"Sampai lupa bilang, kalau Lea mungkin besok atau lusa sudah harus berkuliah."
"Iya tidak apa-apa, Ayah."
Leandra sengaja berlama-lama di dapur sedangkan Ibunya ikut bergabung dersama Ayah Leandra dan Rigel.
"Nak, Rigel. kalau semisal Lea itu emosinya terlalu tinggi tolong bantu dia ya, sebenarnya ia anak yang baik dan penurut hanya saja sering urakkan."
Rigel tertawa kecil mendengarkan kalimat Ibu Leandra. Sedikit banyaknya Rigel mengetahui sikap Leandra.
"Tetapi tadi malam aman 'kan?"
"Aman? Maksudnya, Bu," tanya Rigel yang mengernyitkan dahinya.
"Itu aduh biasalah pengantin baru, pasti belum 'kan? Kamu harus sabar ya, Ibu sudah nasihati Leandra agar benar-benar menjadi istri yang memberikan hak dan kewajibannya dengan suami."
Rigel tertawa kembali mengingat perdebatannya tadi malam dengan Leandra.
"Iya, Bu. Lagi pula menikah 'kan enggak melulu tentang itu, Rigel juga tidak memaksakan apapun sama Lea."
"Wah memang enggak salah pilih menantu kita, Yah," ucapnya pada Ayah Leandra.
Leandra yang mendengar itu pun benar-benar mual dan ingin muntah.
"Puji saja terus, Bu."
Leandra melewati meja makan seraya berkata demikian hingga membuat Rigel tersenyum karena tingkahnya.
"Ya begitulah Leandra, kamu benar-benar harus ekstra sabar ya, Nak."
"Iya, Bu."
Leandra mulai berkuliah sekitar 7 hari mendatang tepatnya setelah satu minggu lebih satu hari pernikahan mereka. Rigel masih berada di rumah Leandra karena menurut Ibunya mereka sebelum tujuh hari pengantin baru tidak boleh bepergian jauh. Mereka menepatinya, dan beruntungnya pihak rumah sakit brebaik hati pada Rigel untuk memberikan cuti selama itu.
7 hari berlalu begitu cepat namun tetap saja lama bagi Leandra. Selama 7 hari tersebut Leandra dan Rigel tidak bersentuhan sedikitpun. Rigel benar-benar menepati janjinya.
Tok tok tok!
Rigel mengetuk pintu ruangan kerja Ayah Leandra.
"Ayah, Rigel izin berbicara sebentar boleh?"
"Silakan sini duduk," Ayahnya mempersilakan.
"Begini, Rigel berencana untuk pindahan besok, kalau misalnya Leandra dibawa dan tinggal di rumah Rigel bagaimana, Yah?"
Ayahnya Leandra tertawa.
"Kenapa harus izin sama Ayah? Sekarang itu Leandra istri kamu, milikmu. Ya jelas boleh Rigel."
"Rigel tidak enak saja jika tidak izin dahulu."
"Lagi pula jarak rumahmu dengan kampus Lea itu tidak jauh malah lebih bagus, ke rumah sakit tempat bekerjamu juga satu arah 'kan?"
Ayah Leandra sudah tahu rumah Rigel jauh sebelum pernikahan ini terlaksana.
"Iya betul, Yah."
Setelah meminta izin, Rigel masuk ke kamar Leandra.
"Aaa!" pekik Leandra terkejut dengan kedatangan Rigel karena baru saja mandi dan hanya mengenakan tanktop berwarna putih dan celana selututnya. Segera ia tutupi dengan kedua tangannya.
"Shutt enggak usah teriak kenapa sih, Lea."
"Sumpah ya kamu enggak sopan, ketuk pintu dulu atau permisi dong."
"Iya maaf, aku enggak tahu. Terus kenapa kamu diam, pakai bajumu itu atau sengaja mau menggodaku?"
"Heh enak saja ya kamu, awas ngintip."
Rigel membalikkan badannya melihat ke luar jendela kamar Leandra.
"Tunggu, jangan balik badan dulu belum selesai."
Rigel hanya menghela napasnya saja.
"Sudah belum," protes Rigel.
"Sudah, kamu mau ngapain sih ke kamar?"
"Mau beres-beres."
"Mau ke mana?"
"Besok kita pindah, kamu bereskan beberapa perlengkapanmu. Kita tinggal di rumahku."
"Hah! Kok begitu? Aku harus banget ya tinggal sama kamu?"
"Iya karena kamu istriku."
Leandra tidak mendawab apapun, ia keluar kamarnya. Seperti biasa ia akan bertanya pada Ayahnya tentang kebijakan apapun.
