"Apa yang terjadi?" tanya Rigel, yang baru kembali ke kastil keesokan harinya.
Eros dan Lennox, duduk di ruang makan yang begitu luas, berhadapan dan saling bertatapan.
"Apa yang terjadi? Mengapa begitu serius?" tanya Rigel. Kali ini menghampiri Eros dan memeluk pundak sahabatnya itu.
Namun, Eros langsung berteriak dengan sederet sumpah serapah. Melompat turun dari duduknya, Eros berkata, "Tiga rusuk patah, pundak sobek dan tulang kaki remuk. Belum lagi, sendi lengan yang bergeser! Kamu, harus segera memberi penjelasan!"
"Apakah iblismu mengamuk?" tanya Rigel yang langsung menghampiri Lennox.
"Ya!"
"Dan Eros menjadi kantung samsakmu? Wow, untung kemarin malam aku tidak pulang."
Hanya dengan membayangkan, Rigel sudah bergidik. Membayangkan wajah tampannya babak belur dan tubuh atletis penuh memar, itu mengerikan.
"Jadi, katakan apa yang terjadi!" tegas Eros.
"Belati gerhana!"
Wajah Eros dan Rigel, langsung memucat saat mendengar nama artefak itu.
"K-Kamu menyentuh belati itu? Tapi, di mana? Tidak mungkin ada di dunia ini bukan?" tanya Rigel, yang sudah berjalan mondar-mandir.
Lennox terdiam, jari jemarinya mengetuk meja di hadapannya.
"Lennox, di mana belati itu? Kita harus merebut kembali!" seru Rigel.
"Benar! Belati itu, bagaimana mungkin ada di dunia fana? Aku yakin, ada seseorang yang menginginkan keabadian!" timpal Eros.
"Sial! Kita juga tidak menginginkan keabadian ini. Tetapi, jika kita mati karena belati itu, maka kita akan musnah dan tidak lagi memiliki kesempatan kembali ke Alam Langit!" gerutu Rigel.
Lennox berdiri dari duduknya dan berkata, "Aku akan mengurus masalah ini!"
Lalu, dengan langkah lebar, Lennox keluar dari ruangan itu.
"HEI! Kita belum selesai bicara!" teriak Rigel, tapi diabaikan.
Lennox berjalan ke arah kamar tidurnya, lalu masuk ke kamar mandi. Melepaskan pakaian, kemudian menyalakan shower dan berdiri di bawahnya.
Air sedingin es mengguyur kepala sampai ke ujung kaki. Lennox menunduk dan menatap kepalan tangannya, yang sudah pulih dari tulang remuk, karena memukul Eros dengan membabi buta. Kemudian, tatapannya menatap lebih ke bawah, tepatnya ke kejantanannya yang menegang. Kenangan akan kelembutan wanita itu terus menghantuinya. Bahkan, Lennox dapat merasakan sang iblis juga kesakitan karena gairah yang tidak tersalurkan.
Ini kali pertama bagi Lennox tidak dapat mengontrol libidonya. Kesal, Lennox mandi dengan cepat dan segera berpakaian rapi. Ia butuh wanita, ya ia butuh menyalurkan hasrat gila ini.
Setelah berpakaian rapi, Lennox berteleportasi ke rumah bordil di kota tetangga. Rumah bordil itu dikelola oleh siluman rubah, yang dikenal dengan nama Fox.
"Wah, apa yang membawa Dewa Agung ke tempat ini?" ujar Fox dan melangkah mendekati Lennox.
Berambut merah dengan wajah cantik jelita, tidak ada yang menyangka kecantikan itu didapat dari para manusia laki-laki yang bercinta dengannya. Setiap kali bercinta, siluman itu akan mencuri usia manusia beberapa tahun, hal itulah yang membuatnya tetap awet muda di usia puluhan ribu tahun.
Lennox mengabaikan sapaan Fox dan mengedarkan pandangan, mencari wanita yang dapat membuatnya bergairah.
"Jika Rigel yang datang, maka aku tahu seleranya seperti ini. Namun, karena ini kali pertama Anda datang kemari, maka izinkan aku bertanya wanita seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Fox, lembut.
"Yang dapat membakar gairahku!" jawab Lennox tidak malu.
"Ah....." desah Fox dan tersenyum manis.
"Jika itu yang diinginkan, maka izinkan aku yang melayani Anda," bisik Fox dan melangkah mendekati Lennox.
