" Selamat datang Profesor Sena" ucap Resepsionis menyambut kedatangan Sena.
" Anda diperintahkan menunggu oleh Direktur di ruangannya" Resepsionis tersebut kemudian mengantar Profesor Sena untuk ke ruangan Reno.
Reno adalah seorang Direktur yang akan meneruskan Perusahaan Ayahnya sebelum pensiun dan posisi Ayahnya masihlah Direktur utama.
Bagaimana dengan Reina? Reina pun sama dia adalah penerus perusahaan juga dan dia akan menjadi calon Direktur keuangan nantinya.
Sena pun menunggu Reno diruangannya sambil mengotak-atik Handphone nya untuk mencari nomor seseorang.
Tut...
Suara sambungan telpon pun terdengar dan Sena menunggu jawaban dari si penerima.
"Hallo..."
"Bagaimana kondisinya?"
"....."
"Syukurlah,dan ada yang harus kamu lakukan lagi dan ini menyangkut dia"
"..."
"Aku pun tak tahu, dia tiba-tiba datang seperti itu, dan malam ini aku akan menemuinya,jaga tempat itu dengan para bawahan dan jangan sampai ketahuan"
"..."
"Hm, kutunggu kabarmu"
Sena pun mematikan telponnya setelah mengucapkan itu, ia menghela nafas lelah apalagi semenjak kedatangan dia.
Cklek
Pintu pun terbuka dan memperlihatkan Reno yang datang dengan sekretarisnya Serin.
" Kalo begitu saya pamit pak" ucap Serin setelah melihat adanya tamu di ruangan bosnya.
" Hm" jawab Reno dan berjalan mendekati Sena.
Reno pun membuka jasnya dan menyimpan di sandaran sofanya.
" Kau sudah dari tadi Sen?" tanya Reno sambil menuangkan teh yang ada di hadapan mejanya.
" Tidak, beberapa menit yang lalu Ren" jawab Sena sambil mengambil cangkir teh yang Reno sodorkan.
" Sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin kamu sampaikan? Sampai-sampai kau ke sini Sen?".
Sena pun mulai memperlihatkan muka seriusnya dan menghela nafas.
" Dia sudah kembali" ucap Sena.
Reno pun menautkan alisnya 'Dia?'
" Siapa?" saking bingung dan penasaran dengan muka serius Sena, Reno pun melontarkan pertanyaannya.
" Lee, mantan tunangan Selly, pria brengsek itu" ucap Sena menahan amarahnya.
Reno pun menganggukan kepalanya tanda mengerti siapa orang tersebut.
" Apakah dia tahu Selly masih hidup? Dan mencarinya ke sini?" tanya Reno kembali.
" Aku pun tak tahu, tapi kondisi daruratnya sekarang adalah adikmu menjadi incarannya" jawab Sena langsung melirik Reno.
Reno pun kaget, " Bagaimana dia mengetahui Reina?"
" Aku pun tak tahu detailnya, tapi yang ku dengar Lee tadi sebagai tamu undangan di kampus dan Dosen Alex yang meminta Reina mengantar Lee kehadapanku" jelas Sena.
"Huh... aku akan mengawasinya terlebih dahulu menggunakan Bodyguard ku dan terima kasih untuk infonya Sen, oh ia dan kita jangan dulu bertindak gegabah hal ini harus kita selidiki dulu apa motif dan keinginan Lee untuk saat ini" ucap Reno panjang lebar.
Sena pun hanya menganggukan kepala sambil melihat pemandangan kota dari balik kaca di depannya,sebenarnya dia sedang memutar otaknya untuk pertemuannya dengan Lee nanti malam.
Sebenarnya Reno masih lelah dengan info penurunan saham di negara lain tapi jika menyangkut adik kesayangannya hal apa pun itu akan ia jaga, apalagi menyangkut keselamatannya.
Sementara itu
" Na, kamu udah selesai makannya?" tanya adit menghampiri Reina.
" Sudah kok, yuk ke toko buku dulu" ajak Reina setelah menyimpan handphonenya ke dalam tas.
Mereka pun berlalu dari kafe itu menuju toko buku yang mereka tuju.
Dalam perjalanan Reina dan Adit pun saling senda gurau untuk menghindari keheningan selama perjalanan.
" Oh ya Dit, kabar Andin gimana? Udah lama Reina ngak ketemu sama Andin".
" Baik kok! Malahan dia sering nanyain kamu kenapa ngak main ke rumahnya lah,kenapa ngak ajak dia kalo kita lagi kencanlah, apa-apa yang di tanyain kamu rein" dengus adit.
" Hehehe... saking sayang nya ma aku yang ditanyain bukan pacarnya sendiri yah" kekeh Reina.
" Lagian kalian baru kenal aja udah lengket banget sampe aku yang jadi pacar dia terabaikan, dasar perempuan" sinis Adit.
" Widih, nganbek nih anak" toel Reina pada pipi Adit.
" Diem Rein, aku bukan anak kecil" sebal Adit dan menepis pelan jari Reina.
" Ia deh maaf" masih ada kekehan di akhir kata yang Reina ucapkan.
" Dah sampai nih, nanti ketemu di depan kasir aja yah kalo kamu udah nemu bukunya, aku mau ke rak sana yah" ucap Adit meninggalkan Reina ke arah buku masakan.
Cita-cita Adit memang ingin menjadi seorang Chef makanya setiap di kafe Adit lebih banyak bekerja di dapur dari pada melayani para pelanggan.
Reina pun ke rak Administrasi untuk mencari buku yang akan menjadi referensi ke kurangan skripsinya.
Ting
Pesan pun masuk dari Reno.
"Dek..."
"Ia Bang"
"Udah pulang kuliah?"
