Dito membantu membereskan semua perlengkapan Naya dan Mauren ke tempatnya, ia akan datang lagi besok pagi.
"Lo yakin mau tinggal di sini Nay?" Dito memastikan.
"Yaampun Dit, harus gimana lagi. Bismillah aja deh, semoga Naya diberi kelancaran untuk mencari rezeki." ucap Naya.
"Iya aamiin Nay, apalagi ini kali pertama Lo nyari uang, Lo harus semangat! Jangan lupa jaga kesehatannya, oke??!!" Dito mengangkat jempolnya semangat.
Naya unjuk gigi merekahkan senyumannya, ia akan berusaha untuk sehat demi adik dan mimpinya. Ibu kos pun pergi dari hadapan Naya dan Dito, ia akan mengecek kamar yang lain.
"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Naya.
"Iya, besok pagi gue ke sini lagi ya." ucap Dito, ia pun keluar dari kamar Naya.
"Eh Dit," panggil Naya, Dito pun membalikkan badannya.
"Makasih ya," Naya tersenyum, sedangkan Dito hanya mengangguk santai.
Dito pun pergi menjauhi kosan Naya, ia benar-benar tak menyangka kalau sahabatnya itu akan diusir oleh ayahnya sendiri. Ia berharap semoga Naya bisa kuat dan betah di kosan yang layak dipakai itu, Dito pun meyakinkan di dalam hatinya untuk terus membantu dan selalu ada untuk Naya.
Di sisi lain, Naya masuk ke dalam kamar dan membaringkan adik kecilnya. Ia akan membuat susu terlebih dahulu agar nanti malam bisa langsung diberikan kepada Mauren jika nangis.
"Sabar ya Mauren, kita pasti kuat di sini. Allah selalu bersama kita, ibu pun selalu menemani kita." ucapnya kepada Mauren yang sedang tidur, padahal kata-katanya itu diucapkan hanya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Naya merancang terlebih dahulu kegiatan besok, ia akan mencari kerja di warteg, rumah makan, atau restoran. Ia menulis di bukunya, buku diary kesayangannya.
Setelah rancangan selesai, Naya pun memutuskan untuk tidur lebih awal, ia akan mulai mencari kerja untuk besok pagi. Sebelum tidur ia berdo'a agar selalu ada dalam lindungan-Nya, diberi kelancaran juga untuk besok pagi.
Ketika di kosan Naya sudah sepi, di rumah Daris sedang ada tamu dari sahabatnya. Ia berniat melihat anak Daris yang akan dijodohkan dengannya, padahal Naya sudah tidak ada di sana.
"Maaf Bon, Naya tidak ada di rumah. Dia menolak perjodohan ini, dan memilih untuk pergi meninggalkan rumah." ucap Daris jujur.
"Loh ko gitu, kamu enggak maksa dia untuk menikah denganku?" tanya Bibon, sahabat Daris.
"Sudah Bon, dan aku pun sudah kasih dua pilihan. Tapi dia milih pergi ke kamarnya untuk membereskan barang-barangnya dan keluar dari rumah ini. Aku gak bisa lagi maksa dia untuk menerima perjodohan ini, mungkin kamu bisa nyari gadis yang lain."
Bibon pun pamit dari rumah Daris, ia menyayangkan sikap Naya yang tidak mau dijodohkan dengannya. Pria tua yang masih perjaka, dan kaya raya.
Naya memang tidak pernah mau nikah dijodohkan ketika cita-citanya belum tercapai. Naya adalah wanita yang tak pantang menyerah akan target yang ia buat, terlebih ia sudah punya tanggungan sekarang untuk mengurus dirinya dan adik kecilnya.
"Selamat pagi Mauren cantik, sekarang sudah pagi. Kaka shalat tahajjud dulu ya," ucap Naya ketika Mauren masih tidur.
Naya pun pergi ke toilet dan bersiap untuk shalat. Ia shalat dengan tenang, berharap ketenangan pun datang ke dalam kehidupannya.
Usai shalat, ia melanjutkan mengaji dan berdo'a untuk kebaikannya dan orang-orang yang ia sayangi.
Di jam lima pagi, Dito menelepon Naya. Naya yang sedang menggendong Mauren mengangkatnya perlahan.
"Assalamu'alaikum hallo Dit?"
"Ouh gitu, iya, aku tunggu ya. Gak papa sedikit terlambat juga, iya-iya. Oke," Naya mematikan kembali sambungan teleponnya.
