Chereads / Odyssey of Immortal / Chapter 1 - Asal Muasal

Odyssey of Immortal

Author_Phoenix_5279
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 7.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Asal Muasal

JGEEER!

JGEEER!

JGEEER!

Tiga kali sambaran petir, membuka Pailou Selatan, Alam Langit. Gerbang itu terbuka, untuk membuang tiga Dewa Agung, yang begitu dihormati oleh seluruh lapisan alam.

Satu kesalahan, membuat ketiga Dewa Agung harus menerima hukuman. Ya, hanya satu kesalahan dan semua prestasi mereka selama ini, tidak lagi dianggap.

Kaisar Langit, marah besar. Lebih tepatnya, murka. Murka akibat kelalaian ketiga Dewa Agung dalam mengemban tugas yang diberikan. Mereka gagal menjaga lampu abadi, artefak pengumpul jiwa mahluk abadi. Artefak itu telah mengumpul jiwa abadi sang ratu Alam Langit, selama puluhan ribu tahun. Lampu abadi pecah, di tengah pertempuran saat mahluk iblis datang untuk merebut artefak tersebut.

Inilah kali pertama selama puluhan ribu tahun, Pailou Selatan Alam Langit terbuka untuk membuang mereka yang hina. Pailou yang berada di lapisan terendah Alam Langit adalah gerbang untuk mengusir para pengkhianat atau mereka, yang tidak pantas dihormati.

Dapat dikatakan, keputusan sang Kaisar Langit, mengguncang seluruh lapisan alam. Selama ini, kedamaian setiap lapisan alam juga tidak luput dari penjagaan ketiga Dewa Agung itu. Namun, tidak ada yang berani menentang keputusan sang Kaisar.

Hukuman yang kejam dan penuh hina. Ketiga Dewa Agung, harus melepaskan gelar kehormatan itu dan menjadi manusia abadi. Keabadian, bukan satu-satunya hukuman yang dijatuhkan. Mereka juga harus hidup berdampingan dengan iblis. Iblis yang membuat kehidupan manusia di dunia fana, penuh dosa. Sebesar itulah, amarah sang Kaisar Langit.

***

BAMMM! BAMMM! BAMMM!

Lennox yang pertama mendarat di tanah basah, tengah hutan berantah. Langit gelap, tanda malam hari dan hujan mengguyur tubuhnya yang telah kehilangan sebagian besar kekuatan sihir. Setelah itu Eros dan Rigel, mereka berdua mulai meraung kesakitan.

Lennox, sang Dewa Perang, meraung. Ruangannya, cukup membuat semua mahluk di dalam hutan, lari. Menahan sesuatu yang bergejolak dalam jiwanya. Kerasukan. Dalam tubuhnya, saat ini memiliki dua jiwa.

Hanya saja, jiwa yang lain itu adalah sang amarah. Iblis amarah, membuat Lennox dipenuhi dengan keinginan untuk menghancurkan dan menyakiti.

Dua jiwa kuat, bertarung dalam satu tubuh. Jika Lennox masih memiliki kekuatan, maka iblis itu bukanlah tandingannya. Namun, saat ini ia hanyalah manusia abadi yang tidak berharga.

Di hadapannya, Eros, sang Dewa Api, mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Dirasuki iblis kematian, yang senang memakan jiwa manusia. Membuat Eros, dipenuhi dengan keinginan membunuh.

Sedangkan Rigel, sang Dewa Malam, dirasuki iblis birahi. Sesuai dengan sebutannya, saat ini Rigel dipenuhi dengan keinginan untuk bercinta. Hal itu, membuat tubuhnya begitu kesakitan.

Dari mereka bertiga, tidak ada yang lebih baik.

***

Itulah yang terjadi 300 tahun, yang lalu.

Butuh satu abad, untuk menjinakkan dan berdamai dengan iblis, yang merasuki mereka. Banyak korban berjatuhan dan itu tidak membuat hukuman mereka tambah ringan, malahan sebaliknya. Harapan agar dapat kembali ke Alam Langit dan menyandang gelar Dewa Agung, perlahan mulai sirna.

Ketiga Dewa itu, berdamai dengan keadaan mereka. Walau sulit, tetapi mereka tidak memiliki pilihan. Tidak bisa mati, membuat mereka memilih bagaimana melewati waktu yang panjang ini. Apakah mereka akan terus bermuram durja, atau sebaliknya? Mereka memilih, sebaliknya.

***

Masa kini.

Di kastil megah, yang berada di tengah hutan yang lebat.

Tiga pria dengan penampilan sempurna, duduk mengelilingi meja bundar, di halaman belakang yang begitu luas dan asri.

"Selamat pagi, Tuan-Tuan," sapa Peter Qin. Pria paruh baya berusia setengah abad, yang merupakan pelayan setia ketiga pria yang disebut Tuannya itu.

