"..Kenapa kamu jalannya seperti itu Vin?.." Tanyaku pada adik kandungku yang baru pindah di rumahku 1 bulan yang lalu.
"..Nggapapa kog kak, Cuman kakiku ini tadi kesleo waktu turun dari tangga.." Vina menjawab tanpa menatapku sama sekali, sembari dia membawa piring dan gelas kotor ke dapur yang baru dia pakai untuk makan.
Aku yang dari tadi duduk di sofa depan tv sambil menyusui anak kembarku yang baru berusia 1 bulan, Aku memerhatikan cara jalan adikku yang menurutku aneh dan tidak seperti biasanya. Kali ini berjalannya seperti sedang hati-hati dan sedikit mengangkang, seolah-olah sedang memakai pembalut yang sangat besar saja, jadi tidak bisa berjalan dengan kaki rapat dan tampak tidak seperti orang pada umumnya.
Tak lama terlihat suamiku keluar dari kamar dan berjalan lesu menghampiriku kemudian dia duduk di sampingku.
"..Kenapa sayang, kelihatannya kamu capek banget hari ini, terus tumben sayang tidur di siang hari.... biasanya kamu paling nggak suka tidur siang, Padahal tadi aku mau minta kamu anterin aku ke dokter, Tanya sama ayah, katanya kamu lagi keluar ada urusan mendadak. Terus waktu aku udah sampe rumah tadi, sayang udah tidur lelap banget. Apa sayang lagi tidak enak badan ya??.." Aku bertanya sambil meletakkan tanganku di kening mas revan. Ternyata normal tidak terlihat demam sama sekali.
"..Nggak sakit kok sayang, cuma capek aja, pingin urut. Nanti kamu telponin tukang urut ya sayang, mas revan mau urut dulu nanti.." Pinta mas revan yang sembari memijat-mijat kakinya berulang kali.
"..Yaudah nanti aku telponin tukang urutnya ya, sekalian adik aku, katanya dia tadi abis kesleo kakinya waktu turun dari tangga. Ayah juga biar sekalian urut.." Ucapku
"..Vina juga kesleo? Oh, yaudah nanti semua sekalian urut aja termasuk kamu juga.." Mas Revan terlihat berbicara sedikit gugup. Kemudian mengalihkannya dengan mengangkat Nevan yang kuletakkan di atas sofa kemudian ia menggendongnya, kemudian aku gantian menyusui Nesa.
Mas revan tidak seperti biasanya, padahal hari ini hari Sabtu, mas revan libur setiap hari jum'at Sabtu dan minggu. Pekerjaannya sebagai bos/pemilik Pabrik minuman terkenal dengan penghasilan yg cukup besar, anak buahnya juga sangat banyak, sehingga dia tinggal menyuruh-nyuruh saja. Tak heran jika selama ini mas revan jarang kelelahan.
Aku heran hari libur ini malah dia kelihatan capek/lesu. Padahal tadi ia tak mengantarkanku ke dokter. Aku tadi di antar pak Cipto supir pribadi mas revan, seharian ini mas revan juga terlihat tidur saja. Tapi mas revan hari ini terlihat capek dan seperti habis kerja seharian.
Hari sudah menjelang sore hari, Mbah marmi/tukang urut yang aku panggil tadi telah tiba tepat waktu 17.00 sore. Mas revan lngsung aku suruh urut duluan di ruang keluarga menggunakan matras tidak jauh dari tempat dudukku sekarang ini. Ayah mertuaku juga terlihat seperti sedang menunggu giliran, ayah mertua biasanya hanya minta di pijit pundaknya saja, hanya sekedar untuk mengurangi rasa lelah di tubuhnya. Ayah mertuaku sekarang sudah memasuki umur 60 tahun sejak aku dan mas revan menikah setahun yank lalu, ayah mertua memilih untuk tinggal bersama kami, karena istrinya sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Ayah mertua hanya memiliki satu anak tunggal yaitu mas revan, ayah mertua dulunya juga bos pemilik pabrik minuman yang terkenal dan sekarang sudah di pegang mas revan, tak heran jika sekarang harta warisan ayah mertuaku sangat banyak dan semua itu jatuh di tangan anak semata wayangnya yaitu mas revan.
