Chereads / Venganza The Twins / Chapter 9 - Alvin Namanya

Chapter 9 - Alvin Namanya

Fiona sedang bersantai di kantin sekolah pagi itu.

Tiba-tiba saja Yoseph menghampirinya.

"Lo suka sama Fandi ya? makanya kemarin lo nolak gue?" tanya Yoseph. Uhukk.. uhukk..

Fiona tersedak.

"H-haa? gu-gue suka sama Fandi? kok lo bisa mikir gitu?" tanya balik Fiona.

"Ya menurut lo aja, ngapain dua orang yang berlawanan jenis di ruang kelas. Emang nggak ngapa-ngapain?"

Krekk.. krekk..

Suara tulang leher Fiona berbunyi.

Fiona menghela napas.

"Terserah sih lo mau mikir gue gimana, tapi gue enggak punya perasaan apa-apa sama Fandi,"

"Kalau gue enggak percaya?"

"Itu urusan lo. Enggak ada untungnya juga buat gue, lo percaya atau enggak, iya kan?" jawab Fiona.

"Satu lagi yang harus lo tahu. Kadang apa yang kita lihat itu belum tentu seperti apa yang kita pikirin. Gue duluan ya, bye!" tambah Fiona berbalik arah.

***

Raut wajah Devika nampak khawatir. Dia terus memperhatikan kursi Elea yang belum terisi.

"Lo kenapa sih lihatin kursi El mulu?" tanya Fiona.

"Gue khawatir sama El, gue takut dia kenapa-kenapa. Kemarin sore kan gue jalan sama dia."

"Kok lo enggak ngajak gue? eh, tapi gue nggak bisa juga sih. He he."

"Bukan itu yang jadi masalah, Fi. Kemarin dia pingsan dan sempat di bawa ke rumah sakit."

"El sakit? sakit apa? kok gue nggak tahu."

"Gue baru di kasih tahu sama mamanya, kalau ternyata dia lemah jantung, Fi!"

"Haa? lemah jantung. Berarti dia nggak bisa kecapean kan?"

"Iya, pantes aja dia nggak pernah ikut jam olahraga dan upacara."

***

Sore itu, Devika telah menunggu Fiona di depan rumah nya. Namun rumah itu nampak kosong.

"Bu, permisi. Orang yang tinggal di sini kemana ya?" tanya Devika pada salah satu warga yang sedang berlalu.

"Oh, Bu Rani mah udah pindah beberapa hari yang lalu neng," jelasnya.

"Saya boleh minta alamatnya Bu?" tanya Devika.

Ibu itu memberi secarik kertas putih tertulis alamat baru Fiona.

Tanpa pikir panjang, dia menuju alamat yang dimaksud. Saat mencari alamat Fiona, Devika bertemu dengan Fandi yang berdiri di depan pagar rumahnya.

"Fandi sama Fiona tetanggaan?" gumam Devika.

Devika meminta Fandi untuk mengantarnya ke rumah Fiona.

tok.. tok..

Fania membuka pintu rumah.

"Fan, Fionanya ada?"

"Ada kok. Masuk aja, Dev," ujar Fania mempersilakan.

Saat Devika ingin melangkah, Fandi mencekal tangan kanannya,

"tunggu! jadi lo udah tahu kalau Fiona punya kembaran, Dev?" tanya Fandi.

Fania tersenyum.

"Devika sama El udah tahu kalik, Fan!" sahut Fania.

"Terus kenapa di rahasiain?"

"Kepo lo! lo jadinya mau ikut masuk atau nggak?" tanya Devika.

Setelah bertemu Fiona mereka menuju rumah sakit di mana Elea dirawat.

Fiona, Fandi dan Devika tiba di rumah sakit. Mereka menelusuri koridor rumah sakit mencari ruangan dimana El dirawat.

Menurut informasi yang mereka dapat, El dirawat di salah satu ruangan VIP.

"Kalian mau jenguk, El?" tanya seorang laki-laki yang berdiri di depan ruangan VIP. Masih muda, sepertinya hanya berbeda beberapa tahun diatas mereka.

"Gue Alvin, calon tunangannya El," jelasnya memperkenalkan diri.

Fiona dan Devika terbelalak.

"Haa? calon tunangan gimana kak maksudnya?"

"Lo pasti Fiona ya? El ada cerita banyak tentang lo dan Devika," ucapnya tersenyum ramah.

"Iya, gue Fiona," balas Fiona.

Alvin mengajak mereka untuk duduk di ruang tunggu.

***

Menurut dokter, El hanya boleh di besuk oleh dua orang saja. Dan tidak boleh diajak bicara dan berpikir hal-hal yang berat, karena hal itu hanya akan membuatnya stress hingga memperparah kondisi jantungnya.

Devika dan Fandi lebih dulu membesuk Elea.

"Salam kenal ya, Fi," ucap Alvin memulai obrolan.

Fiona hanya mengangguk sembari tersenyum ramah.

"Nggak usah kaku gitu. Santai aja sama gue, Fi."

