Setelah turun dari taksi, Clara berjalan dengan langkah lambat memasuki area taman yang sepi, kemudian duduk di kursi panjang berwarna putih. Dia terdiam dengan tatapan kosong mengarah pada suasana sekeliling di mana terdapat bunga-bunga dan rumput hijau yang tertanam secara rapi. Wanita yang sedang terjebak itu perlahan meneteskan air mata, sebab merasa lelah dengan apa yang harus dia lakukan.
'Kenapa ... Kenapa mobil itu ada di sana dan sebelumnya juga sudah berada di penadah di Los Angeles? Bukankah seharusnya Oskar menyelidiki mobil itu, dan aku sangat ingat saat Ben panik karena rem pada mobil itu sama sekali tidak berfungsi. Pasti ada sebab tetapi kenapa tidak terkuak sama sekali dan mobil itu malah sudah berpindah-pindah kepemilikan.' Clara bertanya-tanya dalam hati. 'Apa mungkin semuanya sudah terbongkar dan Oskar ataupun Paman sudah menemukan jawaban apa sebab rem mobil itu blong? Sebaiknya aku hubungi Michael untuk mencari kepastian.'
Clara merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponsel. Dia segera menghubungi Michael melalui aplikasi Instagram karena dia tidak memiliki nomor kontak pribadinya.
"Hallo, Clara. Tidak biasanya kamu menelepon aku," sapa Michael dari telepon.
Clara terdiam yang dengan tersenyum tipis. Entah kenapa, mendengar suara Michael seperti air sejuk baginya, membuatnya sedikit merasa lega dan amarahnya mulai meredam. Dia mulai rasa rindu pada kekasihnya yang saat ini dia tahu bahwa masih setia menjaga tubuhnya yang masih terbaring lemah di ruang rawat.
"Eh, aku ... Aku hanya ingin tahu tentang keadaan Casey," ucapnya agak gugup.
"Dia masih sama seperti sebelumnya," ucap Michael terdengar lesu. "Tapi aku tidak akan pernah berhenti untuk terus mendoakannya, meminta para dokter untuk terus membuatnya bertahan hidup."
"Eh ... itu bagus. Kamu harus terus berada di sisinya karena dulu saat kami berkenalan dan mengobrol, dia sering mengatakan bahwa dia ingin selalu ada di dekatmu, karena selama hidupnya sejak kecil dia selalu merasa kesepian," ucap Clara dengan menahan tangisnya. Rasa sedih begitu dalam menerpa hatinya, mengingat sejak kecil tak memiliki kesempatan untuk bermanja-manja dengan orangtua, dan ketika dewasa pun hanya Michael, paman dan bibinya yang selalu menjadi sandaran untuknya.
"Aku tau ... dia bernasib malang sejak kecil bahkan sampai sekarang. Aku berjanji akan sangat membuatnya bahagia ketika dia sudah bangun ... bahkan aku akan langsung menikahinya," sahut Michael terdengar sangat serius.
Clara mengusap air matanya, membayangkan dan berandai-andai bahkan menyesali keadaan saat ini. Andai dia tetap menjadi Casey, dia pasti akan sangat senang dengan perkataan Michael. Tapi nyatanya dia tidak tahu apakah dia bisa kembali pada tubuhnya, tidak tahu apakah masih bisa hidup lebih lama setelah 88 hari itu berlalu.
"Hallo, Clara ... Apa kamu masih di sana?" tanya Michael.
"Eh .. iya." Clara kembali tersadar dari lamunannya. "Eh, Apa kamu sudah tahu tentang perkembangan mengenai kasus kecelakaan Casey? Maksudku, apa saja diketahui dengan jelas apa penyebab kecelakaan itu?"
"Sudah, dan polisi yang diutus Oskar untuk menangani masalah itu mengatakan bahwa ini murni kecelakaan karena kelalaian supir," jelas Michael.
"Apa ... karena kelalaian supir?"
"Yeah ... sudah dijelaskan bahwa mobil itu dalam keadaan sangat ngebut dan kemungkinan sopir itu kehilangan kendali dan terjadilah kecelakaan," jelas Michael lagi. "Andai sopir itu masih hidup, aku pasti akan memberi pelajaran padanya karena dia menjadi penyebab kecelakaan ini sehingga Casey jadi seperti ini!"
Clara terdiam dengan perasaan aneh dan bingung setelah mendengar penjelasan dari Michael. Dia sangat ingat saat sebelum kecelakaan, Ben tidak mengemudikan mobil itu dengan kecepatan sangat tinggi, dan tiba-tiba rem blong.
