Lula, menelan ludah. Mengapa tiba-tiba udara terasa semakin panas, tanpa sadar ia mundur satu langkah.
Namun, sebelum kakinya yang melangkah mundur menapak tanah, tubuhnya sudah tertarik kembali ke depan, membentur dada hangat dan bidang, milik Lennox.
Lennox, menggeram. Bukan ia tepatnya, melainkan sang iblis yang terbangun.
Punggung Lennox, menegang dan kaku. Sangat jarang sang iblis terbangun tiba-tiba seperti ini. Setelah mereka berdamai, sang iblis tidak pernah muncul di saat kebutuhannya telah terpenuhi. Namun, apa yang memicu kehadiran sang iblis saat ini? Padahal, kemarin Lennox sudah memenuhi keinginan sang amarah. Ya, kemarin malam ia berteleportasi ke negara tetangga, untuk mengikuti pertarungan maut. Seperti biasa, ia selalu menang dan tidak membunuh, lawannya.
Lula, merasakan bagaimana reaksi Lennox berubah. Pria yang tadi terlihat santai dan dominan, saat ini penuh waspada. Bahkan, butiran keringat sudah memenuhi kening pria itu yang berkerut.
Lennox, berusaha keras menekan sang iblis yang terbangun itu. Namun, tidak mudah, apalagi sang iblis, memberontak.
"Ada apa?" tanya Lula, yang merasa pria itu tidak baik-baik saja.
"Pergi," gumam Lennox. Suara yang keluar dari bibirnya, begitu lemah. Ya, ia berbicara di antara rahang yang terkatup rapat. Menahan, sesuatu yang memberontak, hendak keluar.
"Anda baik-baik saja?" ulang Lula, yang tidak mendengar peringatan tadi. Menjinjitkan kaki dan semakin mendekat, ia berusaha memastikan, apakah Lennox baik-baik saja.
Begitu dekat, aroma tubuh Lula, memenuhi indera penciuman Lennox. Tubuh mereka yang berhimpitan, membuat Lennox dapat merasakan kelembutan milik wanita itu. Perlahan, gairah yang tadi hanya berupa percikan, saat ini telah menyala.
"Sial!" gerutu Lennox. Gairah, membuat konsentrasinya teralihkan dan kesempatan itu, digunakan sang iblis untuk menguasai tubuhnya.
Lennox, menyelipkan tangannya ke pinggang ramping milik Lula dan memeluknya erat. Ini adalah siksaan yang nikmat. Mereka harus berteleportasi sekarang, sebelum sang iblis membuat kekacauan dengan amarahnya.
Namun, hal yang terjadi selanjutnya, membuat Lennox bingung. Sang iblis bukan mengamuk atau menghancurkan sesuatu. Tidak membunuh ataupun menyakiti Lula.
Melainkan, tanpa dapat dikendalikan, bibirnya menguasai bibir ranum milik wanita di hadapannya.
Lula, terkejut. Sama terkejutnya dengan Lennox.
Biasanya saat sang iblis memegang kendali, jiwanya akan terkurung di ruangan gelap tak berujung. Namun, saat ini ia juga dapat merasakan manisnya, bibir ranum itu.
"Hmmmph!" Lula berusaha mendorong, tubuh hangat itu. Hanya saja, itu sia-sia. Sebab, Lula juga tidak begitu keberatan dengan keintiman ini.
Kali pertama bagi Lula, berciuman. Hidupnya selama 25 tahun, dihabiskan dengan belajar dan berlatih. Tidak memiliki sahabat. Dengan kemampuannya melihat hal yang tidak seharusnya terlihat, membuatnya lebih sering menyendiri.
Bagaimanapun, Lula adalah seorang wanita yang juga menyukai hal-hal romantis. Sesekali ia senang menonton film drama romantis atau membaca novel percintaan. Banyak adegan yang memperlihatkan keintiman antara pria dan wanita. Hanya saja, Lula tidak tahu pada kenyataannya, apa yang dirasakan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan, sebab kakinya lemas dan tidak memiliki kekuatan, untuk menahan berat badan. Lula, menyandarkan tubuh ke dada bidang itu. Bibirnya dibuai dengan begitu lembut dan penuh rasa nikmat. Karena ini adalah pertama kali, Lula hanya berusaha mengikuti apa yang dilakukan bibir pria itu pada bibirnya.
Lennox, melupakan semua rasa bingungnya. Saat ini, ia mulai terseret ke pusaran gairah. Mempererat pelukan dan memperdalam ciuman, itulah yang dilakukan. Bahkan, sang iblis setuju dengan tindakannya, untuk pertama kali.
