Chereads / Venganza The Twins / Chapter 14 - Biar Lupa

Chapter 14 - Biar Lupa

"Fiona mana, Yos?" tanya Fandi dengan

raut wajah panik. Tiba-tiba saja muncul dihadapan Yoseph.

"Gue juga lagi nyari, tadi gue nyari ke depan sana tahu-tahu Fiona udah ngilang nggak tahu kemana," tutur Yoseph.

"Lo cari kesebelah sana, gue cari kesebelah sini biar kita lebih cepat ketemunya," titah Fandi.

Tanpa basa-basi Yoseph segera mencari Fiona. Mereka berpencar sesuai kesepakatan.

***

"Tolooong... please... siapapun," ujar Fiona sesaat sebelum tidak sadarkan diri. Tenaganya mulai menipis. Fiona meninggalkan makan siangnya dan air mineralnya telah habis sejak lama.

Kini, dia hanya pasrah dan terus tersangkut pada pohon yang sudah tidak utuh lagi. Sebagai satu-satunya cara agar tidak jatuh lebih jauh lagi.

Fandi menemukan sepatu olahraga Fiona yang tersangkut diantara dahan.

"Gue yakin, Fiona enggak jauh dari sini," ucapnya.

"Astaga, di sini jurang? gilak, parah banget si Firda. Kok dia bisa sejahat itu sama Fiona," ujarnya lagi setelah menyenter kearah bawah.

"Itu kok kayak..." ujar Fandi lagi saat menyenter. Dilihatnya ada sesuatu seperti manusia.

Segera diambilnya tali dari dalam tas yang diikatnya di pohon besar dekat kakinya. Lalu ia turun perlahan dengan tali itu.

Diusapnya rambut cokelat wanita itu yang menutupi wajahnya.

"Fiona?" pekiknya tertahan.

"Fandii, tolong gue," ucapnya membuka mata perlahan. suaranya sangat lemas.

"Iya, Fi. Gue janji bakalan selamatin lo dari sini. Yang sabar ya. Sebentar lagi kita ke tenda kok," bisiknya lembut.

Yoseph muncul berniat ingin memberi tahu bahwa dirinya tidak berhasil menemukan Fiona.

"Astaga, Fiona!" jeritnya saat melihat Fiona di bawah sana.

Yoseph menarik tali yang disiapkan Fandi tadi untuk menarik mereka kembali ke atas.

"Sini, taruh dia di atas punggung gue. Biar gue gendong sampai ke tenda," tawar Yoseph membalikan badan memperlihatkan punggung atletisnya.

"Enggak perlu, gue bisa bawa dia ke tenda. Tolong lo bawain tas gue sama Fiona aja," pinta Fandi.

***

Setibanya di depan tenda telah ada para guru juga kedua sahabat Fiona yang sedang menunggu dengan raut wajah panik. Kecuali, Firda. Dia dengan wajah kesal melihat mereka muncul dengan selamat.

"Fiona! Kamu nggak apa-apa, Nak?" tanya guru itu setelah Fiona sadar.

"Enggak apa-apa, Bu. Mungkin tadi karena dehidrasi saja, makanya sampai pingsan. Ini sudah jauh lebih baik kok, Bu," jelas Fiona meyakinkan.

"Alhamdulillah kalau gitu, kamu istirahat lagi ya. Ibu mau keluar dulu," ujarnya sebelum keluar tenda.

Di luar sana...

Firda, Indri dan Vinda mendapat hukuman membersihkan sisa makanan para siswa. Ada siswa yang mengadukan pada wali kelas tentang mereka yang memanipulasi arah panah.

"Bu, udah dong. Saya capek!" protes Firda.

"Kamu pikir, yang kamu lakukan itu tidak membahayakan nyawa orang? kalau sampai Fiona tidak selamat, kamu mau tanggung jawab?!" hardik wali kelas.

"Iya, Bu, maaf," sahut mereka bertiga serempak.

"Siapa sih yang laporin gue segala aelah. Bikin capek aja!" keluh Firda setelah guru tadi telah berlalu.

"Jangan-jangan, Fiona?!" tuduh Vinda.

"Kalau sampai itu beneran Fiona si kutu air itu. Lihat aja nanti!" ucap Firda membanting sendok yang baru saja disabuninya.

"Udahlah, kita kelarin ini dulu nanti diamuk lagi," ujar Indri.

***

Fiona sedang duduk diluar tenda seraya menikmati hangatnya api unggun di depannya. Terlau lama di dalam tenda membuatnya merasa jenuh.

"Hai, Fi. Gimana keadaan lo?" sapa Fandi.

"Baik kok. Tadi lo yang gendong gue ya? Terima kasih loh. Maaf ya ngerepotin lo lagi nih."

"Direpotin sama lo tiap saat juga gue siap kok, ha ha ha."

