak. Semuanya belum berakhir." 

Dame Elina berusaha menenangkan Contessa yang terpuruk. Tubuhnya yang kekar, kini menjadi lemas dan tak bertenaga, seolah seluruh kekuatannya hilang tak tersisa.

"Luciano! Jangan macam-macam kau. Lars tidak bersalah. Dia hanya bayi mungil yang tidak memiliki kekuatan. Jangan sakiti dia. Mari kita bertarung, tapi jangan libatkan Lars!"

Claudio berusaha membujuk Luciano agar tidak melukai Lars. Pria dewasa itu tersenyum lebar, sambil memandang Lars yang berada dalam pelukannya.

"Lihat, Sayangku. Ayahmu sangat marah pada Paman. Memangnya Paman salah apa, sampai Ayahmu membenci Paman? Apa salah kalau Paman ingin melihatmu? Salahkah Paman, datang ke pesta penobatanmu, Keponakanku?"

Lars tidak bereaksi. Tubuh mungilnya terdiam, ketika Luciano mengajaknya berbicara. Ada kekuatan yang sedang mengalir di tubuh Lars, yang membuat bayi itu tidak bereaksi.

Claudio semakin cemas, begitu juga dengan Contessa yang tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Jika saja bisa, dia ingin melawan Luciano. Akan tetapi, Claudio memberi aba-aba untuk tidak melawan.

"Coba katakan pada Paman. Mengapa Ayahmu sangat marah dan kenapa kalian tidak mengundang Paman ke pesta?" tanyanya kepada bayi yang bahkan tidak mengerti perkataannya.

"Berhenti kau berpura-pura menjadi orang baik. Kau bukan Pamannya. Kau adalah pengkhianat negara, musuh kerajaan ini! Jadi, untuk apa Lars mengakuimu sebagai anggota keluarganya!"

Perlahan, tapi pasti. Claudio berusaha mendekati Luciano dan berniat memberi serangan dadakan. Langkahnya begitu pelan, tetapi Luciano sama sekali tidak menurunkan kewaspadaannya.

Luciano melebarkan matanya. Claudio memiliki kesempatan untuk menyerang. Namun, sebelum tindakannya berhasil Luciano sudah lebih dahulu memberikan perlawanan.

Tangannya yang dipenuhi tenaga dalam itu, dikibaskan dan langsung diarahkan kepada Claudio. Seketika itu juga pria yang usianya hampir 900 tahu itu, terpental sejauh beberapa meter.

Contessa menjerit histeris. Tangannya yang digenggam Dame Elina pun terlepas. Dia berlari pada Claudio, buru-buru dia memapah suaminya untuk bangun.

"Kau baik-baik saja?"

Kedua mata Contessa berkaca-kaca, ditambah Lars yang lepas dari pelukannya, menambah kesedihan dalam hatinya.

"Aku baik. Kamu tenang saja." Claudio memegangi dadanya yang terasa sakit, akibat serangan Luciano. Walaupun hanya sebatas hempasan angin saja. Namun, hembusan anginnya berisi tenaga dalam yang kuat, membuat siapa saja dapat terluka.

Tatapan Claudio melebar saat tahu, kehebatan Luciano tidak bisa dianggap enteng, "Kau tenang saja, akan aku pastikan Lars baik-baik saja. Luciano tidak akan berani melukai Lars. Percayalah."

Contessa mengangguk pelan, berusaha untuk tetap tenang. Namun, hatinya mengatakan. Hari ini akan menjadi sejarah kelam bagi kerajaan Cloud Armor. Biarpun demikian, Contessa masih berharap, akan ada keajaiban. 

Contessa memapah suaminya, tetapi Claudio tidak membutuhkan hal tersebut. Dia menarik pedangnya dari sarung, berlari cepat menuju Luciano.

Teriakan seorang ksatria begitu bergema. Luciano masih tampak santai di posisinya, sambil menggendong Lars. Luciano tidak bergerak sedikitpun dari posisinya, tetapi terlihat senyum kemenangan menghias di wajahnya.

"Claudio!" teriak Contessa di belakang. Suaminya telah mengambil keputusan terburu-buru. Claudio tidak bisa diam saja. Langkahnya begitu cepat dengan pedang di tangan kanannya.

Ketika hendak mengayunkan pedang, saat itu juga Luciano mengibaskan jubah hitamnya. Tercipta gelombang kejut yang tinggi, untuk yang kedua kalinya Claudio terhempas beberapa meter. Pedangnya lepas dari tangan, dan tubuhnya menghantam dinding.

"Claudio!"