Chereads / I Love You CEO / Chapter 9 - Empat Mata

Chapter 9 - Empat Mata

"Ada yang ingin tante bicarakan sama kamu, Kania."

Deg..

Perasaan Kania semakin tidak menentu setelah mendengar apa yang diucapkan oleh mama Kayra. Kania menatap ke arah mama Kayra dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Mengerti dengan apa yang sedang berada dalam benak Kania, mama Kayra mencoba menjelaskan apa yang akan dibicarakan oleh dirinya kepada gadis yang dapat dipastikan usianya masih sangat muda itu.

"Kania.. Kamu tidak usah takut iya nak. Mama hanya ingin berbicara sedikit dengan kamu. Mama tidak akan memaksa atau mempengaruhi kamu nak. Mama tahu bagaimana perasaan kamu nak. Mama berusaha menempatkan di posisi kamu saat ini nak. Mama tahu ini hal yang sulit untuk kamu nak. Tapi menurut mama apa yang disampaikan oleh ayah Devan dan papa Devan itu benar nak. Mama juga ingin kamu tetap di sini. Kamu tidak keluar dari apartemen Devan nak. Mama tahu bagaimana Devan. Devan itu sangat jauh dengan wanita. Kamu itu wanita pertama yang dibawa oleh Devan ke apartemen dan dikenalkan kepada kami nak. Mama tahu Devan dan kamu pasti tidur di kamar yang terpisah. Mama tahu dan percaya hal itu. Tapi belum tentu dengan orang lain jika melihat Devan dan kamu tinggal dalam satu apartemen." Mama Kayra mencoba memberi penjelasan kepada Kania dengan nada lembut agar Kania dapat mencerna ucapan mama Kayra dengan baik.

Kania diam seribu bahasa sembari mencerna apa yang diucapkan oleh mama Kayra. Sementara itu, mama Kayra dapat melihat keraguan sekaligus kebingungan dalam pendar netra Kania saat ini. Mama Kayra mengusap lengan Kania dengan lembut.

"Nak.. Mama tidak ada maksud untuk memaksa atau menghasut kamu iya. Mama hanya ingin memberitahu bagaimana putra mama yang dingin dan jauh dari wanita selama ini nak. Kamu wanita pertama yang dikenalkan oleh Devan kepada kami, nak. Kamu masih dapat berpikir nak. Tapi mama yakin Devan tidak akan membiarkan kamu pergi dari sini begitu saja nak," ucap mama Kayra dengan lembut.

Kania menatap mama Kayra dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kania mencoba mencari kebohongan dari apa yang diucapkan oleh mama Kayra. Namun Kania tidak dapat menemukan apa yang dicari oleh dirinya dari mama Kayra. Apa yang dikatakan oleh mama Kayra kepada dirinya benar adanya dan tidak ada kebohongan di sana.

"Sebelumnya Kania mohon maaf tante. Tapi jujur tante, Kania bingung dengan semua ini. Belum ada pernikahan dalam pikiran Kania saat ini. Kania merantau ke ibu kota untuk kuliah tante. Kania juga baru lulus sekolah tante," balas Kania jujur apa adanya.

Seulas senyuman manis twebut di wajah wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu. "Mama tahu Kania. Mama juga tidak memaksa kamu. Tapi mama percaya Devan tidak akan pernah melarang kamu untuk tetap kuliah seandainya nanti kamu menikah sama putra tante, Kania. Devan itu lebih mementingkan ilmu daripada adiknya, Kania," terang mama Kayra.

Kania kembali dilanda perasaan dilema saat ini. "Baik tante. Kania dapat memahami apa maksud tante. Tapi berikan Kania waktu untuk kembali memikirkan hal ini dengan matang tante. Kania tidak ingin ada penyesalan dikemudian hari tante. Apalagi pernikahan itu satu kali seumur hidup tante."

"Iya nak. Kamu masih memiliki waktu untuk berpikir nak," balas mama Kayra dengan lembut.

"Baik tante. Terima kasih tante," sambung Kania.

Kania dan mama Kayra kembali berbincang dengan santai di ruang tengah sembari menonton televisi.

