Chereads / 99 Hari Terjebak dalam Tubuh Istri Pewaris / Chapter 16 - Perasaan Nathan

Chapter 16 - Perasaan Nathan

Clara membuka halaman kedua, perlahan mulai membaca isi bagian halaman itu dalam hatinya.

__

Kamis, 14 Februari 2019

Aku tidak menyangka, di hari ulangtahun ku yang ke 21, akhirnya aku mendapatkan kado yang cukup sederhana dari Leonardo, kakakku yang paling menyebalkan tapi aku sangat menyayanginya karena aku hanya punya dia sebagai kakakku.

Aku tidak tahu harus menulis apa hari ini ... Ini adalah hari pertama aku menulis di buku harian ini ...

Emm ... Aku tidak tahu harus berkata apa .. eh ... Baiklah aku akan mengatakan sedikit tentang apa yang terjadi di kampus hari ini.

Di kampus, ada seorang pria keturunan bangsawan yang melakukan kunjungan untuk memberikan beasiswa kepada siswa atau siswi yang kurang mampu dan berprestasi. Tidak ada yang istimewa ... Semua terasa biasa saja tetapi aku tidak tahu kenapa dia selalu menatap ke arahku saat sedang berpidato di atas podium?

Kalian harus tahu ... Dia sangat tampan, bentuk wajahnya sangat sempurna, bahkan Dia sangat berwibawa dengan gayanya yang formal dan rambutnya tersisir rapi ... Brewoknya pun terlihat seperti selalu dicukur.

Ah ya, aku lupa belum memberitahu namanya. Dia adalah Nathan William Rudolf, dia adalah keturunan bangsawan yang mewarisi seluruh kerajaan perusahaan keluarganya yang begitu besar dan kaya raya ... Ah, sebenarnya aku tidak tertarik dengan kekayaannya ... Tapi, aku hanya penasaran kenapa dia selalu menatapku.

Hemm, Mari kita lihat, jika dia datang ke kampus dan kembali menatapi aku lagi, aku akan menghampirinya dan menggodanya ... Aku ingin tau, apakah dia akan merespon dengan baik? Ah, tapi sebenarnya aku tidak pandai dalam hal menggoda ... Aku bahkan tidak berani berpacaran karena aku terlalu banyak menonton drama tentang cinta yang menyedihkan ...

Well ... Cukup untuk hari ini. Kuharap besok aku tidak lupa untuk menulis tentang setiap momen ku di sini ...

Clara tersenyum tipis setelah membaca tulisan itu. Dia sangat dapat membayangkan bagaimana suasana yang dituliskan oleh pemilik dari tubuh yang ditempatinya saat ini.

'Jadi, Ini adalah buku pemberian kakak yang bernama Leonardo ... Dan mungkin pria tadi bernama Leonardo,' batin Clara sambil mengingat saat salah masuk kamar.

Ceklek ...

Pandangan ke arah teralih pada pintu yang baru terbuka. Dia menutup buku harian itu, lalu tersenyum menatap Nathan yang datang menghampirinya.

"Apa kamu sedang mengambil barang-barang kesayanganmu?" tanya Nathan.

"Eh ... Iya, tapi kurasa Aku tidak akan mengambil terlalu banyak. Aku hanya akan mengambil yang paling penting saja," jawab Clara sambil menutup kembali buku harian itu.

Pandangan Nathan teralihkan pada buku harian yang dipegang oleh Clara. "Bolehkah aku membaca buku itu?" tanyanya.

"Eh ..." Clara menunduk menata buku itu dan kembali menatap Nathan. "Aku ... Aku pikir kamu tidak perlu membacanya karena disini hanya tentang curahan isi hatiku. Dan ini adalah buku yang sangat ku jaga privasinya ..."

Nathan menatap Clara dengan begitu intens, begitu pula Clara menatapnya hingga dia menghela napas.

"Well ... Aku tidak akan membacanya," ucap Nathan akhirnya. Dia berjalan menuju kembali ke kamar utama. "Aku tunggu di sana."

Clara terdiam, menatap Nathan yang terlihat kecewa. Dia merasa bersalah, dan selalu dihantui oleh bayangan kesedihan yang akan menimpa pria itu ketika tau bahwa istrinya sudah meninggal. Wanita itu kembali menatap buku harian Clara, kemudian membawanya ke kamar utama.

__

Nathan duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya, pandangannya kosong mengarah pada dinding di mana terpanjang foto Clara yang terlihat tersenyum ceria dengan background menara Eiffel.

'Entah kenapa aku sangat merindukan senyum itu ... Aku bisa kamu tetapi aku tetap merindukanmu ... Dirimu sakit sekarang terasa sangat berbeda ... Sikapmu terkesan dingin padaku,' batinnya sedih. 'Melaju ke jenjang ke pernikahan aku pikir akan membuat hubungan kita menjadi lebih manis tapi ternyata malah sebaliknya ... Kenapa kamu sangat berbeda setelah kejadian keracunan itu?'

"Nathan," panggil Clara yang baru keluar dari ruang walk-in closet.

Natan menoleh menatap kearah Clara yang datang menghampirinya, lalu memalingkan wajahnya dan kembali melamun dengan perasaan sedih. 'Bahkan dia memanggilku dengan sebutan nama ..,' batinnya.