"Apakah semua sudah disiapkan?" tanya Lennox.

"Sudah, Tuan. Rapat pemegang saham akan berlangsung hari ini," jawab Peter Qin sambil menunduk dalam.

Keluarga Qin adalah manusia yang dipercaya, untuk melayani para mantan Dewa itu, lebih tepatnya manusia abadi. Peter Qin sendiri adalah generasi ke-5 yang ditunjuk menjadi pelayan setia.

Lennox berdiri dari duduknya dan melipat koran, kemudian meletakkannya di atas meja, lalu melangkah pergi. Peter mengikuti Tuannya itu, mereka akan pergi ke helipad yang berada di halaman Barat. Ya, Tuan Lennox selalu pergi ke perusahaan menggunakan helikopter. Waktu dihabiskan oleh Lennox hanya di perusahaan atau kastil ini.

Dua pria sempurna yang lain, menatap sosok Lennox yang sudah melangkah pergi.

"Apakah dia harus seserius itu?" tanya Eros kepada Rigel.

Rigel meletakkan kaki panjangnya ke atas meja, menyilangkannya dan bersandar di sandaran kursi, dengan kedua tangan diletakkan di belakang kepala.

"Bagus! Setidaknya kita bisa santai dan aku bisa berkencan sesuka hati. Bukankah itu sempurna?" ujar Rigel, sambil memejamkan mata, merasakan sinar mentari menghangatkan tubuhnya. Ya, mereka sarapan di halaman belakang kastil yang begitu indah.

Sudah 300 tahun, mereka bertiga dibuang ke dunia fana. Manusia, mahluk lemah berumur pendek. Selain itu, sikap manusia membuat mereka merasa muak. Manipulatif dan licik, penuh rasa dengki dan kebencian. Memang tidak semua manusia seperti itu, tetapi sebagian besar yang mereka temui memiliki sikap tersebut.

Sampai mereka dipertemukan dengan manusia bermarga Qin, yang menjadi pelayan setia mereka sampai sekarang ini. Setiap keturunan Marga Qin, akan dipilih manusia dengan jenis kelamin laki-laki yang akan melayani mereka, para manusia abadi. Mereka yang menjadi pelayan, akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk pekerjaan itu.

"Aku akan keluar," ujar Rigel dan melompat turun dari duduknya. Ia yang paling perlente dibandingkan dengan dua rekannya itu. Dari atas ke bawah, Rigel mengenakan fashion merek ternama dan limited edition. Setiap hari, setidaknya ia harus bercinta satu kali. Ia tidak dapat bercinta dengan wanita yang sama, lebih dari satu kali, maka Rigel tidak pernah mau repot untuk mengenal atau mengetahui nama para wanita itu.

Tiba-tiba, Eros juga berdiri dari duduknya.

"Sekarang? Kamu bahkan belum duduk selama 30 menit, dari tugas sebelumnya," seru Rigel yang cukup prihatin dengan rekannya itu.

"Aku tidak bisa mengatur, kapan para manusia itu mati!" gerutu Eros, sebelum menghilang dari hadapan Rigel.

Rigel merapikan jas mahalnya dan pergi ke arah depan kastil. Ya, setiap ada manusia yang mati maka Eros bertugas mengantar jiwa mereka ke neraka. Hanya mereka yang penuh dosa akan diantar oleh Eros, tetapi sebagian besar jiwa yang mati itu penuh dosa.

Melupakan sahabatnya itu, Rigel berjalan ke halamanĀ  depan dan masuk ke dalam mobil sport keluaran terbaru, merek termahal, melajukannya keluar dari kastil, menuju kota. Ia suka teknologi canggih, berbeda dengan kedua rekannya itu. Walaupun dapat berteleportasi, mereka lebih suka menggunakannya kendaraan, kecuali Eros saat betugas, di mana ia harus berpacu dengan waktu. Lagipula, setelah tinggal di dunia ini begitu lama, mau tidak mau, mereka telah beradaptasi.

Selain itu, hidup begitu lama, membuat mereka menjadi konglomerat. Aset di mana-mana, begitu juga perusahaan mereka yang mempekerjakan begitu banyak manusia. Setidaknya, mereka memiliki kegiatan dan tujuan hidup, yaitu mengumpulkan pundi kekayaan. Itu berhasil. Ketiga manusia abadi, menggunakan marga Qin, marga dari pelayan mereka. Itu perlu, untuk mengurus surat-surat administrasi yang diperlukan di dunia ini.

Walaupun tidak dapat mati, tetapi mereka perlu mencatat kematian dan dianggap terlahir sebagai keturunan berikutnya. Tentu saja, penampilan juga disesuaikan dengan zaman di mana mereka hidup saat ini. Semua itu, diurus sempurna oleh pelayan setia mereka, manusia bermarga Qin.