Chereads / Bright Light / Chapter 19 - Ketulusan Amanda Zoetmulder

Chapter 19 - Ketulusan Amanda Zoetmulder

Di lain tempat, Amanda baru saja membuka ponselnya. Dia terkejut kala ada kontak Endin yang menelponnya berkali-kali. "Kenapa Endin menelponku sampai 20 kali? Ada apa, ya?" batin Amanda memeriksa ponselnya.

"Ada apa, Manda?" tanya Haykal.

"Endin menelponku sampai 20 kali, lalu ada telpon masuk juga dari nomor tidak dikenal. Apakah ada sesuatu yang terjadi kepada Nia?"

Amanda sangat mengkhawatirkan Nia, begitu sayangnya Amanda kepada Nia. Namun sayang, kasih sayangnya di ragukan oleh saudari kembarnya dan sahabat dari saudarinya.

"Coba kamu telpon balik. Pasti itu sangat penting." pinta Haykal.

Amanda menelpon balik Endin. Dengan marah-marah dan bicara dengan ketus, Endin mengangkat telpon dari Amanda. Amanda sungguh menyesal tidak mendengar ponselnya berdering sebelum itu. Endin mengatakan jika Nia berada di rumah sakit akibat kekerasan yang dilakukan oleh Tania, Aida dan lima siswi dari sekolah lain.

Endin juga mengatakan jika pihak sekolah tidak ingin ikut campur dengan masalah Nia dan Tania karena posisi jabatan Ayahnya Tania. Sementara itu, pihak sekolah hanya akan menanggung biaya rumah sakit Nia, dan itu hanya separuhnya saja.

"Kurang ajar!" Amanda sampai menghentak tangan di pahanya.

"Ada apa?" tanya Haykal ikut panik.

Amanda mengatakan apa yang diceritakan oleh Endin padanya di telepon. Kemudian, segara meraka masuk ke mobil dan menyusul ke rumah sakit.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, wajah Amanda masih nampak tenang. Dirinya tak akan mengambil keputusan dengan gegabah. Bagaimanapun juga, Amanda butuh bukti untuk memberi pelajaran kepada Tania dan teman-temannya.

"MasyaAllah, saudari kembarnya sedang lemas di rumah sakit. Dia mampu menyikapinya dengan tenang. Usianya masih 17 tahun, tapi mengapa pemikirannya sudah sangat dewasa sekali. Berbeda sekali dengan Nia. Meski Nia juga berpikiran dewasa, tapi keberanian Amanda tidak dimiliki oleh Nia." batin Haykal sembari fokus menyetir.

*****

Sesampainya di rumah sakit, Amanda dan Haykal mencari di mana Nia di rawat. Saat melewati kamar ke dua dari pemberitahuan suster, akhirnya mereka melihat Endin dan Devan di depan salah satu ruangan di sana.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," salam Haykal.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh, Ustadz Haykal juga di sini?" Devan mulai bingung.

"Di mana Nia?" tanya Amanda.

Endin menunjuk kamar Nia. Segera Amanda masuk dan mencari tahu apa yang terjadi dengan saudarinya. Melihat luka lebam di wajah dan tangan Nia membuat Amanda emosi. Endin berlari ke kamar tersebut dan menerangkan semuanya yang sudah terjadi kepada Nia.

"Berapa orang?" tanya Amanda.

"Lima orang,"

"Siapa dalangnya?"

"Tania dan juga Aida,"

"Aku harus memberi mereka pelajaran!" desis Amanda dengan tangan mengepal.

"Ada yang ingin aku katakan lagi, Manda," ucap Endin.

"Katakan!" tegas Amanda.

"Biaya rumah sakitnya …."

"Aku yang akan membayarnya. Kau tenang saja tentang itu. Dan lagi, aku akan meminta satu perawat untuk selalu menemaninya besok ketika kita sekolah. Malam ini, kamu tolong jaga dia. Apakah kamu bisa?"

Amanda meminta Endin untuk keluar lebih dulu. Tak ingin Endin melihatnya dalam keadaan menangis, maka dari itu ia meminta Endin untuk menemani Haykal dan Devan di luar. Amanda yakin jika ada hal yang ingin Devan ketahui tentang hubungan dirinya dengan guru agama di sekolah mereka.