Aku sangat merasa beruntung karena dinikahi oleh mas revan. Selain anak dari orang kaya raya namun mas revan sama sekali tidak sombong, selama ini mas revan selalu sabar menghadapi sikapku, tak pernah memarahiku, tak pernah memukulku dan juga tak Bernah berkata kasar kepadaku. selain itu mas revan orangnya selalu romantis dan sangat penyayang. Sebenarnya aku sendiri bukan anak yang terlahir dari keluarga kaya raya, melainkan aku terlahir dari keluarga sederhana yang awalnya tinggal di pedesaan saja. Namu sejak aku lulus kuliah, aku diterima kerja di suatu perusahaan dan di angkat menjadi manager. Kerja selama 4 tahun akhirnya aku sudah bisa membangunkan rumah yang cukup besar untuk orangtuaku. Aku dulu bisa lulus kuliah sampai S2 karena mendapatkan beasiswa mahasiswi yang berprestasi. Dan setelah aku lulus kuliah ternyata sudah banyak tawaran pekerjaan yang menantiku. Namun setelah aku menikah dengan mas revan, aku sama sekali tidak diizinkan untuk bekerja lagi. Apalagi saat mas revan tau jika aku mengandung anak kembar laki-laki dan perempuan, aku dipaksa resign dari tempat kerjaku dan disuruh fokus menjaga kandungan anak kembarku. Urusan apapun sudah di jamin oleh mas revan, bahkan jatah bulananku 3 kali lipat lebih besar dari gajiku saat menjadi manager dulu.
"..Vin. tolong ambilkan minuman yang ada di atas meja makan untuk Mbah marmi ya. Sekalian 3 gelas untuk mas revan dan ayah juga.." Titahku pada adikku vina. Tak lama kemudian Vina datang membawa nampan yang berisikan minuman yang sesuai aku minta barusan. Saat Vina membungkukkan badannya di hadapanku untuk meletakkan nampan yang berisikan gelas minuman di meja, dada atasnya sangat terlihat jelas ada bekas merah. Aku terkejut seketika saat melihat di dadanya banyak tanda merah. Aku ingin bertanya, namun kondisi di rumah saat ini masih ramai orang. Akupun mengurungkannya. Aku sempat teringat kalau aku juga sering di buatkan tanda merah seperti itu oleh mas revan tepat didadaku. Aku sangat heran pada adikku Vina karena ia masih gadis dan remaja, kok ada tanda seperti itu layaknya orang yang sudah menikah. kalau misal Vina di buatkan pacarnya. Tapi Vinakan sudah tinggal disini sejak 1 bulan yang lalu, harusnya sudah hilang merah-merah itu.
Aku berusaha untuk selalu berfikir positif dan Tak mau menuduh siapapun. Takutnya malah menjadi fitnah dan dosa, mungkin tanda itu bekas dia gatal-gatal atau semacamnya. buktinya tadi dia bilang abis kesleo, mungkin karena masuk angin dia turun tangga tidak hati-hati. Vina juga tidak biasa pakai AC dan kipas angin disini. Aku tetap selalu berfikir positif. Saat aku memerhatikan suamiku yang sedang di urut, Aku juga sempat heran kenapa ada tanda merah juga di leher mas revan akan tetapi tanda merah itu kecil dan tidak terlalu pekat. Tapi itu sedikit mencuri perhatianku. Ah mungkin itu terkena kukunya sendiri saat dia sedang menggaruk lehernya.
Setelah mas revan dan ayah mertuaku selesai di urut. Sekarang giliran aku suruh Vina untuk di urut, Aku mengantarkan Mbah marmi menuju kamarnya Vina.