-whoaaaa-
Sepuluh, dua puluh, tiga puluh... Hampir lima puluh orang maju menerjang melewati padang rumput yang berada di antara hutan itu dengan desa Ohre.
Walaupun hari sudah gelap, mereka dapat melihat dengan cukup jelas dengan bantuan dari cahaya bulan.
Terpancar hasrat membunuh dari mata mereka. Itu semua demi kejayaan manusia.. dan harga diri manusia.
Barry dan yang lainnya bersiap untuk maju, namun Yana melihat tangan mereka yang bergetar.
"-haah- aku harus mengingatkan mereka lagi"
Yana merentangkan tangannya dan berteriak.
"APAKAH KALIAN AKAN BIARKAN MEREKA MEMBUNUH KELUARGA KALIAN?!!"
"TIDAK AKAN KAMI BIARKAN!!"
Teriakan Yana menyadarkan mereka. Mereka harus tetap fokus agar dapat melindungi orang-orang yang mereka sayangi.
Mereka menggenggam erat senjata mereka dan tanpa keraguan lagi di pikiran mereka.
"dengarkan aku.. kalian memang bukan petarung.. tapi kalian itu Half-beast! kekuatan, kecepatan, reflek, insting, dan kelincahan kalian jauh di atas mereka!"
"ketika di hutan, kalian lah yang memburu hewan-hewan itu!! apa di hadapan manusia-manusia ini, kalian menjadi hewan buruan?! atau kalian yang akan memburu mereka?!"
Barry merespon savior mereka dengan meneriakkan teriakan perang milik suku Half-beast.
"DENGAN PERLINDUNGAN DARI DEWA BUAS ROGNIR! DARI BUMI KEMBALI KE BUMI!!"
"DARI BUMI KEMBALI KE BUMI!!" mereka juga berteriak
Sekarang mereka sudah siap untuk berperang. Yana memberikan saran untuk menghadapi perang ini.
Sementara itu, musuh mereka sudah hampir tiba di tempat mereka.
"dengarkan arahanku, untuk kalian semua yang akan menghadapi mereka secara langsung.."
Yana melanjutkan kata-katanya.
"fokus pada pergelangan tangan mereka.. karena mereka menggunakan pedang panjang. Jarak dan arah serangan mereka akan terlihat dari sana"
"jadi begitu... pergelangan tangan mereka"
Mereka semua mendengarkan dengan seksama.
"dan juga, perhatikan badan bagian tengah mereka. Kalian akan bisa melihat ketika mereka ingin menghindar atau menyerang"
Yana menarik nafas.
"dan yang terakhir.. arahkan serangan kalian ke leher atau wajah mereka. Itu cara paling efektif"
-glek-
Mereka semua merasa tegang karena mereka tidak pernah membunuh apapun kecuali hewan-hewan yang berada di hutan. Namun mereka sangat mengerti apa yang akan terjadi jika mereka ragu-ragu sekarang.
"jelas? kalian semua?"
Mereka semua mengangguk. Ketika mereka akan beranjak, Yana memberikan kata terakhirnya.
"jika kalian ragu untuk membunuh mereka, biarkan mereka menyerang lebih dulu... sehingga kalian tau, apakah mereka pantas untuk dikasihani atau tidak. Ingat, mereka datang dan menyerbu desa kalian... mereka paham betul, apa yang akan mereka hadapi. Jadi kuharap kalian ingat, apa yang kalian pertaruhkan di sini"
Mereka sudah dapat semua yang mereka perlukan untuk menghadapi perang ini. Barry memimpin mereka semua dan berlari menghampiri musuh-musuh mereka.
Dengan kecepatan yang mereka miliki, segera mereka menutup jarak di antara kedua belah pihak.
Yana berbicara kepada warga desa yang lain.
"sekarang, giliran kalian untuk membantu para petarung pemberani kita di garis depan"
Para wanita, anak-anak, dan orang tua mendengarkan dengan seksama.
"cara berpikir bahwa wanita dan anak-anak harus dilindungi dalam perang itu benar-benar bodoh menurutku. Aku percaya tiap orang dari kalian harus melindungi diri kalian sendiri dan juga membantu para petarung kalian... dengan begitu, ketika kalian kalah, kalian sudah tau konsekuensinya dan kalian sudah melakukan yang terbaik"
"APA KALIAN AKAN MATI TANPA MELAKUKAN SESUATU PADA MUSUH KALIAN?!"
"TIDAK AKAN!!"
Mereka memasuki mode beast.
Kata-kata Yana sangat efektif terhadap para wanita. Efeknya menjadi dua kali lebih besar sebab para wanita jauh lebih sensitif daripada para pria.
"bagus. Bantuan yang paling efektif saat ini...serangan jarak jauh"
"jarak... jauh?"
"benar, begitu mereka berhadapan di garis depan, kalian membantu mereka dengan melempar musuh-musuh kalian dari sini"
"kami cukup hanya.... dengan melempar sesuatu?"
Shanti bertanya mewakili warga desa yang lain.
"ya. Batu, kayu, benda tajam, apapun. Selama itu bisa mencapai musuh kalian, itu bagus"
"apakah itu cukup tuan Yana?"
"kamu pikir aku akan memberikan saran yang tidak berguna untuk kalian?" Yana tersenyum
"te..tentu tidak tuan Yana" Shanti menundukkan kepalanya
-bruuug-
Tumpukan batu mengeluarkan suara keras ketika diletakkan di atas tanah. Anak-anak yang membawa itu semua.
"bisakah kami melempar ini savior?"
Salah satu anak-anak menatapnya sembari bertanya.
"tentu. Ingat, pastikan kalian melemparnya sedikit di depan petarung-petarung kita"
Ia mengelus kepala anak laki-laki itu.
"baik savior!"
"dengar! setengah dari kalian melempar batu-batu ini dan yang lainnya menyediakan benda lain yang bisa di lempar! ingat! lempar sedikit di depan petarung-petarung kita!"
"di.. dimengerti!!"
Mereka mulai mengumpulkan benda-benda yang dapat dijadikan senjata untuk dilempar. Di sisi lain, Shanti memberi aba-aba untuk mulai melempar.
"siap.....lempar!!"
Mereka melemparnya dengan sekuat tenaga.
Urat mereka dapat terlihat. Itu tandanya mereka sudah menggunakan penguatan fisik milik Half-beast mereka.
Kondisi ini memberikan mereka kekuatan dua sampai tiga kali lipat dari kondisi normal mereka.
Seluruh batu-batu yang mereka lemparkan membelah langit malam seperti hujan meteor.
Batu-batu itu mendekati musuh-musuh mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Sementara kebanyakan musuh-musuh mereka tidak menggunakan pelindung kepala.
Serangan ini jelas akan menjadi sangat fatal untuk mereka.
Yana mengamati mereka dengan sangat teliti. Ia tidak akan melewatkan detil sekecil apapun.
"aku tidak pernah melihat perang seperti ini secara langsung di duniaku.. ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk menguji teori-teori yang kupunya"
Satu keputusan tepat, akan mengubah segala kemungkinan.
-----( Chapter 8 "Satu keputusan tepat" )-----