Ting Tong..
Ting Tong..
Ting Tong..
Suara bel yang terdengar di indera pendengaran Devan dan Kania menginterupsi interaksi antara mereka yang sedang saling menutup mulut. Kania menatap dengan tatapan yang penuh tanda tanya ke arah Devan saat mendengar bel berbunyi. Devan menggelengkan kepala saat melihat tatapan penuh tanda tanya dari Kania.
"Saya tidak tahu siapa yang datang. Saya juga tidak memesan makanan apa-apa. Saya akan melihat terlebih dahulu siapa yang datang pagi ini," ucap Devan untuk menjawab tatapan penuh tanda tanya dari Kania sebelum melangkahkan kamu meninggalkan kamar Kania untuk membuka pintu
Ceklek..
Devan membuka pintu apartemen dengan sikap yang tenang. Namun sikap tenang Devan seketika berubah saat melihat siapa tamu yang datang ke apartemen di pagi hari ini. Devan menautkan kedua alis melihat sosok yang sedang berdiri di depan pintu apartemen.
"Ayah.. Ada apa datang pagi begini?" tanya Devan dengan kedua alis yang saling bertautan saat melihat keberadaan sang ayah yang kini sedang berdiri di hadapan dirinya saat ini.
Daren pun malakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Devan yakni menautkan kedua alis setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Devan. Tidak biasanya Devan menanyakan tujuan Daren datang ke apartemen sang putra semata wayang buah cinta pernikahan Daren dengan Kayra, mantan istri Daren. Ya. Tamu yang datang pagi ini di apartemen Devan itu ayah kandung Devan, Daren Wijaya yang sengaja berkunjung ke apartemen sang putra untuk melepaskan rasa rindu kepada sang pura semata wayang setelah ditinggal menyelesaikan pekerjaan Daren yang berada di luar kota. Sedangkan, Devan tercengang dengan kehadiran sang ayah yang datang di hari kerja. Bahkan sang ayah datang ke apartemen Devan di waktu pagi ini. Apalagi ada Kania di dalam yang belum sempat Daren ceritakan kepada ayah, papa, mama, kakek dan neneknya.
"Apa ayah harus memberi tahu kamu terlebih dahulu saat ayah ingin menjenguk putra kesayangan ayah?" Bukan menjawab pertanyaan Devan, Daren mengajukan pertanyaan balik kepada Devan dengan tatapan yang sulit untuk diartikan
Devan menggaruk tengkuk yang tidak gatal dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya. Daren kembali menautkan kedua alis saat melihat sikap Devan yang terasa aneh. Tidak seperti biasanya.
"Apa ayah tidak dipersilahkan masuk Devan? Ayah lelah berdiri terus Devan. Usia ayah kan sudah tidak muda lagi seperti kamu anak kesayangan ayah," imbuh Daren.
"Iya ayah. Silahkan masuk ayah." Devan mempersilahkan sang ayah masuk seperti seorang tamu.
Sikap tidak biasa seorang Devan sangat dirasakan oleh sang ayah, Daren. Namun Daren berusaha untuk tetap berpikir positif. Daren masuk ke dalam apartemen mengikuti langkah kaki Daren. Daren duduk di sofa yang berada di ruang tengah apartemen Devan.
"Ada yang kamu sembunyikan dari ayah, Devan?" tanya Daren setelah Devan duduk di samping Daren
Daren tersentak dengan apa yang ditanyakan oleh sang ayah. Devan tidak dapat menyembunyikan sebuah rahasia dari sang ayah yang dapat mengenal dirinya. Devan menatap sang putra yang masih membisu belum menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Daren.
"Devan tidak menyembunyikan apa-apa dari ayah," balas Devan berbohong kepada sang ayah.
Devan terkekeh mendengar jawaban dari sang putra, "Kamu tidak bisa membohongi ayah, Devan. Walaupun ayah baru bertemu dengan kamu saat usia kamu empat tahun, tapi ayah sudah mengenal kamu. Bagaimana kamu. Sifat kamu. Ayah tahu Farras. Apa kamu masih ingin mencoba menyembunyikan itu dari ayah?" tukas Daren
Devan menghela nafas kasar sebelum menceritakan semua kepada sang ayah apa yang senang disembunyikan Devan saat ini, "Baiklah ayah. Devan akan menceritakan semua kepada ayah. Sebelumnya Devan mohon maaf baru menceritakan ini semua kepada ayah. Ayah tunggu sebentar. Devan ingin menunjukan sesuatu kepada ayah," sambung Devan sebelum beranjak dari duduk meninggalkan sang ayah menuju ke kama Kania
Devan menemui Kania yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Devan menjelaskan kepada Kania tentang kedatangan sang ayah ke apartemen pagi ini. Kania tercengang saat mendengar apa yang diucapkan oleh Devan. Namun Kania mencoba bersikap tenang dengan apa yang diucapkan oleh Devan. Kania menerima apa yang diminta oleh Devan untuk bertemu dengan ayah Devan, Daren. Dengan langkah perlahan Daren memapah Kania untuk menuruni anak tangga menuju ke lantai satu di mana sang ayah berada saat ini.