"Udah bang, tapi Reina lagi di toko buku dulu buat cari bahan yang kurang di skripsi Reina"
"Kamu sama siapa di sana dek?"
"Sama Adit kok Bang! Kenapa?"
"Oh Adit, oke! ngak kok kamu hati-hati pulangnya, abang bentar lagi pulang. Oh ia adek mau di masakin apa buat makan malam?"
"Siap bang, gimana Abang aja masakan apapun yang Abang buat Reina makan kok asal jangan pake racun hehehe"
"Ngak lah dek,masa kesayangan Abang di racunin. Kamu ada-ada aja, ya udah abang mau beresin berkas dulu see you"
"See you too"
Reina pun mulai fokus mencari buku yang akan ia beli,pada saat ia akan mengambil salah satu buku Reina dikejutkan dengan seseorang yang memegang buku itu juga.
" Eh"
" Eh, Kak Reina yah?" ucap gadis tersebut melepaskan buku tersebut.
" Kamu tahu aku?" tanya Reina melihat gadis itu.
" Hehehe... tahu lah kakak kan populer di kampus, kita satu kampus loh tapi aku berbeda 2 tahun dengan kakak" kekeh nya.
Reina pun mengangguk dan bertanya " Siapa nama kamu?".
" Aku Dea Rahardia" sambil mengulurkan tangan.
Reina pun menyambutnya dan tersenyum " Reina".
" Kamu anaknya pak Jason Rahardia?" tanya Reina karena dia mengenal marga tersebut.
" Ya, Kakak kenal Daddy aku?" tanya balik Dea.
" Tentu, Kakak pernah berpapasan dengan Pak Jason di acara pembukaan villa milik teman Ayah Kakak"
" Pantas saja" ucap Dea tersenyum.
'' Langkahku akan gampang kalo Daddy saja mengenal keluarga kak Reina,aduh.. ngak sabar mau di jadiin kakak ipar'' batin Dea.
" Kakak sedang mencari buku ini yah? Buat kakak saja, aku cuman lihat-lihat saja kok" ucap Dea tersenyum sambil menunjuk buku yang tadi mereka pegang.
" Ngak apa-apa kok De, Kak Rein bisa cari referensi dari buku yang lain" ucap Reina yang akan menyerahkan bukunya kembali tapi di tahan oleh Dea.
" Hehehe... ambil aja Kak, Dea lagi cari buku ini kok bukan itu" ucap Dea sambil menunjukan gambar sebuah buku di layar Handphone nya.
" Oh buku itu yah! Kakak tahu dimana buku itu, ayo kakak antar" Jawab Reina tersenyum ramah.
Awalnya Dea terpaku dengan senyuman Reina kemudian ia balas tersenyum " Ahh cantik baget sih calon kakak ipar aku ini" girang Dea di dalam hati.
Reina yang melihat mata Dea yang berbinar-binar pun bingung. " Ada apa De?" tanya nya.
" Hehehe... ngak kok kak, yuk temenin Dea cari bukunya" semangat Dea.
Reina pun tersenyum dan mebawa Dea ke tempat buku yang di cari Dea tadi.
" Ini De bukunya" Reina ulurkan buku sama persis yang dicari Dea.
" Wah ia kak benar buku yang ini" Dea pun mengambil buku yang di ulurkan Reina dengan antusias.
" Ada lagi?" tanya Reina.
" Udah kok kak! Makasih yah".
" Ia De, santai aja" Ucap Reina Ramah.
" Woy dicariin kemana-mana ternyata disini" Ucap Adit yang tiba-tiba datang ke hadapan mereka.
" Eh, Kak Adit sama Kak Reina Pac-.." ucapan Dea pun terpotong dengan perkataan Adit.
" Bukan, enak aja si hujan jadi pacar aku" ucap Adit mendengus.
" Heh.. Hujan? Teroos panggil gitu terus, dasar Adit Sopo Jorwo" ucap Reina sebal.
Dea pun terkikik geli melihat kelakuan mereka berdua, sampai-sampai Reina dan Adit melirik Dea.
" Kenapa De?" tanya Reina.
" Hehehe... ngak kok kak tapi kalian lucu" .
" Eh tunggu, kamu adik nya Pak Bos kan?" tanya Adit sambil melihat Dea.
Dea yang dilihat seperti itu pun hanya bisa mengangguk.
" Sudah kuduga,kau yang sering malak Pak Bos di ruangannya" ceplos Adit.
" Eh enak aja malak, ngak lah" balas Dea sewot.
" Lah kan emang tiap hari kamu datang dengan muka kesal dan pulang-pulang dengan bahagianya membawa Black Card".
Mata Dea pun melotot " Ngak sopan yah pak, astaga apa kamu sering menguntit hah?" Kesal Dea.
" Penguntit? Enak aja, aku tuh ngak sengaja lihat kali" di balas sewot oleh Adit.
"astaga, kalian berdua ini udah hentikan" Reina pun mencoba melerai keduanya.
" Dasar Penguntit".
" Dasar tukang palak".
" Penguntit".
" Tukang palak".
" Pe-".
" Cukup kalian berdua, apa kalian tidak malu jadi bahan tontonan?" kesal Reina yang sudah kehilangan kesabarannya.
" Hehehe Maaf Kak" Ucap Dea.
" Sorry " ucap Adit.
" Ya udah kita ke kasir sekarang bayar bukunya" Reina pun mengambil 2 buku di tangan Adit dan 1 buku di tangan Dea.
" Aku yang bayar asalkan kalian ngak bertengkar lagi" ucap Reina meninggalkan keduanya.
Mereka berdua pun mengikuti Reina dan saling membuang muka masing-masing.
"Dasar mereka berdua ini" ucap Reina mendengus di dalam hati.