Chereads / You are my hope / Chapter 5 - Chapter 4

Chapter 5 - Chapter 4

" Makasih buat buku nya yah Kak" ucap Dea senang.

" Oke Dek! Kamu mau pulang bareng sama kita aja?" tanya Reina sambil melirik Adit yang sedang memainkan handphonenya.

" Ngak usah kak, aku mau ke tempat Kakak aku deket kok".

" Oh ke Kafe dekat kampus itu yah?" tanya Reina yang tadi mendengar perdebatan Adit dan Dea saat di toko buku.

" Ia kak! Kapan-kapan kalo kita ketemu di kafe aku traktir deh hehehe".

" Sok-sokan traktir, bilang aja minta di gratisin sama Kakak kamu sendiri" sindir Adit yang masih memainkan handphone nya.

" Ngaklah, aku juga masih punya uang buat jajanin Kak Rein kok" ucap Dea sebal.

" Haduh, kalian ini kapan akurnya sih" helaan nafas terdengar dari Reina.

" Never"

" Tak akan pernah"

Ucap mereka kompak sambil saling melihat tajam.

" Udah- udah, kesorean nih kalo kalian debat terus".

" Ya udah De, Kak Rein Sama Kak Adit pulang dulu yah?" Reina pun menarik Adit supaya menyudahi aksi saling menatap tajam mereka.

Dea pun melirik Reina dan tersenyum " Ya udah kak Reina hati-hati yah, kalo orang itu macem-macem hubungi Dea" sambil melihat tajam ke arah Adit dan menyerahkan sebuah kertas yang berisi nomor ponsel Dea.

" Save yah kak, Bye-bye" Dea pun berlalu dihadapan Reina dan Adit.

" Rese yah bocah itu" Adit pun memandang punggung Dea yang mulai menjauh sambil menghela nafas.

" Hehehe.. tapi dia lucu yah Dit?" tanya Reina sambil berlalu dari sana.

" Lucu bagimu, rese bagiku" Adit pun menyeimbangi jalan Reina.

Mereka pun membicarakan hal lain untuk mengisi perjalanan pulang mereka.

Sementara Itu

" Kakak...."

Brak

Pendobrakan pintu kantor kafe dilakukan Dea.

" Astaga, ada apalagi sih De? Jangan bilang Black Card Kakak kamu hilangin" ucap Kevin yang mengendalikan keterkejutanya gara-gara dobrakan dan suara teriakan Dea tadi.

" Ih Kakak bukan itu" Dea pun mendekati Kevin dan duduk di depan meja yang bersebrangan dengan Kevin.

" Lalu?".

" Aku tadi ketemu seseorang loh, dia juga beliin aku ini" ucap Dea bahagia sambil mengacungkan buku yang tadi ia beli.

" Siapa? Paman kesayangan mu itu" tanya Kevin malas.

" No, coba tebak".

" Jangan bilang kamu baperin orang yang ngak kamu kenal sampe-sampe kamu palakin".

" Ya elah Kak kenapa sih pemikiran kakak kek karyawan kakak aja, aku tuh bukan tukang malak ih" Sebal Dea.

" Dah lah kesel Dea kesini, tahu gitu minta Kak Reina anter Dea sehabis beliin Dea buku ini" Dea pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Kakaknya.

Kevin pun mencerna apa yang di ucapkan Dea dan....

" DEA..." teriak Kevin mengejar adiknya yang akan keluar dari kafe.

" Tunggu De, jangan ngambek dulu" bujuk Kevin setelah menghadang Dea yang sudah di luar kafe.

" Apaan? Sono balik sama kerjaan Kakak, Dea mau pulang males lihat muka kakak" ucap Dea menyingkirkan Kevin untuk tak ada di hadapannya.

" Ih Dek jangan gitu, nanti kakak beliin gaun yang waktu itu Dea minta".

" Beneran nih? Harganya ngak main-main loh Kak itu gaun" tantang Dea.

" Ia nanti Kakak bilang ke anak buah kakak buat beliin, dan nanti malam sampai rumah itu gaunnya"

Kevin pun mulai mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi anak buahnya.

"Selamat Sore Bos, ada yang bisa saya bantu?"

"Rik, kamu beliin gaun yang ada di butik Natalie yang di pajang di etalase depan warna merah dan nanti malam kirim ke kediaman utama"

"Baik Bos"

Kevin pun mematikan ponselnya dan melirik Dea.