Setelah Endin keluar, air mata yang Amanda tahan akhirnya banjir juga. Dalam hatinya, ia berjanji akan menuntut dan membuat orang yang sudah membuat saudarinya terkapar harus membayar semuanya dengan lunas.

"Kau tau, aku sangat menyayangimu, Nia. Jika kamu marah karena aku menikah dengan Ustadz Haykal, itu adalah hakmu. Tapi, aku tidak pernah terima jika ada yang membuatmu seperti ini. Aku juga merasa sakit melihatmu sakit seperti ini," ungkap Amanda menyeka air matanya.

"Aku akan membuat mereka membayar segalanya. Sampai mereka sujud di hadapanmu dan mengakui segala kesalahan mereka. Ingat Nia, aku sangat menyayangimu, kaulah satu-satunya keluargaku saat ini, meski aku sudah menikah … kau tetap saudariku!"

Tangan Amanda mengepal waktu itu. Tak lama setelah itu, ia keluar tanpa air mata yang tersisa.

Hari sudah mulai gelap, Haykal mengajak Amanda untuk salat bersamanya di masjid terdekat. Haykal meminta Devan dan Endin berjaga jika senggang.

"Siap, Ustadz. Saya akan menjaganya malam ini, anda bisa membawa pulang Amanda dengan tenang. Manda, tidurlah dengan tenang malam ini, Nia akan aku jaga!" celetuk Devan.

Sebelum pulang, Haykal mengajak Amanda salat maghrib berjamaah di mushola rumah sakit. Selama menikah dengan Haykal, Amanda tidak pernah menolak diajak beribadah. Meski dirinya belum hafal bacaan sholat, namun itu hal positif bagi Amanda.

Di dalam kamar ruang inap, Devan melihat ada air mata yang mengalir dari mata Nia. Tentu saja Devan mengatakan itu kepada Endin, dan Endin dengan segala pikiran buruknya menyangka jika Amanda mengatakan hal buruk kepada sahabatnya tersebut.

"Jangan su'udzon, itu tidak baik wahai, nisanak! Aku yakin, mereka memiliki ikatan batin yang kuat. Manda pasti juga sakit melihat saudarinya sakit seperti ini," ujar Devan.

"Hih, kamu tau apa? Manda itu merebut posisi jodoh yang sudah diatur oleh kedua keluarga. Pak Maliki dan keluarga Ustadz Haykal itu menjodohkan Ustadz dengan Nia, tapi malah Ustadz menikah dengan Amanda. Ya … meski menikah siri, tetap saja Amanda menjadi pelakor!" desis Endin.

Tanpa sadar Endin membongkar rahasia besar, awalnya Devan merasa kesal karena Nia dijodohkan dengan Ustadz Haykal. Setelah mendengar jika Haykal dengan Amanda sudah menikah, membuat hatinya lebih tenang.

"Itu namanya jodoh, manusia bisa berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan. Berati jodoh Ustadz Haykal itu ya Manda. Mereka kan kembar, itu sama saja lah anaknya Pak Maliki juga, 'kan?" papar Devan cengegesan.

"Cih, Manda tetap saja pelakor!" seru Endin tetap pada pendiriannya.

"Serah!" ketus Devan. "Eh, ngomong-ngomong, ini kamar vip. Apa bisa pakai jaminan kesehatan? Nia kan …."

"Nia apa? Nia apa, ha?" kesal Endin. "Si Manda kan kaya, dia yang akan jamin semuanya, jangan kebanyakan protes lah!"

Endin dan Devan malah terus bertengkar hingga membuat Nia terbangun. Nia sudah bangun sejak Amanda datang, merasa tak enak hati sudah termakan omongan Endin, Nia sampai tak mampu untuk membuka mataya di depan saudarinya.

"Ada apa dengan Endin ini? Kenapa dia membenci Amanda? Amanda menyayangiku, dia sangat baik padaku? Kenapa Endin tidak bisa melihat sisi baik Amanda?" Nia bergumam dalam hati.

"Aku merada malu karena meragukan kasih sayang Amanda. Aku tidak boleh cemburu dengan apa yang dimilikinya. Aku yang menolak Ustadz Haykal, aku juga tidak boleh menyesali itu," sambungnya dalam hati.

Meski masih memejamkan mata, Nia juga bisa mendengar apa yang dikatakan Endin. Nia kesal karena Endin keceplosan mengatakan pernikahan siri antara Amanda dan Haykal.

Apa yang akan dilakukan oleh Amanda?