"Yakin gue bisa santai? berarti gue boleh interogasi lo dong?" canda Fiona.

"Lo ternyata lebih asik ya, dari yang gue kira. Kata El lo anaknya asik banget. Tapi ternyata lo lebih dari ekspektasi gue."

"Ck, gue ngerasa tersanjung nih, ha ha..."

"Tapi kondisi El sebenarnya gimana sih, kak?" tanya Fiona serius.

"Cukup serius. El belakangan ini sering banget kecapean. Padahal gue udah sering nasihatin dia."

"Iya sih, dia belakangan ini memang banyak kegiatan, tugas-tugas juga numpuk. Tapi kak, maaf ya kita semua nggak tahu kalau El lagi sakit."

"Iya nggak apa-apa. El memang nggak mau kalian semua tahu kalau dia sebenarnya lagi sakit."

"Aku ngerti sekarang kenapa El sering banget di antar-jemput sopir," ucap Fiona.

Fiona akhirnya mengerti mengapa Elea pernah mengatakan, lebih menyenangkan menjadi seorang Fiona yang bebas kemana saja meski perlakuan ayahnya sedemikian pada dirinya.

"Gue ngerti sekarang, El. Maaf ya waktu itu gue salah, gue kira lo iri karena lo nggak tahu perlakuan ayah ke gue. Tapi gue juga nggak tahu kalau lo mengidap penyakit yang cukup membuat gue takut buat kehilangan lo," gumam Fiona.

Devika dan Fandi keluar dari ruangan El setelah sekian lama.

Fandi melihat Fiona cukup dekat dengan Alvin.

"Yaudah, gue masuk dulu ya," ucap Fiona beranjak dari duduknya.

"Biar gue temenin," sahut Alvin.

"Nggak usah, biar gue aja yang temenin

Fio," uhar Fandi.

"Apaan sih, Fan? lo kan baru aja keluar. Lo sini ajalah temenin gue kek gitu!" protes Devika.

Fandi terpaksa menurut.

***

"Hai, El," sapa Fiona ramah.

"Hai! maaf ya lo jadi repot harus besuk gue ke sini segala," balas El.

Sementara Alvin duduk di kursi sofa memberi ruang untuk kedua sahabat itu bercengkrama.

"Yaelah, santai aja kali. Gue juga minta maaf ya, gue sama sekali nggak tahu kalau lo sakit. Lo juga kenapa nggak ada cerita sih sama kita kalau lo sebenarnya sakit?"

"Gue nggak mau ngerepotin kalian apalagi di kasihanin."

"El, lo denger ya. Bedain kasihan sama care. Lo kira gue, Fandi sama Devika kesini jauh-jauh cuma karena kasihan sama lo? nggak kan? kita khawatir sama lo, El!" tutur Fiona.

Elea memeluk Fiona terharu.

"Makasih ya udah peduli sama gue," ucap Elea dengan suara bergetar.

Fiona membalas pelukannya dan mengelus punggung Elea lembut.

"Santai aja, El. Pokoknya kalau lo lagi butuh bantuan gue, lo harus cerita sama gue. Apapun masalahnya, oke?" ujar Fiona melepas pelukan El.

"Astaga, so sweet amat. Kayaknya gue

dianggep patung deh sama kalian," ujar Alvin.

Fiona dan Elea tersenyum bahagia.

"Gue keluar kali ya? cowok lo cemburu tuh, Fi, " ujar Alvin.

"Fandi, maksudnya? bukan cowok gue dia mah. Cuma temen sekelas gue yang kebetulan tetangga baru gue juga," sahut Fiona.

"Siapalah dia buat lo. Tapi dia cemburu."

"Perasaan lo doang kali, Vin!" sahut Elea.

***

Di luar ruangan, Devika berselancar di sosial medianya. Mengetuk layar ponsel dua kali untuk memberi likes. Sementara Fandi masih kesal. Ingin nya bertemu dengan Fiona lebih lama, tapi karena ulah Devika dia tidak bisa melakukannya.

Devika melirik Fandi yang sedari tadi

mengomel sendiri tanpa suara.

"Apa?! lo mau gibahin gue apa?" tanya Devika.

"Gue gibahin lo sama siapa sih, Dev? sama tembok?"

"Siapa tahu ye kan."

"Lo kalik ngobrol sama yang disebelah lo," canda Fandi yang sukses membuat Devika ketakutan.

Dia menghampiri Fandi dan bersembunyi di balik punggung Fandi.

"Ngapain sih lo? gitu doang takut," ledek Fandi.

"Aaaaw!" jerit Fandi setelah mendapat cubitan keras dari Devika.

"Lo ngerjain gue ya? Oh, lo nantangin. Mau gue kasih tahu Fiona semuanya?" ancam Devika.

"Ngasih tahu apaan?" tanya Fandi berusaha santai.

"Halah, lo kira gue nggak tahu kalau lo suka sama Fio. Iya kan? bener kan gue?" cecar Devika.

"Bener apanya, Dev?" tanya Fiona yang tiba-tiba muncul di depan ruangan El.