Clara berjalan menyusuri koridor menuju lift sambil membawa paperbag berisi makanan untuk makan siang Nathan. Wanita itu diantar oleh kedua bodiguard yang selalu bersamanya, justru hal itu membuatnya agak risih karena selalu diikuti ke mana pun berada.
Saat baru tiba di lift khusus untuk pemilik perusahaan, Clara segera masuk berdiam diri menunggu lift tertutup setelah ditekan tombol menuju lantai 25 oleh bodyguard bernama Benny.
'Jikalau aku terus berada dalam penjagaan seperti ini, Aku tidak akan bisa bertindak bebas untuk menyelesaikan misi-misi ku. Ini sungguh merepotkan, bahkan sifat posesif Nathan juga bisa menjadi penghalang untukku,' batinnya resah.
Ting ...
Pintu lift terbuka. Clara segera keluar dan berjalan menyusuri koridor yang bernuansa putih itu. Sesekali dia tersenyum saat tidak sengaja bertemu dengan karyawan yang menyapanya sebagai istri Nathan.
"Sayang," sapa Nathan saat baru keluar dari ruang kerjanya. Dia berjalan mendekati Clara dengan tatapan khawatir. "Apa kamu baik-baik saja?"
"Yeah, aku baik-baik saja karena ini bukan kecelakaan yang fatal," jawab Clara dengan tersenyum. Dia mengalihkan pandangannya pada ada paper bag yang dibawanya. "Aku bawakan makan siang untukmu. Kamu pasti belum makan siang, kan?"
"Iya, tentu saja. Karena aku akan makan siang bersama kamu."
Nathan segera mengajak Clara untuk memasuki ruang kerjanya sementara para bodyguard menuggu di luar.
___
Setibanya di ruang kerja yang bernuansa metalik yang dilengkapi furniture modern dan mewah, Nathan dan Clara duduk di sofa berwarna abu-abu kebiruan, memulai aktivitas makan siang mereka.
Nathan melahap Apple pie buatan Clara, namun seketika keningnya berkerut dan memakan dengan lambat seperti sambil berpikir.
"Kenapa?" tanya Clara.
"Eh, rasanya agak berbeda," jawab Nathan. "Apa bukan kamu yang membuatnya?" tanyanya.
"Ehh ..." Clara sedikit bingung karena rasa masakannya dengan masakan mendiang Clara ternyata berbeda. "Aku ... Aku yang membuatnya. Aku memakai resep baru dan aku pikir kamu akan menyukainya. Apa kamu tidak suka?"
"Emm ... Aku suka. Aku selalu suka masakanmu." Nathan tersenyum meyakinkan, kemudian kembali makan dengan santai.
Clara menghela napas lega, kemudian segera ikut makan karena dia mulai lapar. Sesekali dia melirik Nathan yang terlihat santai, membuatnya teringat pada rencananya untuk membeli mobil bekas kecelakaan tadi.
"Sayang," panggilnya.
"Ya?" sahut Nathan.
"Tadi, pengendara motor yang terlibat kecelakaan denganku ternyata ayahnya adalah seorang montir yang biasa memperbaiki mobil mobil bekas kecelakaan," ucap Clara, perlahan-lahan mulai menceritakan tentang kejadian tadi.
"Lalu?"
"Aku melihat mobil Casey di sana," ucap Clara kemudian lanjut makan meatloaf buatannya.
"Mungkin saja mobil itu akan diperbaiki," sahut Nathan dengan santai.
"Apa kamu tidak merasa ada yang aneh?" tanya Clara.
"Maksudmu?"
"Maksudku, bukankah seharusnya mobil itu sedang dalam penyelidikan polisi untuk mengetahui sebab kecelakaan? Tapi kenapa mobil itu malah ada di bengkel dan akan diperbaiki bahkan di sudah dijual? Bagiku itu adalah hal yang aneh ... Kenapa mobil yang seharusnya diurus oleh polisi malah ada di sana dan sudah dijual beberapa kali pindah pemilikan?" Clara bertanya-tanya dengan gelisah.
Nathan menghela napas, beralih memakan toter toct buatan Clara sambil berkata, "mungkin saja mobil itu sudah selesai diselidiki. Kamu tidak perlu bingung dan bertanya-tanya tentang hal ini karena ini bukan urusan kita."
Clara menatap kecewa pada Nathan yang bereaksi tidak sesuai dengan yang dia bayangkan. Tapi dia harus membuat suaminya itu mau membantunya untuk menyelidiki tentang mobil itu.
"Sayang, tapi aku sudah mengatakan pada pemilik bengkel itu bahwa kamu akan membeli mobil itu sebelum dirombak atau diperbaiki," ucapnya.
Seketika Nathan menoleh menatap Clara dengan heran. "Apa, kamu meminta aku membelinya?"
"Iya ... aku pikir dengan dibeli oleh kita, kita bisa melakukan penyelidik lagi untuk mengetahui apa penyebab kecelakaan pada Casey," jelas Clara serius.
Nathan tersenyum tipis, lalu menggeleng keheranan. "Sayang, kita tidak perlu repot-repot mengurus tentang hal ini. Biarkan keluarga Casey yang mengurus semua ini, bukan kita."
"Dan bagaimana aku bisa yakin bahwa mereka mampu mengurus semua ini sedangkan mereka pun malah menjual mobil itu?" tanya Clara dengan heran, tak menyangka Nathan menganggap semua ini seperti masalah sepele.
Nathan menghela napas, menatap Clara yang terlihat marah. "Sayang. Kalau begitu biarkan masalah ini diurus oleh pihak kepolisian setelah kita berhasil membeli mobil itu dan menyerahkannya pada kepolisian. Atau kita serahkan masalah ini pada Michael, karena dia kekasih Casey," ucapnya.