"Michael, Apa kamu benar-benar yakin dengan penyelidikan itu? Apa kamu pikir semua itu masuk akal? Bisa sejak kecelakaan itu disebabkan oleh rem blong." Clara mencoba memberikan kisi-kisi, karena dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia tahu pada saat itu rem blong karena sekarang dia adalah Clara. Huh, dia sungguh geram pada kondisi ini. 'Andai aku tetap berada dalam tubuhku dan tidak mengalami koma, Aku pasti akan memberi kesaksian bahwa saat itu rem mobil mendadak tidak berfungsi. Alangkah sialan aku terjebak di dalam tubuh ini!' batinnya kesal.
"Tidak ada bukti tentang rem blong, dan mungkin saja ini karena supir sialan itu mengantuk atau mabuk atau sedang dalam keadaan tidak stabil," ucap Michael kemudian menghela napas. "Kita tidak perlu bisa menduga dan mencegah terjadinya musibah. Mungkin semua ini sudah takdir, dan aku sangat ingin Casey segera bangun daripada terus menduga-duga sebab kecelakaan itu. Bagiku, bukti yang sudah diberikan oleh polisi sudah cukup untukku."
"Jadi, kamu percaya pada bukti itu?" tanya Clara kecewa.
"Tentu saja. Polisi sudah menyelidikinya selama beberapa kali sesuai dengan permintaan Oskar dan Pamanmu, dan hasilnya tetap sama," jawab Michael kemudian lanjut berkata, "maaf, sekarang aku harus melanjutkan pekerjaanku. kita bisa bicara lain kali ..."
"Okay," sahut Clara dengan lirih kemudian sambungan telepon itu. Wanita itu menghela napas panjang, kembali diam dengan perasaan bingung karena fakta yang baru dia dapatkan sangatlah membingungkan. "Sebodoh itukah polisi sehingga tidak tahu mobil itu mengalami kerusakan pada bagian rem?"
"Mereka tidak bodoh," ucap seseorang dari belakang Clara.
Clara pun menoleh ke belakang, melihat Arion datang menghampirinya dengan santai. Pria misterius yang selalu memberi kisi-kisi kepadanya itu segera duduk di sampingnya dan meliriknya sambil tersenyum.
"Apa kamu tau sesuatu tentang mobil itu?" tanyanya.
"Aku tidak tahu tapi kamu bisa menyelidikinya lagi. Jika kamu memang benar-benar merasa bahwa rem mobil itu blong, maka lakukan penyelidikan ulang saja," seru Arion.
"Tapi Nathan tidak setuju," sahut Clara dengan gusar. "Ternyata dia tidak begitu peduli dengan Casey, itu berarti dia tidak peduli padaku. Rasanya sangat kesal karena aku bersikap selalu menjaga perasaannya dan selalu membuatnya nyaman supaya dia tidak sedih, tapi ternyata yang tidak memahami keinginan ku."
"Itu wajar karena dia tidak tahu bahwa kamu bukan Clara yang sesungguhnya."
"Aku yakin jika aku terus bersikeras memintanya untuk membantu aku menyelidiki kasus ini, dia akan marah, lalu aku akan emosi dan semua jadi berantakan tidak akan terselesaikan dalam waktu yang sudah kamu tentukan!" ucap Clara dengan kesal.
"Rasa kesal,sakit, emosi, bahkan kecewa akan selalu kamu hadapi. kamu harus mempersiapkan dirimu untuk menjadi orang yang sabar mulai dari sekarang karena kamu harus kuat demi keberlangsungan misi-misi mu," sahut Arion kemudian melirik semut yang berjalan di dekat kakinya menuju sebuah lubang kecil. "Kamu harus melihat semut-semut itu. Mereka tetap kuat dan bersabar ketika mereka membuat sarang atau mencari makanan, lalu tidak sengaja terganggu oleh kegiatan manusia atau memang manusia sengaja mengganggu mereka. Mereka tetap bersabar dan terus mencoba demi terus bertahan dan memenuhi misi dari ratu semut," lanjutnya.
"Dan aku bukan semut."
Arion melirik Clara dengan horor. "Lagipula, siapa yang berkata bahwa kamu hanyalah semut? Aku hanya memberi perumpamaan supaya kamu sebagai manusia yang memiliki akal dan dan kemampuan lebih besar daripada semut, tidak menyerah begitu saja. Setelah ini masih ada 87 hari lagi, gunakan waktu itu dengan baik daripada sekedar meluapkan emosi seperti ini."
"Oke ... oke ..." Clara mengangguk-anggukkan kepalanya. "aku akan berpikir keras karena aku memiliki akal, karena kamu juga tidak pernah memberikan bantuan padaku. Kamu hanya memberi kisi-kisi dan membuat aku semakin bingung."
"Dan karena kamu bingung kamu akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Arion.
"Ya," sahut Clara dengan ketus kemudian beranjak berdiri. Dia kembali menatap Arion dengan kesal karena tidak memahami perasaannya, kemudian segera meninggalkannya begitu saja. Hemm ... mau ke mana lagi dia?