Pria itu bangkit dari duduknya, melirik kesal ke arah panggilan itu. Walau pun yang memanggilnya adalah Utsugi Tora temannya sendiri ia benar-benar tidak ingin di ganggu saat itu. Ia mendengus. Namun, seketika suasana hatinya berubah total setelah ia mendekat ke pintu yang terbuka setengah itu. Tora berdiri di ambang pintu, menyingkir setelah Silver berada tepat di belakangnya.
Silver tidak percaya ia akan melihat jaket lama kesayangannya kembali. Gadis di hadapannya bahkan tidak bisa menyuarakan apa-apa ketika mata mereka bertemu. Tangannya yang mungil menyodorkan jaket itu ke hadapan Silver, memaksa Silver untuk menerimanya kembali.
Tidak lama kemudian, Silver mendengar suara itu berbisik takut, "Ia tidak membiarkanku masuk..."
Silver tidak menolak jaket yang sedari awal memang miliknya itu. Ia melipatnya asal dan menggantungkannya pada lengan. Ia hampir melangkah balik tanpa basa basi, tapi kemudian ia berhenti sesaat. Gadis di hadapannya terlalu sulit untuk tidak di acuhkan. Terlebih lagi ketika gadis itu terlalu begitu kecil dan ketakutan.
"Mengapa kembali?" Silver bertanya, suaranya agaks erak. Kepalanya masih pening, bahkan hingga sekarang.
Silver menunggu untuk beberapa saat lamanya. Tidak ada jawaban. Kedua mata gadis itu menatapnya seakan dirinya adalah makhluk buas yang akan menerjang. Ketidaksabaran Silver memuncak. Nobu Makoto berbisik sambil lalu dengan memperingatkan, "Satu Screwdriver dan satu Cosmo, meja no.11 di ujung kanan. Cepat. Kau tidak di bayar untuk menatap gadis di bawah umur lama-lama.
Silver berdecak pelan, lalu kembali menatap gadis itu. Masih tidak ada jawaban. Ia berbalik dan siap melangkah menjauh. Satu tarikan kecil di belakang kemejanya membuatnya terhenti. Silver berbalik melihat arah dari tarikan itu. Gadis itu membuka mulutnya, menggunakan segenap keberanian yang ia timbun sedari tadi. "Aku sudah mengembalikan jaketmu. Karena itu.. bantu aku! Bantu aku mencari Izumi Rei!"
***
Bartender itu terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu di tengah kekagetannya. Tetapi ia menahan dirinya. Ia menoleh ke tempat ia datang, ke balik meja panjang di ujung ruangan. Ia bergumam dingin "Aku harus bekerja." Lalu, meninggalkan Kazura begitu saja.
Hal itu adalah hal entah ke berapa yang membuat Kazura kaget dan kecewa. Terakhir ia datang ke Kabukicho dengan seragamnya dan ia di kejar oleh yakuza untuk di culik entah ke mana. Lalu kini ia datang dengan baju bebasnya, tetapi ia di hentikan penjaga pintu Moonlight karena di bilang terlihat terlalu jauh di bawah umur. Ia memang di bawah umur, tetai ia bukan anak SMP. Ia juga tidak berniat untuk minum, lalu mengapa ia tidak boleh masuk?
Mungkin terusan biru muda memang terlalu kekanak-kanakan, Kazura berpikir dalam hati, menyesal dengan pilihan bajunya. Ia memainkan pita di leher terusannya dengan lunglai. Pintu bar itu kini di buka lebar-lebar, tetapi itu tidak berarti Kazura boleh masuk. Kazura hampir terjatuh karena tersenggol para tamu yang datang. Ia menepi, tetapi penjaga pintu menggerak-gerakkan tangan, mengusirnya. Tatapan-tatapan pria di seberang jalan membuatnya tidak nyaman, Kazura benar-benar tidak tahu harus apa.
Ia memikirkan bagaimana ia akan datang ke sini dan meminta bartender itu untuk membantunya. Namun, tidak pernah memikirkan bagaimana jika bartender itu menolak.
Lamunan pendeknya di pecahkan dengan kemunculan wajah itu lagi di hadapannya, mendorong Kazura pelan pada lengannya. Silver berkata, terburu-buru dan terganggu, "Pulang. Kau menghalangi tamu yang datang."
