Chereads / Cinta Sang Psikiater / Chapter 5 - Seperti Dukun

Chapter 5 - Seperti Dukun

Mira percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Seperti yang ia rasakan sekarang, jantungnya berdetak kencang, jika berdekatan dengan Arsen. Laki-laki bertubuh atletis itu telah mencuri hatinya, saat pertama kali mereka bertemu. Namun, sebagai perempuan Mira tentu harus menjaga image dan tidak terlalu menampakkan diri bahwa ia tengah jatuh cinta. Walaupun mereka sekarang sudah menjadi sahabat, seperti yang diinginkan Arsen, Mira tetap dengan pendiriannya.

"Kontrol dirimu, Mira, jangan terlalu menampakkan bahwa kamu menyukainya. Sebagai seorang gadis harus bisa lebih jaim dan bersifat elegan." Kata-kata itu selalu tertanam dalam benak Mira.

Mira bisa menyembunyikan perasaannya dari siapa pun, tapi tidak pada Jay. Pria itu sangat paham betul, apa yang sedang dirasakan Mira saat ini. Ia mengenal Mira sejak SMP dan telah berteman dekat dengannya hingga sekarang. Selama mereka berteman dan memutuskan menjadi sahabat, tidak ada yang mereka sembunyikan. Keduanya selalu terbuka dalam masalah apa pun.

"Kamu menyukainya?" Jay mendaratkan bokongnya tepat di sebelah Mira.

Gadis bermata bulat itu tengah memandangi Arsen yang sedang bertanding basket siang ini. Mira mendelik. "Sok tau."

"Arsen Fernando, anak kelas 3 IPA, pria keturunan Indonesia Jerman, memiliki wajah yang rupawan dengan tubuh proporsional, dialah laki-laki yang mampu memikat hati sahabatku ini." Jay tersenyum miring, mengejek wanita di sebelahnya. Tidak menyangka sahabatnya kini tengah jatuh cinta.

"Kalo iya, emang kenapa? Terus kamu ngapain ikut-ikutan duduk di sini?" tanya Mira kesal.

"Hanya ingin memastikan, jika sahabatku ini tidak akan bertindak sembarangan." Jay tersenyum menggoda dan merangkul pundak wanita yang tengah jatuh cinta itu.

"Maksudmu?" tanya Mira, bingung dengan ucapan Jay. Ia berusaha melepaskan rangkulan pria berkulit eksotis itu, karena tidak sengaja melihat Arsen tengah menatap kegiatan mereka berdua.

"Aku lihat belakangan ini kamu suka sekali memperhatikan aktivitasnya. Saranku, jangan terlalu berlebihan menyukai seseorang! Kamu kan belum banyak tahu tentang kehidupannya, kenali dulu dia lebih dalam lagi, sebelum memutuskan untuk mencintainya." Jay kembali meluruskan pandangannya pada team yang sedang bertanding saat ini. Ia sudah mendengar bahwa Arsen sedang menjalani hubungan dengan Vanya, yang merupakan sepupunya. Tapi saat ini, ia belum berani mengatakannya karena takut Mira berpikiran yang bukan-bukan tentangnya.

"Kamu seperti dukun, selalu tau tentang perasaanku. Apa dia sudah punya pacar?" tanya Mira ingin tahu.

Jay mengangkat kedua bahunya. "I don't know."

''Ah ... kamu gak asyik." Mira memukul lengan Jay.

"Bukannya kamu sudah sering jalan dengannya?" selidik Jay.

"Hanya beberapa kali. Cuma beli buku dan makan bersama. Itu aja," balas Mira.

"Kenapa kamu gak nanya langsung?"

"Ih ... malu, dong. Kamu pikir, aku cewek apaan? Harus jaim, gitu!" seru Mira.

" Good girl! Jadi wanita itu memang tidak boleh murahan," ucap Jay seraya mengacungkan kedua jempolnya, memuji sifat gengsi yang dimiliki Mira.

"Kamu sendiri, bagaimana hubunganmu dengan Siti?" Mira blak-blakan telah menjodohkan Jay dengan sahabat barunya. Dalam hal berteman, Jay sangat cocok dengan Siti, tapi tidak untuk menjalin hubungan serius. Karena bagi Jay, hanya Mira yang mampu mengobrak-abrik perasaannya hingga saat ini.

"Kami hanya berteman, sama seperti yang kita jalani sekarang," ucap Jay malas. Pria itu tidak begitu suka membahas masalah pribadinya, apalagi menyangkut seorang wanita.

"Kenapa tidak pacari saja dia? Dia gadis yang baik, alim, sangat sesuai dengan kriteriamu," balas Mira sembari menggerak-gerakkan kedua alisnya.