***

Devan memutar kemudi meninggalkan perusahaan dengan kecepatan sedang menembus jalanan ibu kota yang tampak padat akibat para pencari nafkah pulang ke rumah mereka dengan alat transportasi yang mereka gunakan. Devan memukul kemudi mobil dengan cukup emosi saat dilanda kemacetan sore ini. Pikiran yang sedang tidak baik sehingga Devan mudah terbawa emosi saat ini.

"Shit!" umpat Devan

Kekesalan tampak kentara di wajah tampan sang CEO putra dari Daren dan Kayra itu saat kemacetan belum dapat diurai sore ini. Berkali-kali Devan mengumpat melepaskan kekesalan dalam dirinya. Namun Devan mencoba menenangkan diri dengan memutar musik setelah berhasil menguasai dirinya saat ini.

"Assalamu'alaikum.." Devan mengucapkan salam saat masuk ke dalam apartemen.

"Wa'alaikumsalam," balas Kania yang sedang menyiapkan hidangan makan malam di meja makan saat ini.

Kania meninggalkan meja makan lalu melangkahkan kaki menuju ke depan untuk melihat Devan yang telah pulang ke apartemen. Tampak wajah kekesalan itu masih ada disana sehingga Kania tidak ingin banyak bicara kepada Devan saat ini. Kania mengulas senyuman manis kepada laki-laki yang telah menabrak dirinya tanpa sengaja dan telah bertanggung jawab dengan menolong dirinya itu.

Rasa lelah dan emosi dalam diri Devan seketika menghilang saat melihat senyuman manis yang terukir di wajah wanita cantik dan sederhana yang saat ini sedang berada di hadapan Devan.

Devan menyandarkan tubuh di sofa yang berada di ruang tengah apartemen. Sementara itu Kania memutuskan menuju ke dapur membuat minuman hangat untuk Devan.

"Pak Devan.. Mohon maaf. Ini saya membuatkan teh chamomile untuk Pak Devan. Siapa tahu dapat menghilangkan rasa lelah atau penat dalam diri Pak Devan. Silahkan diminum Pak Devan. Saya permisi kembali ke belakang Pak Devan," ucap Kania dengan meletakan minuman hangat di atas meja lalu meninggalkan ruang tengah kembali ke dapur tanpa menunggu balasan dari Devan yang sedang memejamkan mata sembari memijat pangkal hidungnya saat ini.

Devan membuka mata saat merasa tidak mendengar suara Kania lagi. Helaan nafas berat keluar dari bibir Devan saat melihat tidak ada Kania di sana. Devan mengambil satu cangkir teh chamomile yang telah dihidangkan oleh Kania lalu menyesapnya dengan penuh penghayatan. Rasa lelah itu seketika menghilang dari dalam diri Devan setelah menyesap teh chamomile yang telah dihidangkan oleh Kania. Devan menyesapnya sembari membayangkan Kania berada di samping dirinya saat ini.

Tak lama kemudian Devan beranjak dari duduk lalu melangkahkan kaki menaikik anak tangga menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menikmati hidangan makan malam.

***

Kania menghampiri Devan yang sedang memeriksa berkas di ruang tengah dengan serius saat ini. Kania mendudukan diri di hadapan Devan dengan perlahan. Tatapan mata Kania terarah kepada laki-laki tampan yang kini sedang berada di depan dirinya.

"Jangan melihat aku seperti itu. Nanti kamu akan jatuh cinta sama aku. Aku tahu kalau aku ini tampan," ucap Devan dengan penuh percaya diri tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas yang kini sedang berada di hadapan dirinya.

Duarrrr..

Kania terkesiap saat mendengar apa yang diucapkan oleh Devan. Banyak tanya dalam benak Kania saat ini. Darimana Devan tahu kalau Kania sedang menatap ke arah dirinya, sedangkan Devan masih fokus dengan berkas yang berada di hadapan dirinya saat ini.

Devan mengulum senyuman saat melihat ekpresi Kania dari ekor matanya saat ini. Tampak Kania sedang tercengang setelah Devan mengetahui jika Kania sedang menatap ke arah Devan.

"Tenang saja Kania. Aku bukan cenayang."