Silver menunggu sesaat, seakan menginginkan jawaban dari Kazura. Atau sekedar hanya ingin melihat Kazura jalan menjauh dari Moonlight. Kazura menggigit bibir bawahnya, siapa dia, kutu pengganggukah, hingga ia di perlakukan seperti itu?
Kazura hampir memutuskan untuk berlari pergi saja. Tetapi pertanyaan Silver berikutnya menghentikannya. Suara Silver terdengar serak, seperti seseorang yang hampir pingsan karena flu berat, "Mengapa kau mencari Izumi Rei?"
"Kau mengenalnya?" Kazura tidak bisa menghentikan matanya dari berbinar-binar. Ia tahu Silver menyadarinya karena Silver kini terpana melihat gelagatnya itu. Namun, di tengah semua keterpanaannya itu, masih ada banyak rasa kesal, amarah terpendam, dan berbagai rasa menyebalkan yang bercampur aduk. Lingkaran hitam di bawah mata Silver mengatakan banyak hal.
Silver menyahut setengah hati ketika seorang pelayan lain meneriakkan namanya. Tangannya mencengkeram lengan Kazura, menariknya dengan agak kasar ke bagian depan bar yang tertutup bayang-bayang. Di tengah kegelapan malam, kini mereka hampir tidak tampak.
"Mengapa kau mencarinya?"
Untuk menarik Kazura ke pinggir dan menanyakan hal itu.. Kazura melihat harapan. "Kau pasti mengenalnya. Aku ingin bertemu dengannya."
"Aku tanya kau kenapa kau mencarinya?" Suaranya sedikit lebih tajam, tetapi tidak lebih keras. Banyak ketidaksabaran tersirat di setiap kata-katanya.
"Kazura berkata tanpa berpikir, "Aku adiknya."
"Dia tidak punya adik." Suara bartender itu hampir seperti desisan, tangannya masih meremas lengan Kazura. Jantung Kazura tambah berpacu setiap detiknya. Entah mengapa karena desisan itu, Kazura tiba-tiba sadar apa yang sedang ia lakukan. Malam hari di Kabukicho, dengan terusan biru muda tipis di malam musim semi yang dingin, di depan salah satu bar paling trendi saat ini, dengan bartendernya mencengkeram lengannya penuh emosi. Apa yang ia lakukan sehingga tertarik pada situasi seperti ini?
Kazura menjawab, suaranya terdengar penuh getaran. "Dia punya."
"Aku bilang, dia tidak punya!" Silver berseru. Membuat beberapa orang yang lewat menoleh ke arah mereka, tapi sesaat kemudian segera melanjutkan kegiatan mereka.
Silver tampaknya sadar ia telah membiarkan emosinya lepas. Ia menghentak kan lengan Kazura kasar, mendorongnya menjauh. Ia mendesis lagi, "Kau hanya salah satu dari orang-orang itu yang jatuh cinta kepadaku, berkata hal-hal tidak masuk akal karenanya. Beruntung wajahmu mirip dengan orang yang aku kenal sehingga aku meladeni mu hingga sejauh ini. Pergi, aku tidak tertarik pada gadis yang tidak memiliki dada, terutama ketika kepalaku sedang sepening sekarang."
"Izumi Rei---!" Kazura berkata, sedikit lebih keras, berhasil membuat Silver berhenti di tempat, "Adalah anak dari Izumi Yasuhiro. Ia mempunyai ibu tiri, Uzuki Misaki. Aku adalah anaknya. Uzuki Kazura. Atau mungkin yang benar adalah Izumi Kazura!"
Ekspresi Silver tidak terbaca. Sehingga wajahnya tertutup bayangan hitam. Yang terlihat jelas di mata Kazura hanyalah pantulan dari anting-anting peraknya yang berjejer di telinga kirinya.
"Apa yang sedang kau bicarakan?" Silver mengambil satu langkah mundur. Kini anting-anting di telinga kanannya juga menangkap cahaya. Wajahnya masih menyiratkan seluruh energi negatif, tetapi yang paling Kazura benci adalah kesan bahwa Silver merasa jijik. Kesan yang sebelumnya tidak ada di sana. Silver terdengar ingin mengakhiri percakapan mereka dengan berkata, "Ia tidak ingin bertemu dengan mu."
Ia membalikkan tubuh, punggungnya yang bidang menjauh perlahan, siap untuk mengambil langkah yang bahkan lebih lebar lagi.
***