Tinggi semampai dengan ukuran payudara yang cukup besar, juga pinggul yang bulat, tubuh Fox adalah tubuh yang paling didambakan oleh manusia, maupun mahluk lainnya. Apalagi, ia begitu handal dalam memuaskan hasrat lelaki.
Fox menepuk tangan dua kali dan langsung wanita lain yang ada di ruangan itu, keluar. Mereka berada di ruang tengah rumah bordil. Kehadiran Lennox dengan berteleportasi tidak membuat mereka terkejut, sebab itu sudah biasa. Wanita-wanita di rumah bordil ini, biasa melayani mahluk selain manusia. Hanya saja derajat Lennox lebih tinggi dibandingkan mahluk lain dan membuat keberadaannya begitu menarik, tapi tidak ada yang berani berebut dengan Fox.
"Tatap aku!" perintah Fox.
Lennox menatap ke arah siluman itu dan melihat bagaimana Fox mulai melepaskan pakaiannya.
Kulit seputih mutiara, dengan payudara dengan puting merah muda, yang begitu menantang. Pinggang ramping dan kewanitaan yang bebas dari bulu, belum lagi kaki jenjang yang terbalut sepatu Stiletto berwarna merah. Bukankah seharusnya Lennox bergairah, atau mengagumi keindahan itu. Namun, bukan itu yang dirasakan.
Dengan penuh percaya diri, Fox yang telanjang melangkah maju. Tidak lupa ia melepaskan tusuk kundai yang menahan sanggul dan rambut merahnya tergerai indah, menguarkan aroma eksotis.
Tangan indah dengan kuku panjang bercat merah, menyentuh pundak Lennox. Yang mana sentuhan itu, langsung membuat Lennox menghindar.
Lennox sama sekali tidak bergairah, bahkan iblis dalam tubuhnya terbangun dan mulai marah.
"SIAL!" maki Lennox dan menghilang dari hadapan Fox.
"Keparat!" maki Fox. Ia marah karena ditinggalkan begitu saja, tanpa disentuh. Namun tidak ada yang dapat dilakukan selain mengenakan pakaiannya kembali.
Lennox, berteleportasi kembali ke kastil, ke kamar Eros tepatnya. Namun, sahabatnya itu tidak ada. Butuh usaha keras untuk menekan sang iblis, yang sudah ingin menghancurkan.
Menendang pintu kamar Eros, hingga terlepas, Lennox berjalan ke ruang tengah, mencari Rigel. Ia menahan sang iblis hingga wajahnya memerah dan semua urat di wajah, timbul. Langkah kakinya begitu berat, hingga harus diseret.
Tiba di ruang tengah dan melihat sosok Rigel yang membelakanginya, membuat Lennox bersiap untuk menerjang sahabatnya itu.
"Ah, itu dia!" seru Rigel dan berbalik, ternyata di hadapan sahabatnya itu ada Alula Yan yang tersenyum lebar.
Seketika, sang iblis menjadi tenang bahkan Lennox dapat merasa iblis itu kegirangan. Bukankah mereka harus waspada, sebab Alula memiliki belati itu di dalam tas tangannya, semalam.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rigel, saat menatap Lennox yang pelipisnya dipenuhi butiran keringat.
"Ya! Aku tadi berolahraga sedikit," jawab Lennox, berbohong.
Rigel, mengangkat sebelah alis untuk menanggapi kebohongan itu. Lalu, ia berisik, "Ia begitu cantik, bisakah aku bercinta dengannya?"
"Jika kamu ingin mati, maka silakan!" desis Lennox, marah.
"Wow...." seru Rigel dan tersenyum lebar, sebelum melangkah pergi.
Ya, mereka memiliki prinsip, untuk tidak mengganggu wanita mereka masing-masing. Rigel memang tertarik dengan Alula, tepatnya ia suka wanita cantik. Namun, wanita itu datang untuk menemui Lennox, artinya ada sesuatu di antara mereka.
"Ehem, apa yang membawamu kemari?" tanya Lennox, dengan memasang tampang dingin. Padahal di dalam jiwanya ia merasa terbakar, terbakar gairah.
Bagaimana mungkin? Alula Yang berdiri di hadapannya berpakaian lengkap dan tertutup, tapi kejantanannya sudah menegang. Sedangkan tadi, Fox telanjang di hadapannya dan ia sama sekali tidak terangsang.
"Bisnis dan urusan pribadi!" jawab Alula Yan.