"Ayah, apa Lea harus pergi dari rumah ini?" tanyanya di ambang pintu ruangan kerja Ayahnya.
"Masuk dulu Lea."
Lea duduk di sofa ruangan tersebut.
"Jawab Ayah."
"Iya, kamu harus ikut suamimu."
"Ayah enggak suka ya kalau Lea tinggal di sini?"
"Bukan begitu tetapi kamu sudah menjadi istrinya Rigel, kamu harus menuruti perkataannya juga. Mau dijodohkan atau tidak kamu harus ikuti dia sebagai imam."
"Tetapi bagaimana dengan kuliahku, Ayah?"
"Rumah Rigel dengan kampusmu jaraknya tidak jauh, kalian bisa berangkat bersama karena rumah sakit Rigel juga satu arah dengan kampusmu."
"Lea enggak boleh bawa mobil Ayah? 'kan Ayah sudah janji kalau kuliah mau kasih izin bawa mobil."
"Kamu pergi ke mana pun bersama suamimu, Ayah enggak mau ada hal yang tidak diinginkan terjadi sama kamu. Perempuan harus selalu dijaga."
Leandra mendengus kesal dengan pendapat Ayahnya. Ia selalu kalah jika berdebat dengan Ayahnya.
"Tetapi kalau sesekali pulang ke rumah boleh 'kan?"
"Pintu selalu terbuka untuk putri Ayah."
"Ya sudah Lea beres-beres dulu."
Leandra berlalu ke kamarnya dengan wajah yang lesu da nada sedikit kesedihan di dalam hatinya. Saat ia kembali ke kamar barang-barang Rigel sudah siap dengan rapi sekali dalam kopernya. Sedangkan Leandra berusaha mengambil kopernya di atas lemari namun ia tidak sampai dan tidak mau juga meminta bantuan Rigel.
"Minta bantuan kalau kamu kesusahan, Lea," ucap Rigel seraya menurunkan koper tersebut.
"Terima kasih," jawab Lea dengan wajah lesunya.
"Kamu kenapa?"
"Enggak apa-apa."
Rigel mengernyitkan dahinya karena tidak biasanya Leandra lesu dan tidak mengajaknya berdebat. Rigel kembali pada pekerjaannya di depan layar laptop.
Leandra mulai memasukkan baju-bajunya namun sebagian ia tinggalkan. Tidak lupa semua buku dan pernak perniknya ia kemasi, termasuk boneka beruang berwarna pink kesayangannya. Diam-diam Rigel memperhatikan Leandra.
"Kenapa lihat-lihat, aku enggak boleh bawa boneka ini?"
"Silakan saja, aku enggak akan melarang kamu. Hanya saja heran ternyata kamu menyukai hal seperti itu juga."
"Sebenarnya aku enggak suka tetapi ini pemberian Ayah dan Ibu waktu aku ulang tahun ke 10."
Rigel menganggukkan kepalanya perlahan.
Kini semua barang-barang Leandra sudah dikemasi hanya tersisa beberapa saja.
"Besok berangkat pagi?"
"Enggak, sepulang kamu kuliah saja."
Leandra terdiam dan melanjutkan aktifitasnya bermain ponsel.
Pagi hari pukul 08.00 WIB
Leandra sudah pergi pagi hari sekali ke kampus diantar oleh Rigel karena ia pun bekerja akan tetapi belum sepenuhnya full. Ia hanya bekerja sampai siang saja.
Sekitar tengah hari Leandra sudah selesai dengan kuliahnya, kebetulan ia pulang bersama Renza karena saat itu Rigel belum pulang.
30 menit kemudian setelah Leandra di rumah, Rigel tiba. Tidak lama dari itu mereka akan pindah rumah karena takut kemalaman dan harus membereskan barang-barangnya di rumah Rigel.
"Ibu, Lea pasti bakal rindu Ibu," seraya memeluk Ibunya bahkan Leandra menjadi manja sekali.
"Nanti main ke sini kalau senggang ya, sayang."
"Ayah, Lea pamit ya, titip Ibu," seraya memeluk Ayahnya erat.
Ayahnya tersenyum da sedikit haru karena akan berpisah dengan putri satu-satunya.
"Leonal yang ganteng kamu jangan lupa ajak kakak main tahu, kalau mau main bawa makanan ya."
"Parah banget sih kak, iye kalau sempat aku main ke sana."
Kini setelah berjabat tangan dan berpamitan Leandra dan Rigel memulai perjalanannya ke rumah Rigel.