" Noh udah Kakak pesenin tunggu nanti malam gaunnya sampe rumah, sekarang Kakak minta penjelasan cerita kamu De" Kevin pun menyimpan kembali ponselnya kedalam sakunya.

" Oke deh! Dea bakal cerita tapi di rumah yah? Soalnya ada yang mau Dea cari tahu dari papih".

" Papih? Tentang? " Kevin pun mengernyitkan halisnya.

" Kakak juga nanti bakal tahu dan itu akan membuat kakak mendapatkan info tentang siapa Kak Reina sebenarnya" Dea pun berlalu dari sana dan memasuki mobilnya.

" Papih? Tentang Reina? Apa papih mengenal Reina?" gumam Kevin dan ia pun berlalu untuk membereskan berkas-berkasnya di ruanganya dan ingin segera pulang karena rasa penasarannya tentang cerita Dea.

Di tempat lain

" Dah sampe nih Na, oh ia aku belum bayar buku tadi" Adit pun akan mengeluarkan dompetnya tapi di tahan Reina.

" Ngak usah Dit, itung-itung aku jajanin kamu sebagai ucapan makasih udah balik bareng"

" Santai aja Na, kita tetanggaan ini hehehe, aku pulang yah! Kalo nanti free bilang, kita weekend ber-3 bareng sama Andin juga" Adit pun melambaikan tangannya dan berlalu.

" Oke siap, nanti aku kabarin".

Saat Reina berbalik ia di kejutkan dengan kehadiran Abangnya.

"Dor"

" ASTAGA, Abang iseng ih" Reina pun mengusap dadanya karena kaget.

" Hehehe... maaf dek, yuk ah masuk! Abang udah buatin makanan buat makan malam tapi, Adek mandi dulu sana" Reno pun berjalan sambil mendorong pelan bahu Reina.

" Siap Bang".

Reina pun segera memasuki kamarnya untuk membersihkan diri, sedangkan Reno langsung menyiapkan peralatan makan untuk mereka.

Ting Tong

Suara bell rumah pun menghentikan kegiatan Reno. " Siapa yang bertamu di jam seperti ini?" batin Reno.

Reno pun mendekati monitor untuk melihat siapa yang bertamu dan ternyata itu Sena. Setelah tahu yang bertamu Sena Reno pun membuka pintu Rumahnya.

" Ada apalagi Sen? " tanya Reno diambang pintu.

" Yaelah ngak di izinin masuk nih? Ada yang mau ditanyain ke Reina nih" jawab Sena sambil melirik ke belakang badan Reno dan disana ternyata Reina sedang berjalan ke arah mereka.

" Dek, Abang kamu gitu ngak ngizinin Kak Sena kesini" Sena pun memasang muka melas setelah mengatakan itu.

" Bang ih ngak boleh gitu sama Kak Sena" Reina pun mencubit perut Reno.

" Eh Dek sakit tahu, kenapa belain Sena sih lagian dia ngapain kesini datang tak di undang juga kek jelangkung aja" Reno pun mengusap perut yang di cubit oleh Reina.

" Astaga Bang, nanti Reina aduin ke Bunda loh jahat sama kak Sena" ucap Reina menyingkirkan Reno ke sisinya untuk memberikan Sena jalan masuk ke Rumah mereka.

" Hah... berasa anak pungut kalo udah bawa-bawa Bunda, Abang heran deh kenapa Sena langsung di sayang sama Bunda sih" ucap Reno sambil melangkah pergi ke meja makan untuk melanjutkan pekerjaannya tadi.

" Ya ialah aku kan lebih baik dari kamu Ren, mana udah punya calon lagi ngak kek kamu jomblo akut" ledek Sena.

" Awas yah Sen kalo udah ada yang nikung pacarnya jangan nangis terus nyariin yah" balas Reno.

" Udah ih berantem mulu, mending kita makan malam dulu" lerai Reina menarik tangan Sena ke ruang makan.

" Eh Dek buat apa bawa Sena ke tempat makan? Dia mah biarin aja".

" Bang jangan gitu, Kak sena kan tamu dan tamu itu raja harus dilayani, jangan pelit-pelit Bang"

" Betul tuh, main usir aja"

" Terserah deh"

Mereka pun makan dengan hening dan hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Setelah itu mereka pun menikmati teh hangat di depan meja dan bersantai sambil menonton televisi.