"Bagaimana kalau kamu saja yang kupacari? Sepertinya kita sangat cocok." Jay memajukan badannya hendak menggoda Mira, membuat gadis itu hampir terjatuh dari tempat duduknya karena menghindari serangan sahabatnya. Pria berbadan tegap itu pun langsung meraih pinggang ramping itu dan dibalas oleh Mira dengan memegang pundak Jay, membuat mereka terlihat seperti sedang berpelukan. Sejenak, mereka berdua saling berpandangan. Namun, adegan itu segera terhenti karena mereka mendengar suara seseorang yang sedang menghampiri.

"Kalian berpacaran?" tanya Arsen. Pria itu telah selesai dengan pertandingannya. Sambil mengeringkan keringat yang menempel di badan, ia menanti jawaban dari kedua orang di depannya.

"Arsen." Mira melepaskan pelukan Jay dan langsung berdiri, karena merasa tidak enak dengan posisi duduknya dengan Jay saat ini. "Ka-kamu udah selesai?" tanya Mira.

Jay hanya tersenyum melihat tingkah Mira, tampak sekali kalau gadis itu sedang gugup. 'Dasar bucin' pikirnya.

"Iya. Apa dia pacarmu?" Arsen memastikan. Selama mereka jalan berdua, Mira tidak pernah bercerita tentang pria yang sedang dekat dengannya. Begitu juga sebaliknya.

"Ah ... bukan." Mira melambaikan kedua tangannya. "Dia sahabatku." Mira memukul pelan lengan Jay, memberi kode agar pria itu memperkenalkan diri.

Jay berdiri, mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri, Arsen pun membalasnya. Mereka berkenalan secara langsung. Selama ini, Jay hanya mengenal Arsen dari mulut ke mulut. Dan saat ia mendapat kabar bahwa Arsen telah berpacaran dengan Vanya, membuatnya takut jika nanti Mira akan kecewa, karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.

"Kalo gitu, aku ke kamar ganti dulu. Senang berkenalan denganmu," ucap Arsen sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Mira dan Jay.

"Ehem ... gak usah dipandangi lagi! Orangnya udah jauh masih dilihatin," ucap Jay setelah melihat Arsen pergi.

"Dia ganteng banget! Menurutmu, apa dia juga menyukaiku?" tanya Mira sembari memandangi punggung Arsen yang sudah mulai menghilang.

"Mana kutahu. Aku bukan cenayang yang bisa mendapat informasi dengan mudah, hanya dengan melihat ekspresi seseorang," jelas Jay sesantai mungkin.

"Tapi kamu bisa dengan mudah mengetahui perasaanku. Tanpa aku bilang, kamu langsung tau kalo aku sedang jatuh cinta dengannya," ucap Mira sembari merangkul lengan Jay. Kini mereka berdua berjalan menuju kelas. Bergandengan dan berpelukan sudah biasa mereka lakukan. Mira sudah menganggap Jay seperti kakaknya sendiri, karena pria itu selalu melindunginya.

"Aku hanya menebak saja karena tidak biasanya kamu melihat laki-laki dengan tatapan seperti itu, dan ternyata benar kamu sedang jatuh cinta," terang Jay lagi.

"Ya sudah, sekarang kamu tinggal tebak bagaimana wajah Arsen tadi saat melihatku?" Mira mendesak.

"Aku malas melihat cowok, aku lebih suka melihat cewek cantik," balas Jay memberi alasan.

Tanpa disadari, ada dua pasang mata yang menyaksikan kedekatan mereka berdua. Reva, gadis sombong yang sudah sejak lama menyukai Jay, kini memandang sinis sambil mengepalkan tangannya. Ia sudah sering membuat keributan dan menghina Mira di depan orang banyak, tapi Jay tetap menempel pada gadis itu.

"Menyebalkan ...!" gumam Reva kesal. "Aku tidak akan membiarkan kalian bersama."

Sementara di ujung sana, ada Arsen yang menatap tajam dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Ada rasa cemburu, tapi ia harus segera menepisnya. Karena ia juga sudah memiliki kekasih yang super seksi dalam setiap penampilan. Kedekatannya dengan Mira beberapa bulan ini, membuatnya merasa selalu nyaman. Bagi Arsen, gaya hidup Mira dan Vanya sangat bertolak belakang dan jauh berbeda dalam segala hal. Itulah yang membuat Arsen lebih nyaman berada di dekat Mira daripada kekasihnya sendiri.

"Apa aku mulai mencintainya?" Arsen bertanya dalam hati.