"Tapi, sejak kapan ya kita akur, Fan? dulu bukannya berantem mulu. Apalagi waktu gue ngancem lo itu," kekeh Fiona.

"Iya juga ya? enggak tahu deh sejak kapan. Lihat lo udah bisa tersenyum lebar kayak gini, gue makin yakin kalau lo udah beneran baik-baik aja" imbuh Fandi tersenyum memandang Fiona.

"Gue mau tanya deh, Fan. Kemarin waktu ditanya sama Ervin siapa cewek yang lo suka kenapa lo enggak jawab? malah milih dare segala. Itu kan pertanyaan yang gampang banget,"

mendengar pertanyaan itu, Fandi berdecih.

"Jadi lo mau tanya alasan gue enggak jawab pertanyaan Ervin atau lo mau tahu siapa cewek yang sebenarnya gue suka?" Fandi malah bertanya balik.

"E-eem. Nggak tahu, terserah lo mau jawab yang mana," ujar Fiona bingung.

"Oke. Karena yang tanya orang istimewa kayak lo," tutur Fandi berhasil membuat Fiona melebarkan bola matanya.

"Istimewa kayak gue? maksudnya apa ya nih manusia?" gumam Fiona.

"Jadi gue bakal jawab keduanya. Alasan gue enggak jawab pertanyaan Ervin karena gue menghargai perasaan Devika yang ternyata suka sama gue, gue bahkan enggak tahu sama sekali kalau dia punya perasaan sama gue. Terus ada cewek yang gue suka."

"Jadi, lo mau enggak jadi cewek gue?" ungkap Fandi.

"Lo lagi nembak gue ya sekarang? jadi maksud lo, cewek yang lo suka itu gue?"

"Iyalah. Jadi apa jawabannya, Fi? gue nungguin loh," tanya Fandi kembali.

"Hmm, gimana ya Fan. Maafin gue tapi kayaknya gue nggak bisa," jawab Fiona.

"Bukannya lo juga suka sama gue?" heran Fandi.

"Oke. Gue kasih lo waktu, setelah kamping gue bakal tagih lagi," imbuh Fandi.

Fiona hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa dan bersikap bagaimana

"Yaudah gue mau balik ke tenda dulu. Lo juga jangan lama-lama diluar ya. Di sini dingin nggak baik buat lo," kata Fandi sambil memberi Fiona jaket miliknya.

Fiona terus diam bahkan hingga Fandi meninggalkan dirinya sendiri.

"Gue ganggu enggak nih?" tanya Elea tiba-tiba duduk disebelah Fiona.

"Apaan sih, El? ya kalik lo ganggu. Emang gue lagi kenapa? mesra-mesraaan sama angin malam?" celoteh Fiona.

"Gue tahu lo suka sama Fandi? tapi kenapa lo nolak dia?" to the point Elea.

"Cuma lo yang tahu kalau gue mulai suka sama Fandi kan? Oke gue bakalan jujur sama lo. Gue baru tahu Dev suka sama Fandi. Gue ngalah ajalah El. Gue nggak mau cuma gara-gara perasaan gue buat Fandi, pertemanan gue sama Dev jadi betantakan," jelas Fiona.

"Kalau sama Yoseph? gimana perasaan lo sama dia?" tanya El lagi.

***

Pagi ini para siswa bersiap untuk menaiki bus. Karena sudah dua malam berpetualang di dalam hutan. Para siswa tidak menggelar konser dalam bus seperti saat mereka menuju perkemahan dua hari lalu.

"Fi, gue mau nanya nih. Ada nggak sih hal konyol yang pernah lo lakuin?" tanya Devika.

"Random amat sih lo, Dev."

"Ada, enggak?"

"Oke.Gue takut sama suntikan dan benci banget minum obat. Terus waktu kelas dua SMP tuh gue pernah sakit dan dipaksa buat suntik. Terus gue bilang aja, saya mengidap penyakit menular berbahaya, Dok. Saking takutnya gue ngarang bebas apa aja yang ada diotak gue ya gue sebutin, Yaudah gue bilang aja gue sakit HIV aids," ucap Fiona serius.

Devika tertawa terbahak-bahak hingga membuat beberapa siswa menoleh ke arah mereka berdua.

"Waktu gue gooling. Astaga itu... sumpah gue malu banget. Pantes aja Pak mantri waktu itu langsung ngejauh. Mana habis itu gue bersinin lagi tuh orang," sambung Fiona. Mereka berdua seraya menahan tawa.

"Kok Elea bisa ya tidur dalam bus. Gue mah enggak bisa kayak gitu," ujar Fiona lagi setelah menoleh ke belakang melihat Elea yang tertidur pulas di sebelah Ervin.

Devika menghela napas.

"Gue mah tidur kagak, mabok iya. Makanya gue ngajak lo nngobrol dari tadi Biar gue lupa kalau lagi mabok," keluh Devika.