Nadia rebahan di kamar kosnya. Ia memandangi wajahnya melalui cermin kecil yang dibawanya. Melihat pipinya yang semakin lama semakin biru saja.
Nadia memegangi pipinya yang kebiruan itu. Semakin lama, rasanya semakin nyeri saja? Jadi, baru sekarang terasa nyerinya? Pikirnya.
Sampai dari kampus tadi, Nadia langsung pulang ke kosannya. Padahal, dia tidak begitu banyak kegiatan, tapi rasanya badannya juga lelah. Apa karena kejadian tadi malam itu ya?
Tadi malam, memang ia tidak begitu banyak bergerak. Tapi, saat ia mengingat pak Doni memaksanya dan menguncinya dengan tenaga seorang bapak-bapak, Nadia juga merasa kesakitan.
Sampai saat ini, ia belum juga bertemu dengan Fauzan. Jika Fauzan tahu pipinya yang berwarna biru seperti ini, pasti Fauzan sangat khawatir dan segera membawanya ke rumah sakit.
Nadia lalu membentangkan kedua tangannya di ranjangnya. Ia menghela nafasnya sejenak. Memandangi langit-langit kamar kosnya.