Yana tersenyum sembari melihat ke arah langit.
"ini tempatku mulai? bukankah sedikit mudah?"
Shanti mendekatinya dengan raut wajah bingung.
"tuan Yana... apa yang harus kami lakukan sekarang?"
"hm? itu sudah jelas, kalian harus..."
Ketika ia ingin melanjutkan kata-katanya, seorang warga desa melapor kepada sang tetua.
"dia.. dia tidak ada disini..."
"begitu...."
Sang tetua berusaha untuk menyembunyikan perasaan khawatir miliknya.
"namamu Barry?"
"y...ya, savior. Saya Barry"
"ada sesuatu yang aneh yang kamu lihat? di luar desa?"
"tidak ada savior. Semuanya terlihat normal"
"berarti.. mereka belum sampai... 2...3 km? kalau mereka mengirim pasukan dalam jumlah besar.."
Barry tetap berlutut dihadapannya tanpa dapat memahami apa yang sedang ia bicarakan.
"saya benar-benar tidak paham savior.. apa yang akan terjadi dengan suku kami?"
"sederhana saja"
Yana melihat ke arahnya.
"kalian melawan dan menang, atau diam saja dan lenyap"
"melawan mereka? apakah itu mungkin... Khall bilang.."
Sang tetua menyadari sesuatu.
"jadi dia berbohong pada kami...."
"belum tentu. Tergantung berapa besar pasukan yang akan datang, keadaan wilayah di sini, dan lain-lain. Tapi kalau cuma dilihat dari kekuatan, kalian itu sepuluh kali lebih kuat"
"tetapi semua petarung kami..."
"-haah- tidak perlu kamu ingatkan lagi, aku akan memenuhi tugasku"
"ah, maksud saya tidak seperti itu savior.."
"lupakan. Aku akan berkeliling sebentar dan mengamati situasi di desa ini"
"saya akan menemani anda tuan Yana"
Shanti menawarkan diri untuk membantu.
"baiklah, ayo pergi"
Mereka berjalan pergi.
Sang tetua dan warga desa masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Desa mereka akan diserang? Khall adalah seorang penghianat? apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Shanti berjalan di sebelah Yana. Ia mempunyai begitu banyak pertanyaan di benaknya.
"tuan....Yana? bolehkah saya bertanya sesuatu?"
"hm? tentu saja"
"anda berkata bahwa ritual yang kami lakukan itu adalah.... hal yang bodoh... sebagai seorang shaman, saya tidak bisa menerima hal itu"
"kamu tidak mengerti? kalian menukar dua puluh petarung hebat dengan seorang manusia biasa sepertiku. Bukankah itu hal yang bodoh?"
"!!! mereka mengorbankan diri mereka untukmu! savior kami yang akan menyelamatkan suku kami dari para manusia!! kami semua percaya itu!! jelas saja saya tidak mengerti..."
Shanti tidak dapat mengendalikan emosinya.
"-fuuh- aku tidak pernah bilang kalau pengorbanan atau kepercayaan kalian itu bodoh.. yang ingin aku katakan, kalian masih punya banyak pilihan... kenapa malah memilih melakukan ritual?"
"tentu saja karena tidak ada pilihan lain! Khall mengatakan..."
"itulah yang aku maksud. Semua itu karena kalian mendengarkan perkataan "Khall" kan?"
Shanti terdiam. Perlahan semuanya menjadi sedikit lebih jelas.
"semua berita itu... yang dia ceritakan... kemampuan para manusia itu... semuanya itu bohong?"
Shanti menutupi mulutnya dengan tangannya. Ia benar-benar terkejut.
"kemungkinan besar seperti itu. Ketidak hadirannya sekarang adalah buktinya"
"mengapa dia melakukan semua itu...."
"tentu saja karena para manusia itu menawarkan sesuatu kepadanya"
"biarpun begitu.... saya tetap tidak mengerti"
"yah, nanti tanyakan saja langsung padanya"
"kita bisa bertemu dengannya? bagaimana caranya?"
"tergantung situasinya. Lihat saja nanti"
Mereka tiba di depan pintu masuk desa. Yana berdiri dan mengamati sekitarnya.
Padang rumput hijau yang luas terhampar di depan matanya. Jauh di depannya, ia dapat melihat hutan yang luas.
Ketika ia mengamati hutan itu, ia melihat sebuah bayangan berdiri di belakang salah satu pohon.
Begitu ia melihatnya, ia seketika sadar bahwa semuanya akan berjalan seperti skenario terburuk yang ia bayangkan.
"Ada apa tuan Yana?"
Shanti melihatnya dengan cemas.
"lari secepat yang kamu bisa. Kumpulkan semua orang kemari. Semuanya tanpa terkecuali, anak-anak pun termasuk"
"a..apa yang anda maksud..."
Yana tersenyum dan melihat ke arahnya.
"bersiaplah, musuh sudah sampai di sini"
-----( Chapter 4 "Musuh di depan mata" )-----