Nadia tersentak. Ia melihat pemandangan yang sangat-sangat mengejutkan dari jarak yang agak jauh darinya. Tapi, Nadia bisa melihatnya.
Laki-laki tengah baya itu, tidak melihat ke arah Nadia. Tapi, Nadia bisa melihatnya dengan jelas bahwa itu adalah pak Doni. Pak Doni dengan keadaan yang sangat tidak karuan.
Terlihat, perban hampir menutupi seluruh wajahnya. Hidungnya masih sangat merah dengan balutan plaster dan terlihat tidak rata. Lebam-lebam berwarna biru kehitaman, sudah hampir merata di wajahnya. Cairan infus, mengalir di tangannya yang dibawa dengan tiang besi saat ia berjalan.
Nadia mendadak sulit bernafas. Mendadak, trauma yang ia temui tentu kembali terkuak saat itu juga. Jantungnya sangat tidak normal.
Nadia dengan segera menundukkan kepalanya. Mencoba bersembunyi dari tatapan Doni. Nadia mendadak merasa menggigil ketakutan. Ia bahkan tidak tahu harus berbuat apa.