Lula, begitu antusias. Ini kali pertama selama 13 tahun belakangan, ia merasa begitu tenang. Tenang dalam arti, tidak ada gangguan, bisikan bahkan ancaman, para arwah penasaran. Ini, menakjubkan.
Kali pertama dalam hidupnya, Lula kagum terhadap seseorang, selain sang ayah angkat, tentunya.
Tangan masih bersalaman. Bahkan, tangan hangat yang menggenggam tangannya, terasa begitu tepat.
"Ehem." Marcos pernah muda, ia tahu apa yang dialami Lennox, maupun Lula. Pertemuan pertama, yang memberi kesan mendalam. Alula Yan adalah putri angkatnya, yang paling menonjol. Baik itu dari segi penampilan, maupun kemampuan. Tidak dipungkiri, Marcos berharap banyak pada Lula.
Lula yang tersadar dari rasa kagum, segera menarik tangannya agar terlepas dari genggaman hangat itu. Begitu juga Lennox, ini kali pertama baginya tidak tahu harus berbuat apa.
"Lula, dia adalah tuan pertama keluarga Qin," jelas Marcos kembali. Ya, dalam keluarga Qin ada tiga bersaudara yang sama sekali tidak terlihat mirip. Mereka adalah Lennox, Eros dan Rigel. Namun, yang paling sering terlibat dalam perusahaan adalah Lennox.
"Tuan Lennox, senang berkenalan dengan Tuan," ujar Lula, bukan basa-basi. Lula memang merasa senang dan antusias, dapat mengenal pria istimewa itu.
Lennox, mengangguk. Walaupun ia penasaran, tetapi Lennox tidak ingin itu terlalu terlihat.
"Alula, lulusan universitas ternama di Negara Z, dengan nilai sempurna. Selain itu, ia juga mengagumi bisnis Anda," seru Marcos, antusias.
Marcos mulai kesal, karena perhatian anak angkatnya itu tidak tertuju pada Lennox.
Lula begitu takjub dengan apa yang dirasakannya saat ini. Kedamaian yang begitu diinginkan, saat ini ia dapatkan.
"Lula!" tegur Marcos.
Lula, terkejut dan menatap ke arah Marcos.
"Ada apa denganmu, hari ini? Kamu sangat tidak sopan," tegur Marcos, yang jelas-jelas terlihat kesal.
"Tidak apa-apa, Tuan Marcos," ujar Lennox, menengahi.
"Maafkan atas kelancangan putriku ini. Jika Tuan berkenan, izinkan Lula menebus kesalahannya dengan mengajak Tuan berkeliling," papar Marcos.
Lennox menatap ke arah wanita cantik di hadapannya. Sudah lama ia tidak memperhatikan kecantikan seorang manusia dan kali ini, entah mengapa ia sedikit tertarik.
"Tentu," jawab Lennox.
"Jika begitu, kami pamit Ayah," izin Lula. Ia tidak sabar untuk melihat, apakah berkeliling bersama pria ini, membuatnya terbebas dari para arwah atau tidak.
Marcos, mengangguk dan menggunakan tangannya, memberi isyarat agar mereka dapat pergi.
Lennox yang juga penasaran, mengulurkan tangan. Ia ingin kembali memiliki kontak dengan wanita ini dan mencoba, apakah benar-benar tidak dapat membaca apa pun melalui sentuhan.
Lula tersenyum dan Lennox, kembali terpana. Senyuman wanita itu amat indah, mata bulat itu melengkung saat ia tersenyum seperti itu.
Meletakkan tangannya di atas telapak tangan Lennox. Ukuran dan warna kulit mereka, berbeda cukup kontras. Tangan kokoh milik Lennox, menggenggam tangan mungil itu, saat mereka melangkah ke bagian lain dari ballroom ini.
Walau sudah mengenakan sepatu dengan tumit begitu tinggi, Lula masih kalah tinggi dibandingkan dengan Lennox.
Lennox melirik ke arah wanita yang berjalan di sampingnya dan merasakan sentuhan tangan mungil di dalam genggamannya. Tangan wanita ini, jauh dari kata lembut. Bahkan ada beberapa bagian yang kapalan. Ini terjadi, di saat seseorang berlatih pedang cukup lama. Menarik, cukup menarik semua situasi saat ini.
Lennox sadar, Marcos sengaja mendorong wanita ini ke sisinya, tetapi untuk apa? Hanya saja, kali ini ia tidak dapat mengabaikan keberadaan wanita ini. Begitu juga dengan Marcos. Pria tua itu sudah lama, menyelidiki dirinya dan beberapa informasi sengaja disebar, agar pria itu menemukan sesuatu tentang dirinya.