Clara memposisikan dirinya duduk di samping Nathan, lalu meraih tangannya dan meletakkan buku harian itu di atasnya. Dia menatap pria itu dengan tatapan penuh harap lalu berlari berapa rahangnya.

"Kamu bisa membacanya jika kamu mau ... Tidak ada privasi lagi diantara kita karena kita harus saling terbuka," seru Clara dengan penuh penghayatan dan ketulusan. "Hidupmu adalah hidupku ... Kamu boleh baca ini karena kamu segalanya bagiku.."

"Tidak, aku tidak ingin membacanya," sahut Nathan sambil menggeleng dan tersenyum tabah.

"Tapi kamu ingin.".

"Tapi itu privasi mu, Sayang. It's Okay ... Aku tidak perlu membacanya karena mungkin isinya sama dengan isi hatimu saat kamu bersamaku sejak dulu," jelas Nathan dengan tersenyum meyakinkan.

"Gimana?" tanya Clara, melirik Nathan dengan polos.

Richard mengerutkan keningnya dan balik bertanya, "gimana apa maksudmu?"

"Gimana menurutmu suasana hatiku selama kita bersama?" tanya Clara, beralih menyandarkan kepalanya pada pundak Nathan.

"Kamu terlihat selalu bahagia, meski ada masa sulit yang harus kita hadapi ... Kamu selalu optimis dan bersikap manis," jelas Nathan dengan santai. "Tetapi sekarang aku merasakan perbedaan."

"Perbedaan apa?" tanya Clara.

"Kamu terlihat dingin sejak keracunan," jawab Nathan dengan gusar, lalu beranjak berdiri. Dia berjalan menuju jendela kaca lebar di mana terpasang tirai gorden putih yang dibuka. "Aku merasa kamu seperti tidak nyaman bersamaku. Aku tidak tau kenapa ... Atau mungkin kamu juga takut padaku karena aku yang pertama kali memberikan minuman beracun itu padamu."

"Nathan ..."

"Ini sedikit menyakitkan," ucap Nathan kemudian menoleh menatap Clara. "Sakit sekali melihat mu setiap hati tetapi aku seperti tidak bersamamu. Aku rindu kamu yang seperti biasanya ... Aku tau aku salah ... Tapi bukan berarti kamu harus memperlakukan aku begini ...".

Clara terdiam dengan perasaan bingung menghadapi kekecewaan Nathan. Dia tidak tau harus berkata apa, tak mungkin mengatakan bahwa dia adalah Casey, karena itu akan membuat pria itu semakin kecewa sedangkan masih ada banyak waktu yang bisa dilalui dengan kebahagiaan sebelum sangat terluka.

"Aku merasa ... Aku merasa tidak mengenali kamu ... Aku rindu kamu yang dulu!" ucap Nathan meluapkan isi hatinya kemudian kembali menatap ke arah kaca jendela.

"Nathan ..."

"Secara tidak sadar kamu membuatku merasa tidak dicintai lagi."

Clara menghela napas, kemudian beranjak berdiri dan menghampiri Nathan. Dia memberanikan dirinya untuk memeluk pria itu dari belakang, lalu menyandarkan pipinya pada punggungnya.

"Maafkan aku ..."

"Tapi kenapa kamu bersikap begitu?" tanya Nathan tanpa menoleh.

Clara terdiam sejenak seolah sedang memikirkan jawaban yang tepat. "Aku ... Aku hanya sedang bingung. Aku tidak bisa berhenti memikirkan siapa yang sudah menaruh racun pada minuman itu ... Dan aku ... Aku takut setiap akan makan atau minum ... Itu sungguh membuatku tidak nyaman. Kamu harus paham betapa aku hancur dan sulit untuk mempercayai orang-orang di sekeliling mu lagi ..," ucapnya ngawur.

Nathan menghela napas, lalu melepas pelukan Clara dan berbalik menunduk menatapnya dengan sendu. Dia menatap mata biru gelap istrinya itu, lalu meraba pipinya yang mulus.

"Jadi, kamu masih belum merasa aman?"

Clara mengangguk. "Aku juga penasaran ... Itu membuatku tidak bisa bersikap manis ataupun santai ... Ini sulit untukku karena yang tidak sengaja memberikan minuman beracun itupun kamu."

"Aku juga tidak menyangka, aku juga terus merasa bersalah."

"Aku tau kamu tidak bersalah." Clara menyandarkan kepalanya pada dada Nathan. "Tolong jangan marah. Tapi pahamilah situasinya ..."

"Baiklah ... Aku paham. Aku akan berusaha membuat mu tidak terus ketakutan lagi," ucap Nathan perlahan mengusap-usap rambut Clara dengan lembut.

Clara menghela napas lega, karena akhirnya bisa membuat Nathan luluh kembali.

'Andai kamu tau bahwa racun itu sudah merenggut Clara darimu ... Aku yakin kamu pasti akan sangat ingin membunuhnya ... Akupun merasa kesal dan sakit karena Clara masih berhak hidup bahagia bersamamu ... Tapi orang pelaku sangatlah jahat,' batinnya.