Daren menautkan kedua alis melihat Devan kini sedang melangkahkan kaki dengan memapah seorang wanita menuju ke arah dirinya. Devan mendudukan Kania di samping tenkat Devan duduk sebelum menemui Kania. Mengerti dengan air muka sang ayah, Devan lalu memberi penjelasan kepada sang ayah tentang Kania dari awal hingga akhir.
"Ayah.. Sebelumnya Devan minta maaf karena baru menceritakan semua yang telah Devan alami kemarin. Perkenalkan ini Kania, ayah," Devan dengan sengaja menjeda ucapannya untuk melihat reaksi sang ayah yang sedang menautkan kedua alis, "Kania ini wanita yang telah Devan tabrak kemarin siang ayah," imbuh Devan
Duarrrr..
Daren tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh Devan. Daren menatap tajam penuh intimidasi kepada Devan.
"Devan tidak sengaja menabrak Kania saat hendak pergi makan siang kemarin ayah. Kania mengalami lecet di kaki. Tapi Devan sudah membawa Kania ke rumah sakit ayah. Devan yang meminta Kania tinggal di apartemen agar Devan dapat mengawasi kesehatan Kania. Ini bentuk tanggung jawab Devan, ayah. Apalagi Kania belum memiliki tempat tinggal di ibu kota. Kania mahasiswa baru yang akan mulai kuliah besok. Kania kemarin baru tiba di Jakarta. Kania ingin mencari tempat kos ayah. Tapi akibat Devan yang tidak hati-hati, Devan menabrak Kania ayah. Tapi ayah tidak perlu merasa cemas. Devan dan Kania tidak akan bertindak aneh. Devan dan Kania ragu batasan masing-masing ayah. Semoga ayah tidak marah kepada Devan dan ayah tidak akan mempermasalahkan ini. Jika ayah ingin Kania tinggal di luar apartemen Devan, hari ini Devan akan menyewakan apartemen yang ada di gedung yang sama dengan apartemen Devan, ayah," terang Devan.
Daren berusaha mencerna apa yang diucapkan oleh Devan. Daren memahami apa yang dilakukan oleh Devan memiliki tujuan baik. Namun Daren takut dengan penilaian orang lain jika mengetahui Devan dan Kania tinggal satu apartemen. Apalagi rekan bisa Devan. Baiklah. Daren akan mengambil jalan tengah untuk membicarakan dengan Kayra selalu mama kandung Devan dan recan ayah sambung Devan untuk menemukan jalan terbaik bagi Devan dan Kania.
"Maafkan saya tuan. Ini bukan sepenuhnya kesalahan Bapak. Ini juga kesalahan saya yang kurang berhati-hati dalam menyeberang jalan," sahut Kania.
Daren menatap Kania dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedangkan, Kania menundukan kepala saat ayah dari Daren menatap ke arah dirinya.
"Siapa nama kamu, nak?" tanya Daren.
"Kania, tuan," jawab Kania dengan sopan.
Daren terkekeh mendengar apa yang diucapkan oleh Kania, "Jangan panggil saya tuan, nak. Saya sama seperti kamu, umat manusia yang menjadi hamba Allah. Kamu memanggil saya pak atau ayah seperti Devan eanak saya memanggil saya iya nak," balas Daren.
"B-baik pak," tukas Kania dengan nada ketakutan saat berbicara kepada Daren ayah kandung dari Devan.
"Baiklah. Ayah akan membicarakan ini dengan papa dan mama kamu terlebih dahulu, Devan. Ayah percaya dengan kamu dan Kania. Ayah hanya takut jika ada orang lain yang mengetahui tentang kamu dan Kania yang tinggal dalam satu apartemen. Ayah yakin. Kamu pasti dapat memahami apa yang ayah ucapkan Devan," ujar Daren
"Iya ayah. Devan setuju dengan apa yang ayah ucapkan. Devan akan menerima apapun keputusan ayah, papa, mama, kakek dan nenek," sahut Devan.
Daren, Devan dan Kania menghela nafas lega setelah menemukan jalan keluar untuk masalah yang Devan tengah hadapi saat ini. Daren tidak memarahi Devan. Semua yang terjadi kepada Devan itu musibah. Manusia tidak akan pernah dapat lepas dari salah atau khilaf. Daren menjadi bijaksana semenjak berpisah dengan Kayra dan mengetahui jika Devan putra kandung Devan bersama dengan Kayra di pernikahan Daren dan Kayra di masa lalu.
"Alhamdulillah.."