Jika ingin, maka Lennox dapat membunuh manusia itu dalam sekejap. Hanya saja, ia harus bersabar sampai dalang sebenarnya keluar. Ia yakin, ada kekuatan hebat di balik keberadaan Marcos Yan. Namun, sampai sekarang Lennox tidak tahu, siapa itu.
Masalah belum selesai, masalah lain kembali muncul. Alula Yan adalah masalah yang lain dan cukup mengganggu. Di saat bersamaan, Lennox juga merasa tertarik dan penasaran.
"Apa hobimu?" tanya Lennox. Sedari tadi, ia sadar ada sesuatu yang menarik perhatian Lula.
"Anggar, paralayang, menembak dan berkuda," jawab Lula. Ia begitu bersemangat, saat ini mereka sudah berada di kebun belakang yang dipenuhi pepohonan. Biasanya, di tempat seperti ini banyak berkumpul arwah penasaran dengan tampang menyeramkan dan penuh kebencian. Namun, saat ini semua begitu tenang tidak ada arwah yang terlihat, sejauh mata memandang.
Lennox sedikit kesal, wanita itu menjawab pertanyaan yang dilontarkan, tanpa menatapnya. Ini tidak sopan, apalagi sebagai mantan Dewa Agung, tata krama adalah hal yang dijunjung tinggi olehnya dan seluruh penghuni Alam Langit.
Menghentikan langkah, Lennox menghadap ke arah Lula, dengan tangan yang masih menggenggam tangan mungil wanita itu.
Lula, turut menghentikan langkah. Namun, ia tidak menatap ke arah Lennox. Matanya sibuk, memeriksa sekeliling.
"Apa ada yang salah?" tanya Lennox.
Lula, menggeleng. Bahkan tidak mau repot untuk menjelaskan.
Lennox melangkah ke hadapan wanita itu dan menatapnya, cukup lama. Memperhatikan, apa yang lebih menarik dibandingkan dirinya. Mata wanita itu, begitu sibuk melihat sekeliling. Lennox melakukan hal yang sama, hanya saja tidak ada yang menarik. Di halaman ini, selain lampu taman yang indah, hanya ada deretan pohon di sekelilingnya.
Kesal, ya Lennox mulai kesal. Namun, anehnya sang amarah sama sekali tidak terganggu. Biasanya, saat emosi Lennox tersulut, maka sang iblis akan merasakan berkali-kali lipat. Maka dari itu, Lennox bahkan belajar meditasi, agar dapat mengontrol emosi.
"Nona," panggil Lennox. Ia sudah hidup 300 ratus tahun, di dunia ini dan semakin modern suatu zaman, tata krama turut luntur sedikit demi sedikit. Jadi, ia lebih senang mempraktekkan sopan santun pada masa sebelumnya. Yang mana, saat ini ia masih tidak pantas memanggil wanita itu dengan sebutan nama, secara langsung.
"Hmmm," gumam Lula, menanggapi panggilan Lennox, tanpa membalas tatapan sekelam malam pria itu.
Cukup! Ini kali pertama, ia diabaikan seperti ini. Entah ini adalah trik dari wanita itu, atau apa pun itu, Lennox tidak peduli. Hanya saja, ini sudah keterlaluan.
Sebelah tangan yang terbebas, diangkat. Menggunakan jari telunjuk yang ditekuk sedikit, Lennox mengangkat dagu wanita itu.
Sentuhan ringan, tetapi mampu mengantarkan rasa hangat dan getaran ke seluruh tubuh Lula. Tatapan Lula, membalas tatapan Lennox. Untuk sementara, ia seakan tersihir oleh kesempurnaan pria di hadapannya.
Lennox, semakin penasaran. Ia masih tidak dapat membaca apa pun dari wanita di hadapannya ini.
Saling bertatapan dalam hening, seakan tidak ada orang lain di sekitar tempat itu.
"Mengapa kamu berbeda?" bisik Lennox.
"A-Apa?" balas Lola, yang masih bingung dengan apa yang dialami.
"Mengapa aku tidak bisa tahu satu hal pun, terkait dirimu?" bisik Lennox, kembali. Kali ini, ia melangkah maju, menutup jarak di antara mereka berdua.
Ya, rasa ini, kehangatan seorang wanita kembali dirasakan oleh Lennox, setelah sekian lama. Getaran ini, mampu menyalakan percikan gairah, yang selama ini dikira telah padam. Kerinduan akan kehangatan serta sentuhan seorang wanita, mendera begitu kencang. Hanya saja, sejak awal Lennox sadar, godaan di hadapannya ini, pasti berbahaya.