Dito mengatakan kalau dirinya akan sedikit terlambat datang ke rumah Naya, karena ia membantu ibunya terlebih dahulu pergi ke pasar. Tentu Naya tidak mempermasalahkan itu, ia akan tetap menunggu karena Dito sudah mau membantunya.
"Kita mandi dulu yu cantik," ajak Naya kepada Mauren.
Naya pun memandikan Mauren layaknya seorang ibu memandikan anaknya, ia begitu mencintai Mauren yang nasibnya sama dengannya. Mereka sama-sama ditinggal ibu kandung yang setia mengurusnya, memberi ilmu yang belum didapat dari siapapun.
Setelah Mauren selesai mandi, ia akan menimbangnya untuk kembali tidur, karena Naya sendiri harus mandi dan mencuci pakaian kotor.
Usai mandi dan mencuci pakaian, Naya langsung mengecek kembali rancangan yang telah ia buat semalam.
Ketika masuk kamar, ternyata Mauren sudah bangun, ia bermain dengan mainan yang sering dibawa oleh almarhumah ibunya dulu ketika anak-anaknya diajak pergi keluar. Naya merasa ada ibunya di samping Mauren, hal itu membuat Naya teringat lagi kepada sang ibu.
"Aduh, kan aku mau liat rancangan perjuangan awalku." Naya menggaruk kepalanya sedikit kesal.
Kini hatinya sudah tenang, karena semua yang ia rencanakan sesuai dengan rancangan yang ada di dalam buku. Tak lama, Dito pun datang dengan motor bututnya.
"Nah, om Dito sudah datang cantik. Sebentar lagi kita nyari kerja, semoga hari ini kita bisa dapet pekerjaan ya." Naya menggendong Mauren dan berjalan keluar kamar untuk membuka pintu kosan.
"Hallo, assalamu'alaikum Mauren cantik, udah seger aja nih." Dito menyapa Mauren yang sedang bermain jari, rambutnya memang terlihat basah karena habis keramas.
"Iya dong om, Mauren kan sudah mandi. Gak kaya om yang males mandi," Naya terkekeh dengan suara dalamnya.
Dito melirik Naya dan sedikit memelototinya.
"Eh ampun pak bos," ucap Naya sambil duduk di kursi sobeknya.
Naya pun memberikan Mauren kepada Dito, ia akan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
"Tapi maaf ya gak bisa makan di sini, belum ada beras." ucap Naya sambil menyimpan gelas berisi air putih.
"Gak papa, untuk hari ini Gue yang akan bayar makanannya. Gimana? Setuju??" tatapan Dito tertuju pada Naya.
Naya tampak berpikir, ia bingung dengan Dito. Beberapa pertanyaan pun muncul dalam hatinya, Dito dapat uang dari mana? Padahal kehidupannya pun sebelas dua belas sama Naya.
"Tenang, Gue udah dapet kerjaan baru sekarang." ucap Dito yang seakan tau isi hati Naya.
"Kerja di mana?" tanya Naya.
"Gue ngojek, lumayan lah dapet penghasilan pertama. Rencananya Gue juga mau cari kerja tetap nih, Gue mau coba kerja di bengkel motor. Kebetulan basic-nya punya lah, hha."
Naya merasa bahagia karena sahabatnya sudah memiliki pekerjaan awal yang mungkin tidak semua orang mau melakukan itu.
"Eh, emang motor bebekmu itu kuat ya ngangkut orang lain?" tanya Naya sedikit meledek.
"Yeee, kuat lah. Masa gak kuat, ya kali Gue mutusin ngojek kalau motornya gak kuat ngangkat sama nahan berat badan penumpang. Kebiasaan banget sih Lo, ini masih pagi-pagi jangan sering ngejek." kedua mata Dito memutar malas.
Naya terkekeh dan sangat puas ketika Dito merasa kesal terhadapnya. Naya bahagia, tidak ada lagi kebahagiaan se-simple itu.
Dito pun meminum air yang disuguhkan Naya, setelah itu ia mengajak Naya untuk segera pergi mencari pekerjaan.
"Are you ready baby girl??" tanya Dito sambil mengangkat Mauren ke atas, Mauren hanya memainkan mulutnya acuh.
Gelak tawa Dito terdengar sangat jelas oleh Naya, Naya yakin Dito pun sangat terhibur dengan adanya Mauren.
-------Hallo Readers-------
Selamat datang di novel terbaru aku. Semoga menginspirasi dan menghibur ya.