Tidak mengerti apa yang terjadi, hanya saja cukup aneh jika ia dan sang iblis, menyukai hal yang sama.
Tangan Lennox yang lain, mulai membelai lengan dan menyelinap ke lekukan pinggang. Tanpa sengaja, tangannya menyentuh tas kecil yang tergantung di pundak Lula. Seketika, sang iblis marah dan meraung begitu kencang dalam jiwanya.
Lennox melepaskan Lula, begitu saja. Yang mana hal tersebut, membuat wanita itu hampir tersungkur ke tanah.
Kedua tangan Lennox, memegang kepalanya yang tiba-tiba begitu sakit, seakan hendak pecah. Iblis dalam dirinya, mengamuk karena tanpa sengaja merasakan keberadaan artefak di dalam tas mungil milik Lula.
"JANGAN IKUTI AKU!" perintah Lennox dengan suara yang begitu tegas. Lalu, dengan kekuatan terakhir ia berlari ke dalam pepohonan yang ada di sisi halaman. Setelah yakin ia tidak terlihat lagi, barulah Lennox berteleportasi ke kastil, tepatnya ke kamar Eros. Ia butuh menyalurkan amarah sang iblis terlebih dahulu, baru memikirkan apa yang harus dilakukan terhadap Alula Yan.
Di dalam kastil, tepatnya di kamar Eros.
Tubuh Lennox membentur lantai kayu begitu kuat, saat ia tiba.
Eros tahu apa yang terjadi dan langsung menghampiri rekannya itu.
Satu pukulan kuat, mendarat di rahang Eros.
"SIAL! KAU HARUS MEMBAYARNYA, BESOK!" seru Eros, kepada Lennox. Walau ia yakin, rekannya itu tidak lagi dapat mendengar ucapannya.
Melompat ke belakang punggung Lennox, Eros langsung berteleportasi ke penjara bawah tanah. Ia tidak mau kamarnya hancur, karena perkelahian berdarah ini.
Jika Lennox muncul di hadapannya seperti ini, maka itu artinya ia harus bersiap menjadi karung samsak. Siap dihajar babak belur, hingga tulang patah dan organ dalam remuk. Namun, manusia abadi tidak akan bisa mati. Dalam rasa sakit yang teramat sangat, luka di tubuh mereka, akan pulih sendirinya. Entah sudah berapa kali, mereka mencoba menghabisi nyawa sendiri, tetapi selalu gagal.
Lennox, bukan lagi Lennox. Mata merah dengan seluruh urat di wajah serta tubuh, menonjol. Membabi buta, melayangkan pukulan mematikan, sampai-sampai tulang tangan itu turut remuk.
Wajah lebam, luka sobek, tulang patah dan mencuat keluar, menembus kulit. Itulah yang dialami Eros saat ini, beruntung iblis kematian tidak terganggu, bahkan tidak peduli. Dihajar hampir satu jam, membuat Eros terkapar di lantai penjara bawah tanah yang begitu dingin. Napasnya pendek dan seluruh tubuhnya berlumuran darah. Sedangkan Lennox, perlahan kembali dan tersungkur ke lantai, setelah sang iblis tenang dan puas.
Kedua manusia abadi yang malang, sama-sama terluka parah. Di tengah dinginnya ruang penjara, tubuh mereka mulai memulihkan diri. Ini lebih sakit daripada saat mereka terluka. Siksaan yang sempurna untuk mereka yang dibuang. Sungguh sempurna.
Kembali ke aula tempat di mana perjamuan Keluarga Yan berlangsung.
Marcos Yan, terlihat kesal. Awalnya, ia mengira Lennox sudah tertarik dengan putri angkatnya, Lula. Namun, bagaimana Lennox pergi begitu saja dan meninggalkan Lula sendirian, menunjukkan hal yang berbeda.
"Besok, Ayah akan mengatur pertemuan untuk kalian kembali," ujar Marcos.
Saat ini, mereka berada dalam mobil, sebab acara perjamuan telah selesai.
Lula yang menatap keluar jendela, berusaha kerasa menahan amarah. Setelah dicium, ia ditinggalkan begitu saja dalam keadaan linglung. Yang mana, ia langsung dikerumuni oleh begitu banyak arwah, bahkan para arwah berebut untuk merasuki tubuhnya. Ini adalah hal paling buruk yang dialami dalam 13 tahun belakangan ini. Semua itu, gara-gara Lennox Qin, yang berani mempermainkannya.
Lula bersumpah akan membuat pria itu membayar, berkali-kali lipat.