"Tidak, kita yang akan menyelidiki kasus ini," sahut Clara.
"Tapi aku tidak bisa. Aku sedang pusing memikirkan tentang masalah racun itu dan memikirkan tentang masalah kantor ... Aku punya banyak hal yang lebih penting untuk aku urus daripada masalah Casey," ucap Nathan dengan serius, menunjukkan ekspresi kesal.
Clara terdiam, menatap Nathan dengan kecewa. Tentu saja dia kecewa karena sesungguhnya dia stay menjadi Clara seutuhnya untuk menjaga perasaan Nathan yang sesungguhnya juga tidak terlalu penting untuknya, namun sekarang Nathan tidak mendukung keinginannya.
"Aku akan membeli mobil itu melalui orang kepercayaan ku," ucap Nathan.
"Kenapa bukan kamu?" tanya Clara.
"Karena aku sibuk, Sayang," jawab Nathan.
"Tapi seharusnya kamu karena aku akan ikut kamu dalam menyelidiki tentang kecelakaan itu. Maksudku ... kita beli mobil itu lalu setelah itu kita serahkan pada polisi secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga Casey. Setelah itu, kita ke Los Angeles untuk mengetahui siapa yang menjual mobil itu ... aku sudah memikirkan tentang rencana ini sejak tadi!" jelas Clara dengan sangat serius, berharap Nathan akan menuruti keinginannya, karena dengan keberadaan mobil itu sekarang dia tidak bisa mempercayai Oskar ataupun pamannya.
"Tapi aku tidak memiliki waktu untuk itu. Biarlah semua ini diurus oleh orang kepercayaanku dan kamu tidak perlu repot-repot berpikir tentang masalah ... kamu hanya perlu ..."
"Kamu ingin aku stay di rumah begitu saja maksudmu?" tanya Clara sebelum Nathan selesai bicara.
"Tentu saja ... itu lebih baik ... aku tidak ingin kamu berada dalam kesulitan hanya untuk Casey yang bahkan hanyalah teman yang baru untukmu," jawab Nathan sambil mengendikkan bahunya.
Clara terdiam, makin kecewa pada Nathan yang ternyata meremehkan Casey, dan nyatanya Casey adalah dirinya saat ini. Ugh, ini seperti sakit ketika dirimu tidak dianggap penting oleh seorang. Dia menatap malas pada makanan yang masih ada di atas meja, merasa enggan untuk lanjut makan siang.
"Biarlah orang-orang ku yang akan menyelesaikan urusan ini," ucap Nathan.
"Kamu bilang Casey hanya teman baruku, tapi kamu tidak berpikir bahwa dia kecelakaan saat akan datang ke acara pernikahan kita. Aku tidak menyangka kamu begitu meremehkan tentang dia, padahal dia patut dikasihani, dia patut dibantu ... aku merasa sesuatu yang tidak baik ada di sekitarnya, itulah sebabnya aku ingin menyelidiki tentang kecelakaan itu tapi kamu ... kamu terlalu egois." Clara berkata dengan kecewa, kemudian beranjak berdiri dan menenteng tas kecilnya. Dia segera berjalan menjauh dari Nathan.
"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Nathan.
"Itu tidak penting untukmu!" jawab Clara dengan ketus sambil berjalan menuju keluar dari ruangan. "Aku butuh waktu untuk sendiri!"
Nathan menghela napas panjang, terdiam membiarkan Clara berlalu begitu saja. Dia beralih menatap makanan yang masih banyak, kemudian menyandarkan tubuhnya pada bahu sofa.
'Ya Tuhan. Kenapa dia jadi sangat marah? Aku semakin melihat perbedaan yang begitu besar darinya,' batinnya resah.
Setibanya di luar ruangan bahkan sudah di luar gedung, Clara berbalik menatap Benny dan Willy yang terus mengikutinya. Hal itu membuatnya merasa sangat muak dan risih ditambah lagi ingatannya tentang ketidakpedulian Nathan pada permintaannya.
"Kalian tidak perlu mengawal aku!" serunya, kemudian lanjut berjalan menuruni beberapa anak tangga menuju halaman.
Benny dan Willy tidak mengindahkan peringatan Clara. Mereka terus mengikuti istri majikan itu hingga hampir tiba di depan gerbang gedung perusahaan, kemudian menghentikannya dengan menghadang.
"Nyonya, sebaiknya Anda naik ke mobil. Saya akan antar Anda ke manapun karena itu adalah tugas saya," seru Benny dengan sopan.
"Aku tidak peduli dengan tugasmu!" sahut Clara kesal.
"Tapi, Nyonya. Tuan Nathan akan sangat marah jika saya tidak menjalankan kewajiban saya untuk terus menjaga anda."
"Persetan, aku tidak peduli dengan kemarahan Nathan. Aku tidak butuh dijaga oleh kalian!" Clara mendorong Benny supaya menyingkir dari hadapannya kemudian dia segera berjalan menuju keluar gerbang.
"Nyonya ... nyonya ... biarkan saya mengantar anda!"
Willy dan Benny terus mengikuti Clara.
"Stop!" seru Clara dengan tatapan tajam.
Benny dan Willy pun berhenti, tidak berani untuk melawan Clara yang sudah sangat marah pada mereka. Mereka membiarkan istri majikan mereka pergi meninggalkan kantor dengan menaiki taksi yang kebetulan saat itu lewat. Hem, sepertinya mereka akan mendapatkan akibat dari semua ini, yaitu dimarahi oleh Nathan.