Setibanya di kamar hotel, Amira berisitirahat sejenak di atas sofa dilihatnya Anxel sibuk mengangkat telepon dari orang lain di balik pintu. Hari ini benar-benar melelahkan, mulai dari permintaan papa mertuanya dan masalah perceraian keduanya orangnya tuanya, benar-benar membuat dirinya merasa begitu terbebani. Semua masalah itu terasa bertumpuk menjadi satu dalam kepalanya. Amira memijit perlahan-lahan kening dan pelipisnya agar rasa sakitnya sedikit mereda nanti.
"Kepalamu sakit?" Anxel tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya.
"Enggak, cuma sedikit pusing tadi ... kamu mau aku masakin apa?"
"Ga usah, kamu lagi sakit biar saya pesan makanan nanti," tolaknya.
"Eh gapapa, sayang sayurannya nanti malah mubazir lagi." Amira kekeh dengan keinginannya untuk tetap memasak.
"Lebih penting sayuran apa kesehatanmu?"
Amira diam menunduk tak menjawab kepalanya justru terasa semakin pusing.