Reno pun yang sadar alasan Sena datang ke sini pun mulai berbicara.

" Sen, katanya tadi ada yang mau diomongin ke Reina apaan?" tanya Reno penasaran.

" Oh ia hampir lupa". Sena pun menyimpan cangkir teh nya di meja.

" Dek".

" Kenapa Kak Sen?".

" Kak Sena mau tanya nih".

" Ia Kak tanya aja".

" Adek deket sama cowok yang tadi di kampus?".

" Maksud Kak Sen siapa?" tanya balik Reina.

" Yang tadi kamu antar ke ruangan Kakak".

" Oh yang tadi ngisi semninar yah? Kak Lee?".

Sena pun menganggukan kepala tapi beda hal dengan Reno yang mengernyitkan halisnya "Kak Lee?" batin Reno.

" Ngak kok Kak, Reina baru aja kenal tadi" ucap Reina cuek sambil ngemil.

"Dek, Abang mau tanya?" sekarang giliran Reno yang buka suara.

" Ia Bang kenapa?" tanya Reina melirik Abangnya.

" Kok kamu panggil orang yang baru kamu kenal Kak?".

" Oh itu Kak Lee sendiri yang minta Bang".

" Hilangkan itu, kalian tak saling mengenal" ucap Reno.

" Emang kenapa bang?" tanya Reina.

" Ia Dek panggil Lee sama kayak dosen yang lain di kampus aja, supaya dari pada kamu dikira macam-macam oleh orang lain" ucap Sena membujuk Reina.

Memang Reno dan Sena sudah mengetahui seperti apa Lee sebenarnya.

" Ia juga sih yah Bang, Kak. Ya udah deh lagian aku juga belum tentu bakal ketemu lagi sama Pak Lee" cuek Reina kemudian menonton tayangan di televisi.

" semoga saja ngak dek" batin Sena dan Reno.

Sena pun melirik jam tangannya yang hampir menunjukan pukul 20.30 dan ia teringat dengan perkataan Lee sebelum berpisah di ruang lab tadi.

"Pembahasan kita belum selesai Sen, aku tunggu kamu di Restoran tempat awal pertemanan kita jam 9 malam jika emang kamu mau tahu apa yang aku inginkan".

Sena pun menghela napas dan melirik Reno. Reno yang merasa dilirik pun menolehkan kepalanya untuk melihat Sena.

Sena pun mengetik sesuatu di ponselnya dan menunjukannya kepada Reno.

"Ingat tadi yang kita omongin di kantor jam 9 malam ini aku harus ketemu dengan si brengsek itu."

Reno pun menganggukan kepalanya.

" Dek"

" Ia Kak Sen?" tanya Reina yang tak mengalihkan kepalanya dari acara yang sedang ia tonton.

" Kak Sen pulang dulu yah".

Reina pun langsung berbalik dan bertanya " Kenapa ngak nginep aja Kak? Kamar tamu udah bi ipah bersihin kok".

" Kak Sen masih ada yang harus dikerjakan di rumah dek".

" Kan bisa disini Kak".

" Tapi berkasnya di rumah Kakak, Dek".

" Hm, ya udah deh Kak Sena hati-hati aja pulangnya yah" ucap Reina.

" Oke Dek!" Sena pun mengacak rambut Reina sebentar.

Reno pun menjauhkan tangan Sena dari rambut adiknya " Sono kalo mau balik ngak usah acak-acak rambutnya Reina" Kesal Reno.

" Idih Abangnya posesif banget sih".

Kemudian Sena pun melangkahkan kakinya kedepan pintu dan diantar oleh Reno.

" Dek, Abang anter Sena ke depan dulu".

"Oke Bang!"

Setelah sampai diluar Reno pun memulai percakapan.

" Kalo ada apa-apa telpon Erwin dia udah aku perintahin buat jagain Reina juga nanti" ucap Reno.

" Oke Ren! Aku juga udah pasang anak buah di tempat itu buat jaga-jaga, yang penting sekarang Ren jagain Reina karena kita ngak tahu maksud dan keinginan Lee".

Setelah Sena mengatakan itu ia pun berlalu menuju mobilnya untuk menemui Lee, Dan Reno pun memasuki rumahnya kembali.